Senin, 20 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: catatan kemerdekaan

Mas Edy, ½Merdekaology½ barangkali dan kayaknya memang perlu juga yah...

Setelah baca puisi dari Mas Edy ini, saya jadi berfikir, jangan jangan term ½Merdeka½ itu juga salah satu bentuk ½ParaDogma½ ?

Bagaimana nih, para ½Filsuf½, apakah memang betul apa yang dikatakan oleh Non Sisca bahwa ½Filsuf½ kita itu, adalah ½gentong perut½?... Kalau ´ya´ mengapa nggak ´buang handuk´ aja sekalian?... Biar kesannya ½straight from the heart½ gitu lho... Hahahahaha...

Mas Edy, saya melihat bahwa teori-teori ilmu sosial telah mencapai ½titik jenuh½ dan yang kita (setidaknya orang kecil seperti saya) perlukan dari mereka ½orang-orang pintar½ di bidang sosiology itu, bukan lagi berteori-teori ýang terdengar/terbaca tak lebih berupa ½intellectual exercise½.

Yang kita (setidaknya orang kecil seperti saya) perlukan bahwa mereka mampu ½ACTION½ tanpa terbelenggu status, symbol dan institusi mereka. Termasuk simbol-simbol politis dan ideologis semata. Dan ini yang nampaknya sangat sulit sehingga mereka tidak mampu melakukannya. Bukan karena fikiran mereka tak menjangkau, tetapi saya melihatnya bahwa ´ketidak mampuan´ tsb, akibat dari alasan-alasan yang ½manusiawi½ juga. Misalkan, mereka umumnya ´terjebak´ dengan kebutuhan rutin dan kebutuhan keluarga mereka sendiri. 

Terkadang mereka menulis -mungkin untuk menghibur diri- segala teori, quotes, dan pengetahuannya atas nama ½cinta dan kemanusiaan½, padahal -sementara itu- diluar gedung institusi pendidikan berderet angka generasi muda yang menganggur... Lingkaran kue donut!

Itulah salah satu alasan, mengapa dalam ½Kopitalisme ½ saya sering ´menohok´ tiga serangkai: ´status-symbol-institusi½ dan -juga- menggunakan symbol ½cheerleader½ dan ½mister flintstone½ sebagai ½batu loncatan½. Jadi bukan/tidak menohok ½ilmuannya½ perse, seperti yang dilakukan Vincent terhadap Prastowo beberapa waktu lalu (yang belakangan ikut-ikutan memperhadapkan vis a vis antara kampus - non kampus, itu) Padahal dalam ½perpektif kopitalistic,½ segala sesuatu itu bersifat kondisional dan situasional!   

Dengan memahami premis kondisional dan situasional ini, maka para Politisi dan anggota dewan kita, adalah sedikit dari jumlah manusia yang tercipta dari ½virus kentut Jenderal Jasam½ yang mampu ½lari½ dan ½meloloskan diri½ dari deretan pengangguran dan lingkaran kue donut, itu. 

Kalau kita merasa diperbodoh oleh mereka selama ini, mengapa kita tidak menunjuk dada sendiri dan berkata ½siapa suruh jadi orang bodoh?½ toh mereka itu sama seperti kita: lubang kantongnya menghadap keatas...  Dan, apakah kita tidak bertindak sama seperti mereka, jika -umpama kata- kaki kita berada dalam sepatu mereka?.... Ini yang harus mampu kita jawab, bagi diri sendiri.

Mereka -virus kentut- ini mbrojol dari ½lubang anal½ yang sama dengan para penulis text-text teori  ½cinta dan kemanusiaan½. ½Lubang anal½ yang saya maksud itu, adalah: INSTITUSI... Dan hampir semua dari kita, adalah produk yang keluar dari lubang anal Jenderal Jasam!  Hanya karena pengaruh ½Tablet Analogy½ saja kita masih -kayak orang teler- mengklaim bahwa hanya manusia yg berstatus sebagai pemilik tunggal ½cinta sejati½... Urat syaraf antara lubang anal dan otak sudah tidak nyambung lagi.

Lalu, logikanya, apakah mengharapkan semata bahwa merekalah -politisi dan dewan- sebagai satu satunya diharapkan mau dan mampu untuk memutus lingkaran kue donut tersebut, adalah sebuah fikiran dan pengharapan yang rasional? Seperti banyak tulisan-tulisan artikel di koran-koran oleh orang pintar itu, yang -tok- mengkritik pemerintah saja? Punyakah pengalaman para pengkritik itu berada dalam gedung birokrat? Apakah perlu, mereka -orang pintar ini- diajak untuk melakukan trip ½Kafka Fly½ baru bisa melek?  

Yah, inilah ½catatan kemerdekaan½ itu Mas Edy, setidaknya dari kacamata ½Tuhantu½ hahaha... Barangkali kita bisa awali dengan bertanya: Gimana memutus ½lingkaran kue donut½ tersebut?

... Maybe... Just maybe, -among other things- that is the point -or perhaps the destination- of how and where we should start this ´paradogmatic term´ so called ½Kemerdekaan½ ???...

May FUN be with you

Tuhantu

http://hole-spirit.blogspot.com

 
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Edy Susanto" <aldo_richard@...> wrote:
>
> aku ingin menulis sebuah puisi untuk mengenang
> perayaan kemerdekaan tahun 2007 ini .
>
>
>
> ----- MERDEKA ! betul kah ? ----
>
> aku ragu pada cita cita bangsa ini
> sebuah negara untuk rakyatnya
>
> tahun 2007
> pemerintah mencari untung dari rakyatnya
> kemakmuran rakyat dihitung laba ruginya
> penguasa seakan akan pemegang saham tunggal
>
> aku mau bertanya
> kita ini masih republik indonesia atau bukan ?
>
> ini negara atau perusahaan ?
> milik rakyat dari sabang sampai merauke
> atau orang pemegang kekuasaan dan uang ?
>
> bacalah wahai pemuda indonesia
> baca pancasila,
> baca pembukaan uud 1945,
>
> para pejabat negara, politisi, penegak hukum,
> pemegang senjata dan yang mengaku digaji negara ini
> sudahkah itu kau baca ?
>
> aku menyaksikan
> kekayaan alam dikuasai swasta
> untuk kemakmuran segelintir manusia
>
> kelompok fakir miskin dan anak anak terlantar
> di abaikan negara
>
> para penjahat dipelihara oleh negara
>
> pendidikan bukan untuk mencerdaskan bangsa
> tapi untuk melayani pengusaha
>
> aku menjerit di dalam
> aku berharap generasi tua mati semua
> kemunafikan dihancurkan
> tujuan bangsa ini di luruskan
>
> 17 agustus 2007
> kita ini perlu proklamasi lagi
> mari kita susun negara lagi
>
> kalo mungkin aku mau membangkitkan
> soekarno - hatta
> aku mau menuturkan kisah ini
> lalu bertanya:
>
> bung , kita ini masih negara republik indonesia
> atau perusahaan dagang bernama indonesia ?
>
> dibuat :18 agustus 2007
>
> salam
> edy
> pekalongan
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your style in

Messenger & more.

Yahoo! Mail

Get it all!

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals

w/ Real Food lovers.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar