Rabu, 29 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Kisah Seorang Penjual Tempe.

Kisah Seorang Penjual Tempe.

Adalah seorang ibu setengah baya yang sehari-harinya berjualan tempe
buatan sendiri di desanya. Suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia
akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu, tempe
yang terbuat dari kacang kedele masih belum jadi tempe alias masih
setengah jadi.

Ibu ini sangat sedih hatinya, sebab jika tempe tersebut tidak jadi
berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe yang belum jadi
tentunya tidak laku dijual. Padahal mata pencaharian si ibu
satu-satunya hanyalah dari menjual tempe saja agar ia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu yang memang aktif beribadah
di gerejanya teringat akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan
dapat melakukan perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada yang
mustahil. Lalu ia pun menumpangkan tangannya di atas tumpukan beberapa
batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut,
"Bapak di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe.
Dalam nama Yesus, Amin".

Demikian doa singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hati.
Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang
ia menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut dengan ujung jarinya.

Dengan hati yang deg-deg-an, Ia mulai membuka sedikit bungkusannya
untuk melihat mukjijat kedele jadi tempe terjadi. Namun apa yang terjadi?

Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele tersebut masih tetap kedele!

Si Ibu tidak kecewa . Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas
didengar Tuhan. Lalu kembali ia menumpangkan tangan di atas batangan
kedele tersebut, "Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang
mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang tempe
karena itulah mata pencaharianku. Aku mohon
dalam nama Yesus jadilah ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin."

Dengan Iman, Iapun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu
apa yang terjadi? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang kedele tersebut
???......... ........masih tetap begitu ! Sementara hari semakin siang
dimana pasar tentunya akan semakin ramai. Si ibu dengan tidak merasa
kecewa atas doanya yang belum terkabul, merasa bahwa
bagaimanapun sebagai langkah iman ia akan tetap pergi ke pasar membawa
keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujijat
Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ia pergi ke pasar. Lalu ibu
itupun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar.

Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah
disiapkannya. Sebelum beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk
menumpangkan tangan sekali lagi. "Bapa di surga, aku percaya Engkau
akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau
akan mengadakan mukjijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin."

Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa
menyanyikan beberapa lagu puji-pujian.

Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia
mengambil tempat untuk menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa
tempenya sekarang pasti sudah jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya
dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya bungkusan tiap bungkusan
yang ada. Perlahan ia membuka sedikit
daun pembungkusnya dan melihat isinya.

Apa yang terjadi?
Ternyata saudara-saudara. ......... ... tempenya benar benar
............ ........ belum jadi !
Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa
pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil.
Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya mengandalkan hasil
menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa menggelar
dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang
masih setengah jadi.

Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai sepi dengan
pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual tempe yang
tempenya sudah hampir habis. Rata-rata tinggal sedikit lagi tersisa.

Si ibu tertunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan
hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang
dalam. Yang ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang
sepeserpun.

Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu?! Maaf ya,
saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari
tadi saya sudah keliling pasar mencarinya."

Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan
wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa, "Tuhan? saat
ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak butuh lagi. Biarlah
daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam nama
Yesus, Amin."

Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir
jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah
jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu untuk menjawab
ya kepada wanita itu.

"Bagaimana nih?" ia pikir.

"Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu
tadi sudah terjadi mukjijat Tuhan?"

Ia kembali berdoa dalam hatinya, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak
usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli.
Tuhan, tolonglah aku kali ini. Tuhan dengarkanlah doaku ini.." ujarnya
berkali-kali.

Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun
penutupnya.
Lalu ? apa yang dilihatnya Saudara-Saudara ???
Ternyata?? ternyata? memang benar tempenya belum jadi! Ia bersorak
senang dalam hatinya, "Puji Tuhan.. Puji Tuhan...", katanya.

Singkat cerita wanita tersebut memborong semua dagangan si Ibu itu.
Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli
tempe yang belum jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu
mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal dari desa
itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli
tempe yang belum jadi, supaya agar setibanya di sana tempenya sudah
jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana
nanti tempe tersebut sudah tidak bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak.

Apa yang bisa kita simpulkan dari kesaksian sederhana?

1. Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita
berdoa
padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan.
2. Tuhan menolong kita dengan caraNya yang sama sekali di luar
perkiraan kita sebelumnya.
3. Tiada yang mustahil bagi Tuhan
4. Percayalah bahwa Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan
rancanganNya.

God bless you all !

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Find Enlightenment

Yoga groups and

resources on

Yahoo! Groups.

Real Food Group

on Yahoo! Groups

What does real food

mean to you?

Fashion Groups

on Yahoo! Groups

A great place to

connect and share.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar