Minggu, 12 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: Amanat sang rela, dhirgahayu hari kemerdekaan Indonesia.



Duhai kanda,
bergetar hati dinda dengarkan tekad membara
seperti orang lapar nantikan bahagia
untuk labuh kan diri di istana

Dan aku akan meminum cinta seperti anggur
dan memakainya seperti pakaian
Di siang terik ia akan membimbingku
ke bayangan-bayangan teduh 'tuk temukan perlindungan

Cinta akan memelukku
dan aku akan tidur memimpikan dunia surgawi
tempat jiwa2 para pencinta dan para penyair bersemayam
Dan di musim semi aku akan berjalan sisi demi sisi bersama cinta

Marilah menarikan lagu kehidupan - kekasih
Dalam bahana bahagia abadi
Dalam haribaan Ibu Pertiwi
Yang telah kau sucikan dengan cinta suci murni

Lihatlah,
Gunung2, pohon2, dan sungai2 merubah penampilannya
bumi sebagai alas, langit sebagai atap,
sungai yang kita lihat pun bergemercik
mendengar nyanyian hymne kemerdekaan
Seperti seorang manusia yang berubah dalam pengalaman dan emosi
Karena persembahan cinta sederhana

Ku tahu cinta telah hinggap di ufuk batin
Ketika fajar menampakkan aslinya
Dan apalagi yang bisa terucap di bibir dinda
Ketika temukan kanda yang berbesar jiwa
Dirgahayu kanda, Dirgahayu Negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, as as <as2004as_as@...>
wrote:
>
> Tentu akan kubangunkan untukmu megahnya istana
> Dihiasi kata2 dan perbuatan penuh makna
> Kita kan berdansa mengiringi nyanyianmu yang membahana
> Dan hapuslah segera mengapa dikau mencucurkan air mata
> Kan kita ukir di atas kebenaran, semua usaha kita
>
> Tentu kan kita daki puncak gunung itu bersama
> Kan kita tancapkan bendera kemenangan bangsa kita
> Kita bina dataran negara
> Kita arungi lautan bangsa
> Kita tinggalkan hati pilu, kita ganti dengan cinta
> Tak ada lagi hati beku, tlah menjelma menjadi gelora
> Kita junjung tinggi manusiawi, pilar suci negara
> Dhirgahayu bangsa dan negara Republik Indonesia
>
>
>
>
> non_sisca non_sisca@... wrote:
>
> Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya,
> memakan roti dari gandum yang tidak ia panen,
> meminum anggur yang ia tidak memerasnya.
>
> Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan,
> dan menganggap penindasan sebagai hadiah.
>
> Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
> filosofnya gentong nasi,
> dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
>
> Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan terompet
> kehormatan,
> namun melepasnya dengan cacian.
>
> Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun2 berlalu,
> dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
>
> Kemudian masing2 pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa.
>
> ----------
>
> Ketika aku melihat setangkai bunga melati, putih bersih bersinar,
> pikiranku melihat suatu keharuman yang memenuhi angkasa raya,
> namun keharumannya menghilang seperti kabut yang terkoyak sebelum
> mencapai hidungku.
> Meninggalkan ruangan dengan gema tawa mencemooh.
> Orang buangan aku di dunia ini.
>
> Ah, aneh penglihatanku ini,
> karena aku melihat burung2 mengangkat sayap2 mereka di pagi hari
> dengan lagu2, dan kemudian dengan tangisan.
> Kemudian memudar dalam asap di udara.
>
> Tak ada manusia yang mengerti bahasa jiwaku.
>
> Ketika malam tiba, aku kembali dan berbaring, berdandan dalam
> keheningan dengan pikiran aneh.
>
> ----------
>
> Ketika aku berhenti sejenak di hadapan kaca, memandang, di wajahku
> ada sesuatu yang jiwaku tak dapat paham, dan di mataku ada sesuatu
> yang kedalamanku tak dapat memuat.
>
> Seandainya, ketika aku berjalan2 di kota, mereka membuntutiku dan
> berteriak :
>
> Lihat orang buta itu ! Ayo kita beri dia tongkat agar bisa bersandar.
>
> Hai, ia tuli seperti batu ! Ayo kita isi telinganya dengan harmoni
> cinta dan kasih.
>
> Hai, ia sama bisunya dengan kuburan ! Ayo kita kencangkan lidahnya
> yang keseleo.
>
> Bukan malahan dengan perkataan :
>
> Siapa lagi ini ?
> Apa aku pernah mengenalnya ?
> Ikatan apa yang mempersatukan aku dengannya ?
> Dan mengapa aku duduk di sampingnya ?
>
> Biarlah ketika mendengar lidah berbicara, telinga tidak menemukan
> bahwa suara itu aneh.
>
> -----------
>
> Apakah yang engkau cari, wahai saudaraku sebangsa ?
> Apakah engkau ingin aku membangunkan untuk dirimu istana yang megah,
> dihiasi dengan kata2 hampa tanpa makna,
> atau kuil2 pemujaan beratapkan khayalan semu ?
>
> Aku telah bernyanyi untukmu, tetapi kau tidak berdansa.
> Aku telah menangis sebelum kamu, tetapi kau tak menangis.
> Haruskah aku menyanyi dan menangis pada saat yang sama ?
>
> Tetapi kebenaran tak mengenal perubahan,
> tiada pula bakal menghilang.
> Lalu mengapa kau berupaya merusak wujudnya ?
>
> Dan mengapa setiap orang berteriak,
> dimanakah musuh ? Haruskah kita yang membunuh mereka lebih dulu ?
>
> ------------
>
> Marilah saudara, kita daki puncak gunung ini, dan memandang keindahan
> jagat raya.
> Mari kita pergi ke dataran permai yang mempersembahkan hasil bumi
> kepada haribaan lautan.
>
> Aku mencintaimu, saudaraku sebangsa, tetapi cintaku padamu sangat
> pilu bagiku dan tiada guna bagimu.
> Lihat dan renungkan !
> Ketakutan telah mengecat rambutmu menjadi abu2, dan kabut kekelaman
> tumbuh.
>
> Apa yang kaucari, Saudaraku sebangsa ? Jangan beku jiwamu.
> Prikemanusiaan adalah sungai yang cemerlang menyanyikan dan
> mengalirkan rahasia gunung ke jantung samudera.
>
> ----------
>
> Dan ketika kau bangkit jiwa prikemanusiaan mu, dengarkan dentuman
> suaraku : Dirgahayu bangsaku, Dirgahayu saudaraku, Dirgahayu
> negaraku !
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, as as
> as2004as_as@ wrote:
> >
> > Amanat sang rela
> >
> > Bunga melatikah yang harumnya memenuhi angkasa raya
> > Bertaburan bertebaran dari nirwana bumi berserakan pembela merdeka
> > Rela berpedang bambu runcing melawan mitraliur sang angkara murka
> > Dada-dada terbuka muncrat merah delima mengucur dada sang rela
> > Bersungkuran memeluk pertiwi membisikkan merdeka merdeka
> > Angkasa memerah genderang membahana mengiring derap angkara murka
> > Meluncur merpati-merpati putih mengantar suci pekik merdeka pembela
> bangsa
> >
> > Aku tertegun dada tergetar sukma mengelana
> menghayati suasana
> > Kabut putih menguak pahlawan putih berbaris melayang menuju nirwana
> > Terpana aku mendengar suara dari atas sana
> > Wahai penunggang kuda hitam terimalah pedang estafet pembela merdeka
> > Tugasmu melanjutkan mengisi merdeka mengantar bangsa sejahtera
> > Senyum pahlawan rela mengantar suara merpati-merpati putih menebar
> angkasa
> > Mengantar pedang estafet `tuk para ksatria penerus bangsa.
> >
> > Berderap aku menunggang kuda hitam pedang suci
> tergenggam membelah udara
> > Beserta ribuan ksatria pemegang amanat suci pahlawan bangsa
> > Walau udara terpolusi korupsi masih bertebaran angkara bangsa
> > Rakyat jelata masih melata merayap terbata
> > O, mari ksatria coba kita tata bangsa
> > Malu kita kepada sang suci sang rela
> > Mari tata barisan berderap maju menuju Negara Indonesia sejahtera
> bahagia.
> >
> > As as
> >
> >
> > ---------------------------------
> > Pinpoint customers who are looking for what you sell.
> >
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Luggage? GPS? Comic books?
> Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Share Your Style

Show your face in

Messenger & more.

Yahoo! Mail

Get it all!

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

Yahoo! Groups

Endurance Zone

Communities for

increased fitness.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar