Selasa, 14 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: Agama itu Pembawa Kehancuran !

Hmm. jawabannya diplomatis banget, sesuai dengan tantangan atau ajakan
untuk mengeluarkan argumentasi politis.

Nyimas Sisca Ontosoroh nulis:
> Ini adalah masalah pilihan, bergerak ke arah mana akal budi membawa,
> bergerak ke bawah atau ke atas.
--------
Kang Mas Gotho komen:
"ke atas" maskudnya ke arah sifat ketuhanan("langit")?
"ke bawah" maksudnya ke arah sifat hewan("bumi")?
dan manusia berada di antara dua arah tersebut. CMIIW.

Nyimas Sisca Ontosoroh nulis:
> Argumen politis nya gini ^_^
> bahwa itu adalah seperti pedang bermata dua, di satu pihak manusia
> dituntut untuk menjadi makhluk paling mulia yang bisa mengatur dan
> menguasai alam raya, maka nya diberi akal budi, eeeeeeehhh...apa
> daya, digunakan untuk kebalikannya.
-----------
Kang Mas Gotho komen:
Manusia dan alam raya(bumi dan solar sistem) adalah ciptaanNYA,
sejatinya semua menuju kehancuran, pelan tapi pasti. Kehancuran oleh
ulah manusia itu sendiri, maupun oleh rusaknya ekosistem pendukung
kehidupan ("realitas") sekarang ini.

Nyimas Sisca Ontosoroh nulis:
> Ada juga yang ingin terus terapung, seolah2 tidak ada jalan keluar
> yang dapat membawa pada kejelasan kebenaran atau tujuan penuh makna,
> sementara yang lain cukup sadar dan tahu bahwa mereka tersesat dan
> menumbuhkan kesadaran. Kesadaran yang datang secara perlahan, yang
> diperjuangkan penuh kesabaran dengan memahami dan mengamati segala
> sesuatu, termasuk diri sendiri.

Kang Mas Gotho komen:
Jadi ada 3 golongan yah!.
1. yang "terapung", "no way out". Nihilisme.
2. yang sadar tersesat,"lost in space" menumbuhkan kesadaran.
3. yang sadar, mengamati segala sesuatu termasuk diri sendiri.

Saya termasuk "kebetulan" memilih jalan yang ke tiga, mengamati diri
sendiri (mirip narcistik). i do.

"Kebenaran" atau "kesadaran" (pengetahuan) itu bisa muncul karena ada
cahaya yang menyinari bukan kondisi berada di kegelapan. Secara
fisikal, kehidupan itu muncul karena ada yang menghidupi(sumber
energi), dan bumi dan segala makhluk hidup didalamnya bisa hidup
karena adanya faktor utama antara lain pancaran cahaya matahari. Atau
singkatnya, secara fisikal, dahulunya bumi dan semua makhluk hidup
ini berasal dari pecahan bintang(matahari). Dan manusia makhluk yang
paling sempurna ternyata tidak hanya bersifat fisikal(wujud) saja, ada
sisi non fisikal(batin/jiwa).
Karena mempelajari di luar diri itu, misalnya kehidupan diluar diri
sendiri, atau diluar alam semesta(univers) ini akan terbentur dengan
jarak dan waktu meskipun teknologi sudah sampai secanggih apapun. Dan
ternyata di dalam tubuh/jasad ini ada pula semacam analogi seperti
matahari yang menyinari isi bumi, "cahaya" yang menghidupkan sisi
batin/jiwa ini.
Jadi bukan sekedar psikosis, mengamati diri sendiri, menyelam kedalam
kalbu merupakan satu-satunya jalan dalam beragama yang benar.
"What happen with my body" ?
"I have not body". U too ?

GBU

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "non_sisca"
<non_sisca@...> wrote:
>
>
> Dear Gotho yang loco n Nyimas Onto yang soroh, hehehe...
> kalian emang abri bangeeeeeeeetttttt.....dua sisi dalam satu mata
> uang, sip !
>
> Yeah, kalo Tomy G emang masih suka ngigo, maklum aja.. itu kebiasaan
> posmo, di awang2, hahaha...
>
> Argumen politis nya gini ^_^
> bahwa itu adalah seperti pedang bermata dua, di satu pihak manusia
> dituntut untuk menjadi makhluk paling mulia yang bisa mengatur dan
> menguasai alam raya, maka nya diberi akal budi, eeeeeeehhh...apa
> daya, digunakan untuk kebalikannya.
>
> Ini adalah masalah pilihan, bergerak ke arah mana akal budi membawa,
> bergerak ke bawah atau ke atas.
> Ada juga yang ingin terus terapung, seolah2 tidak ada jalan keluar
> yang dapat membawa pada kejelasan kebenaran atau tujuan penuh makna,
> sementara yang lain cukup sadar dan tahu bahwa mereka tersesat dan
> menumbuhkan kesadaran. Kesadaran yang datang secara perlahan, yang
> diperjuangkan penuh kesabaran dengan memahami dan mengamati segala
> sesuatu, termasuk diri sendiri.
>
> Salam balik untuk Loco yang gotho dan Nyai Soroh yang onto ^_^
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "gotholoco"
> <gotholoco@> wrote:
> >
> > Non Sisca, koreksi sedikit, Nyimas Ontosoroh itu beda dengan KangMas
> > Gotholoco, dua "pribadi" yang berbeda tapi manunggal (kayak abri
> > manunggal dengan rakyat).
> > Kalau Nyimas Ontosoroh itu sukanya ngaji rasa, sedangkan Kangmas
> > Gotholoco itu sukanya ngaji otak(loco otak)
> > (beda dengan kang Tomy Guanteng Gigolo sukanya ngaji
> otot..he.he..he..
> > maklum masih "bujangan", masih level "pandangan hidup")
> >
> > Seperti sebelumnya dalam catatan (teroris) "one liner", sudah saya
> > tuliskan dalam suatu bentuk pertanyaan terhadap tulisan pertama Mang
> > Ucup, "apa arti agama", pertanyaannya adalah : "apakah hewan itu
> > mempunyai agama(beragama) atau tidak ?"
> >
> > Ternyata jawabnya adalah TIDAK. (sudah begitu saja darisonohnya).
> > contohnya semut, sebagai makhluk yang hidupnya bersosial(tidak
> > soliter), ada pembagian organisasi, ada pembedaan gender, ada
> wilayah
> > dan ada kehidupan, TIDAK ADA POLITIK(semut pekerja tidak mau jadi
> > semut ratu) sudah begitu saja komposisi dan aransemennya, dari tahun
> > firaun pake sarung tanpa kolor sampai SBY atau Leonardi Rimba pake
> > kopeah. Gitu aja terus. (teori evolusi??, simpan dulu kejauhan !!).
> >
> > Jadi ngapain manusia beragama atau berpolitik?
> > Manusia beragama (yang bener!?) bertemu dengan Sang Khalik dan
> > Manunggal lalu jadi manusia lagi.
> > Manusia berpolitik(yang sering salah) meraih kekuasaan dan menjadi
> > Penguasa dan pengen terus berkuasa(udah duduk lupa berdiri).
> >
> > Ha.ha..ha.. ayo non sisca mana argumen politik mu???
> >
> > Salam co janco ta iya.
> > dikiro janco taunya cino.
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "non_sisca"
> > <non_sisca@> wrote:
> > >
> > >
> > > Halo, nah ini dia satu lagi, Kyai Ontosoroh Gotholoco.
> > > Tapi boleh juga ditunggu penjelasannya dulu. Ber-argumen kan juga
> > > harus ber-politik. Hahahaha....
> > > Salam, sisc
> > >
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "gotholoco"
> > > <gotholoco@> wrote:
> > > >
> > > > Begitulah agama dan politik itu hampir-2 nyaris identik.
> > > > sebab kedua-duanya berbicara masalah "kedepan" atau "masa
> depan" ,
> > > > masalah bagaimana seharusnya(what it should be), tentang sesuatu
> > > > dimasa datang.
> > > > di kancah politik ada kampanye, dalam agama ada daw'ah
> > > > di kancah politik ada ideologi, dalam agama ada dogma dan ajaran
> > > > di kancah politik ada jurkam, di agama ada pendeta atau
> ulama/biksu
> > > >
> > > > Kalau agama itu pembawa kehancuran, dan politik itu kejam,
> benar apa
> > > > kata temen saya yang atheis, mendingan jalani hidup aja menjadi
> > > > seperti chimpanse cerdas, daripada menjadi politikus busuk
> maupun
> > > juru
> > > > dakwah penipu.
> > > >
> > > > Jadi apa bedanya politik dengan agama ? Ada.
> > > >
> > > > Apa coba? (tunggu penjelasannya dalam metodologi nyai ontosoroh)
> > > > :)
> > > >
> > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "mangucup88"
> > > > <mangucup88@> wrote:
> > > > >
> > > > > Menurut Friederich Nietzsche maupun Mao Tze Dong: „Agama itu
> > > > > Racun !" Sedangkan berdasarkan ajaran agama Judaisme agama
> itu
> > > > > pembawa Damai, oleh sebab itulah adanya ucapan "Salam" dlm
> bhs
> > > Arab
> > > > > = Damai sedangkan dlm bhs Ibrani Shalom. Walaupun demikian
> mang
> > > Ucup
> > > > > mendukung sepenuhnya pendapat Nietzsche maupun Mao Tze Dong !
> > > > > Kenapa ?
> > > > >
> > > > > Masalahnya satu hal yang gombal dan nonsen besar, bahwa agama
> > > dapat
> > > > > memberikan kedamaian di dunia ini ! Bahkan kenyataannya hal
> yang
> > > > > kebalikannya yang terjadi, begitu kita menganut sesuatu agama
> > > kita
> > > > > akan berbalik menjadi Kaum Rasist !
> > > > >
> > > > > Memang benar semua agama didunia ini menganut fasafah yang
> sama
> > > > > ialah: „Kasihilah sesamamu seperti dirimu !" yang beda hanya
> > > > > definisi „Sesamamu", sebab antara teori dan praktek
> kenyataannya
> > > > > beda seperti bumi dan langit. Secara teori; sesamamu berarti
> > > sesama
> > > > > manusia, maklum kita dilahirkan dengan warna darah merah yang
> > > sama
> > > > > maupun warna putih tulang yang sama.
> > > > >
> > > > > Di dalam praktek kehidupan kita, orang yang tidak menganut
> agama
> > > dan
> > > > > aliran yang sama denganku bukanlah „sesamaku". Bagaimana aku
> bisa
> > > > > sama dengan dia dimana „Tuhan-Mu adalah Hantu-Ku". Menurut
> agama-
> > > mu
> > > > > illahku adalah berhala, tetapi diagama-ku ia adalah illah
> kudus
> > > suci
> > > > > yang kusembah.
> > > > >
> > > > > Menurut agama-mu itu haram tapi menurut agama-ku itu halal.
> Di
> > > > > agamaku ia adalah nabi sedang menurut agamamu nabiku adalah
> > > setan.
> > > > > Menurut agamaku ini adalah mukjizat, sedangkan menurut agama-
> mu
> > > ini
> > > > > adalah takhayul. Menurut agamaku rumah ibadahku adalah tempat
> > > yang
> > > > > kudus, sedangkan menurut agama-mu ini rumah najis orang
> kafir.
> > > Jadi
> > > > > boro-boro bisa dan boleh beribadah disana, menginjakkan kaki
> > > masuk
> > > > > kesitu pun sudah amit-amit ! Masalahnya bisa langsung dapat
> One
> > > > > Ticket Go to Hell !
> > > > >
> > > > > Lucu tapi nyata, apabila kita ingin merealisasikan
> > > ajaran „kasihilah
> > > > > sesamamu, bahkan sampai kebelet ingin kawin" terkadang kita
> harus
> > > > > menerima kenyataan pahit, bahwa ini dilarang dengan
> alasan „beda
> > > > > agama" alias tidak sesamamu githu !
> > > > >
> > > > > Disamping itu kenyataan pahit yang tidak bisa dipungkiri,
> mereka
> > > > > menilai sesamaku bukan hanya sekedar dari penganut agama dan
> > > aliran
> > > > > yang sama saja, bahkan harus dari etnis dan suku yang sama
> pula.
> > > > > Jadi walaupun dari penganut agama dan aliran yang sama
> sekalipun,
> > > > > kalau tidak memiliki etnis yang sama seakan-akan ada jurang
> > > pemisah
> > > > > antar sesama umat.
> > > > >
> > > > > Kagak percaya lihat saja diberbagai macam rumah ibadah yang
> > > > > dikhususkan hanya untuk etnis dan golongan tertentu saja,
> orang
> > > bule
> > > > > hanya mau kumpul dengan bule, orang hitam dengan orang hitam.
> > > Orang
> > > > > Batak hanya mau kumpul dengan orang Batak, Jawa dengan Jawa,
> > > > > Tionghoa dengan Tionghoa, sehingga timbul pertanyaan apakah
> kalau
> > > > > tidak sesama etnis berarti bukan sesamaku ???
> > > > >
> > > > > Jadi tepatlah apa yang diucapan oleh Mao Tze Dong, bahwa
> agama
> > > itu
> > > > > racun yang bisa meracuni otak kita menjadi rasis. Agama itu
> > > bukannya
> > > > > pembawa perdamaian melainkan pemecah belah. Bahkan telah
> > > terbuktikan
> > > > > agama bisa jadi pemicu perang saudara misalnya di Irlandia
> antar
> > > > > sesama umat Kristen (Katolik vs Protestan) atau di Irak antar
> > > sesama
> > > > > umat Muslim (Sunni vs Syiah).
> > > > >
> > > > > Kalau masih tidak percaya juga, cobalah usulkan, dimana mulai
> > > besok
> > > > > kita praktekan umat Muslim menyalurkan zakat ke panti asuhan
> > > > > Kristen, sedangkan umat Kristen memberikan persembahan
> umatnya
> > > ke
> > > > > panti asuhan Muslim. Bukankah mereka itu sesamamu yang sama-
> sama
> > > > > membutuhkan bantuan, jadi seharusnya tidak ada perbedaan ???
> > > > >
> > > > > Kita dicekoki oleh racun berbagai macam dogma, sehingga otak
> kita
> > > > > jadi kotor. Orang baik bisa jadi sadis, orang sopan dan damai
> > > bisa
> > > > > jadi biadab, bahkan mengeluarkan kata-kata kasar dan keras,
> hanya
> > > > > untuk membela agama dan kepercayaannya masing-masing. Bahkan
> kita
> > > > > suka turut menjadi heran, kok orang beragama bisa
> mengeluarkan
> > > kata-
> > > > > kata yang sedemikian kotor dan kerasnya ? !
> > > > >
> > > > > Seharusnya orang beragama itu mencerminkan kelembutan,
> kearifan
> > > > > maupun kesabaran dan bersedia untuk mengalah
> > > > >
> > > > > Begitu juga sama gombalnya, apabila orang mendengungkan agar
> kita
> > > > > harus bisa saling menghormati agamanya masing-masing, sebab
> ini
> > > > > hanya sekedar dongeng khyalan dan ilusi saja !
> > > > >
> > > > > Bagaimana saya bisa menghormati agama lainnya, apabila saya
> sudah
> > > di
> > > > > brain washing sajak brol lahir, bahwa hanya agama saya saja
> satu-
> > > > > satunya; yang suci, baik dan benar, sedangkan agama-agama
> lainnya
> > > > > adalah sesat dan penganut aliran setan. Mereka itu kafir
> semua !
> > > > > Jadi boro-boro bisa menghormati agama sesat, untuk
> menghormati
> > > orang
> > > > > kafir saja sudah sulit banget !
> > > > >
> > > > > Jadi tidaklah heran kalau banyak milis umum melarang adanya
> > > diskusi
> > > > > atau artikel yang bernafaskan agama, karena ini hanya akan
> jadi
> > > > > pemicu perdebatan kusir tiada akhir maupun perselisihan antar
> > > sesama
> > > > > membernya. Maka dari itu renungkanlah sendiri, apakah anda
> masih
> > > > > tetap berkeyakinan, bahwa agama itu pembawa kedamaian ?
> > > > >
> > > > > Saya yakin banyak orang yang tidak senang,bahkan mungkin
> > > tersinggung
> > > > > membaca tulisan ini, sebab saya membukakan kedok kemunafikan
> yang
> > > > > ada di dalam diri kita masing-masing, termasuk di dalam
> dirinya
> > > mang
> > > > > Ucup sendiri.
> > > > >
> > > > > Mang Ucup
> > > > > Email: mang.ucup@
> > > > > Homepage: www.mangucup.net
> > > > >
> > > >
> > >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your style in

Messenger & more.

Yahoo! Mail

Drag & drop

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

Yahoo! Groups

Going Green

Share your passion

for the planet.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar