Jumat, 10 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: Amanat sang rela, dhirgahayu hari kemerdekaan Indonesia.



Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak ia panen,
meminum anggur yang ia tidak memerasnya.

Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan,
dan menganggap penindasan sebagai hadiah.

Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
filosofnya gentong nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.

Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan terompet
kehormatan,
namun melepasnya dengan cacian.

Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun2 berlalu,
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.

Kemudian masing2 pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa.

----------

Ketika aku melihat setangkai bunga melati, putih bersih bersinar,
pikiranku melihat suatu keharuman yang memenuhi angkasa raya,
namun keharumannya menghilang seperti kabut yang terkoyak sebelum
mencapai hidungku.
Meninggalkan ruangan dengan gema tawa mencemooh.
Orang buangan aku di dunia ini.

Ah, aneh penglihatanku ini,
karena aku melihat burung2 mengangkat sayap2 mereka di pagi hari
dengan lagu2, dan kemudian dengan tangisan.
Kemudian memudar dalam asap di udara.

Tak ada manusia yang mengerti bahasa jiwaku.

Ketika malam tiba, aku kembali dan berbaring, berdandan dalam
keheningan dengan pikiran aneh.

----------

Ketika aku berhenti sejenak di hadapan kaca, memandang, di wajahku
ada sesuatu yang jiwaku tak dapat paham, dan di mataku ada sesuatu
yang kedalamanku tak dapat memuat.

Seandainya, ketika aku berjalan2 di kota, mereka membuntutiku dan
berteriak :

Lihat orang buta itu ! Ayo kita beri dia tongkat agar bisa bersandar.

Hai, ia tuli seperti batu ! Ayo kita isi telinganya dengan harmoni
cinta dan kasih.

Hai, ia sama bisunya dengan kuburan ! Ayo kita kencangkan lidahnya
yang keseleo.

Bukan malahan dengan perkataan :

Siapa lagi ini ?
Apa aku pernah mengenalnya ?
Ikatan apa yang mempersatukan aku dengannya ?
Dan mengapa aku duduk di sampingnya ?

Biarlah ketika mendengar lidah berbicara, telinga tidak menemukan
bahwa suara itu aneh.

-----------

Apakah yang engkau cari, wahai saudaraku sebangsa ?
Apakah engkau ingin aku membangunkan untuk dirimu istana yang megah,
dihiasi dengan kata2 hampa tanpa makna,
atau kuil2 pemujaan beratapkan khayalan semu ?

Aku telah bernyanyi untukmu, tetapi kau tidak berdansa.
Aku telah menangis sebelum kamu, tetapi kau tak menangis.
Haruskah aku menyanyi dan menangis pada saat yang sama ?

Tetapi kebenaran tak mengenal perubahan,
tiada pula bakal menghilang.
Lalu mengapa kau berupaya merusak wujudnya ?

Dan mengapa setiap orang berteriak,
dimanakah musuh ? Haruskah kita yang membunuh mereka lebih dulu ?

------------

Marilah saudara, kita daki puncak gunung ini, dan memandang keindahan
jagat raya.
Mari kita pergi ke dataran permai yang mempersembahkan hasil bumi
kepada haribaan lautan.

Aku mencintaimu, saudaraku sebangsa, tetapi cintaku padamu sangat
pilu bagiku dan tiada guna bagimu.
Lihat dan renungkan !
Ketakutan telah mengecat rambutmu menjadi abu2, dan kabut kekelaman
tumbuh.

Apa yang kaucari, Saudaraku sebangsa ? Jangan beku jiwamu.
Prikemanusiaan adalah sungai yang cemerlang menyanyikan dan
mengalirkan rahasia gunung ke jantung samudera.

----------

Dan ketika kau bangkit jiwa prikemanusiaan mu, dengarkan dentuman
suaraku : Dirgahayu bangsaku, Dirgahayu saudaraku, Dirgahayu
negaraku !

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, as as
<as2004as_as@...> wrote:
>
> Amanat sang rela
>
> Bunga melatikah yang harumnya memenuhi angkasa raya
> Bertaburan bertebaran dari nirwana bumi berserakan pembela merdeka
> Rela berpedang bambu runcing melawan mitraliur sang angkara murka
> Dada-dada terbuka muncrat merah delima mengucur dada sang rela
> Bersungkuran memeluk pertiwi membisikkan merdeka merdeka
> Angkasa memerah genderang membahana mengiring derap angkara murka
> Meluncur merpati-merpati putih mengantar suci pekik merdeka pembela
bangsa
>
> Aku tertegun dada tergetar sukma mengelana
menghayati suasana
> Kabut putih menguak pahlawan putih berbaris melayang menuju nirwana
> Terpana aku mendengar suara dari atas sana
> Wahai penunggang kuda hitam terimalah pedang estafet pembela merdeka
> Tugasmu melanjutkan mengisi merdeka mengantar bangsa sejahtera
> Senyum pahlawan rela mengantar suara merpati-merpati putih menebar
angkasa
> Mengantar pedang estafet `tuk para ksatria penerus bangsa.
>
> Berderap aku menunggang kuda hitam pedang suci
tergenggam membelah udara
> Beserta ribuan ksatria pemegang amanat suci pahlawan bangsa
> Walau udara terpolusi korupsi masih bertebaran angkara bangsa
> Rakyat jelata masih melata merayap terbata
> O, mari ksatria coba kita tata bangsa
> Malu kita kepada sang suci sang rela
> Mari tata barisan berderap maju menuju Negara Indonesia sejahtera
bahagia.
>
> As as
>
>
> ---------------------------------
> Pinpoint customers who are looking for what you sell.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your face in

Messenger & more.

Yahoo! Mail

Drag & drop

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar