Sabtu, 11 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] The Interpretation of Bowo Caping Gunung

Intermezzo:
 
 
The Interpretation of Bowo Caping Gunung
 
 
Saben bengi nyawang konang
Yen memajang mung karo janur kuning
(tak kudange anake)
Kembang wae weton nggunung
Pacitan sarwi jenang
Panas udan,
(cendhek lemu, dhuwur lemu, wong saomah lemu kabeh)
Panas udan aling-aling caping nggunung
(misowa, caping nggunung, alah yo mas)
Nadyan wadon sarta lanang
Inumane banyu bening
 
Langgam Caping Gunung yang diciptakan oleh sang maestro keroncong Gesang ini, konon berkisah tentang seorang pejuang yang dalam masa kesusahan ditolong oleh orang-orang kampung di sebuah wilayah pegunungan, dengan harapan kelak pada jaman merdeka, orang-orang kampung itu akan ikut serta menikmati kemakmuran. Tapi setelah negara merdeka, si pejuang (yang mungkin sudah jadi 'orang' tersebut) lupa pada janji-janjinya dan menikmati hidup enak sendiri. Mungkin itu juga kritik untuk menyindir pejabat-pejabat di Indonesia yang ketika hidup susah begitu dekat dengan rakyat, namun setelah jadi orang dan hidup enak masa bodoh dengan kepentingan rakyat.
 
Sedangkan bowo adalah semacam tembang pembukaan yang dilantunkan sebelum lagu utama. Bowo Caping Gunung ini mengungkapkan kerinduan akan kehidupan di alam pegunungan yang masih sederhana, lugu dan alami, ketika kita masih dapat melihat keajaiban dalam hal-hal kecil:
 
Saben bengi nyawang konang, setiap malam melihat kunang-kunang... bukankah semasa kecil kita begitu takjub melihat kunang-kunang? Makhluk kecil ajaib, yang bisa terbang dan memiliki lampu di ekornya!
 
Yen memajang mung karo janur kuning, jika berhias cukup dengan menggunakan janur kuning. Janur memliki keindahan yang alami... di Bali dapat dijumpai orang-orang yang tiap hari merangkai janur. 
 
Kembang wae weton nggunung, sekumtum bunga yang tumbuh di tanah pegunungan. Dalam literatur Jawa, gunung (parahyangan) identik dengan tempat para dewa, tempat roh-roh suci bersemayam. Gunung juga melambangkan kesadaran dan spiritualitas yang tinggi: banyak padepokan atau pertapaan yang didirikan di puncak gunung.
 
Pacitan sarwi jenang, mungkin ini sekedar sampiran saja, agar bersajak dengan baris berikutnya.
 
Panas udan... baik musim panas maupun hujan
 
Cendhek lemu, dhuwur lemu, wong saomah lemu kabeh... yang pendek gemuk, yang tinggi pun gemuk, orang serumah gemuk semua... Gemuk melambangkan kehidupan yang tenteram.
 
Panas udan aling-aling caping nggunung, baik musim panas maupun hujan, berlindung di bawah caping, topi lebar dari anyaman bambu yang biasa dipakai para petani.
 
Misowa, caping nggunung, alah yo mas... kata-kata ini tidak memiliki arti, sekedar menampilkan kesederhanaan yang harmonis.
 
Najan wadon sarta lanang, baik laki-laki maupun perempuan...
 
Inumane banyu bening, mereka minum dari sumber mata air di pegunungan yang jernih dan bening... yang mewakili kesadaran hati dan pikiran yang jernih.
 
 
Salam,
 
 
 
 

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your style &

mood in Messenger.

Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Yahoo! Mail

Get it all!

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar