Senin, 20 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: MENAKAR KE-INDONESIA-AN

Rekan sepadepokan, berikut ini adalah ´dialog´ perjapri dengan ´Nalaratih´ tentang tulisan ½Menakar Ke-Indonesia-an½ yang saya pengen share ke sidang majelis, sekalian... Semoga ada manfaat... :-)

Nalaratih, wrote:

kirain...sepasang sendal jepitnya berwarna merah dan putih...tahunya
biru dan kuning...nambah warna pelangi Indonesia??? hehehe

always fun,
Nala

Tuhantu´s reply:

Hehe, iya yah... Betul, mestinya warna sendalnya itu merah putih,...  Tapi itulah, warna sendal-sendal jepit itu dulu, memang warnanya begitu: kuning dan yang satunya berwarna biru. Saya menuliskannya apa adanya saja...:-) 
 
Tulisan itu aku tulis tahun 2001, kebetulan barusan aku dapat di tumpukan ´arsip´... :-)
 
Sebetulnya tulisan itu disertai photo-photo (sendal-sendal jepit tsb) yg sebenarnya sekedar untuk ´meledek´ seorang teman saya yang ternyata tidak tahu dimana letak Gunung Kelimutu dan Kawah Ijen... Mending kalau teman tsb tidak punya pendidikan, tapi lha... dia itu anak mantu seorang pemilik koran terbesar di kota saya ?... Nah, bagi saya, itu sangat...sangat...sangat tidak masuk akal. 
 
Model teman seperti saya tersebut, ternyata bukan cuman satu orang saja. Sehingga waktu itu menjadikan saya bertanya tanya apakah model semacam teman tersebut juga banyak terjadi di belahan lain Indonesia? Artinya, banyak yang mendengar kata ´Indonesia´ dan tempat-tempat lainnya di Indonesia, sekedar melalui televisi, tok... ??? Kalaupun mereka -kebetulan ada duit- dan mengadakan traveling, mereka lebih senang pergi shopping ke Singapore?...
 
How many places in Indonesia have you visited already?...:-)
Dan, menurut Nalaratih, bagaimana sih -yang sebaiknya- disebut sebagai ½Orang Indonesia½ itu?...
 
Be Fun to you, too...
 
Tuhantu

 


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan" <tuhantu_hantuhan@...> wrote:
>
>
>
>
> Aku adalah dua bersaudara, dan oleh Majikanku, aku disebut sebagai Daeng
> Gau, saudaraku disebut sebagai Daeng. Kuneng.
>
>
>
> ½Kuneng dan Gau akan kita bawa kali ini, setelahnya kita tak lagi
> memerlukan mereka...½ Kata majikanku suatu malam penuh bintang.
>
>
>
> ½Akan dibawa kemana kita kali ini, kak?½ Tanya Kuneng padaku.
>
>
>
> ½Tak taulah dik, yang saya dengar semalam bahwa ini perjalanan kita
> yang terakhir kalinya. Majikan kita sudah tidak akan memakai tubuh kita
> yang sudah lecet-lecet ini, dik.½ Jawabku, kala itu saya dan adikku
> telah berada dalam kendaraan.
>
>
>
> Dalam sebuah ruangan pengap, tubuhku dan tubuh adikku berhimpitan dengan
> berbagai jenis hunian yang ada dalam ruangan gelap dan terus bergoyang
> kesana kemari akibat laju kendaraan yang meliuk-liuk.
>
>
>
> Sampai suatu ketika, terdengar suara majikanku kembali berbicara dengan
> pasangannya, ½ Kita akan nginap semalam di Desa Moni, terletak di
> kaki Gunung Kelimutu. Besok paginya baru kita hiking menuju puncak
> gunung dengan danau tiga warna itu.½
>
>
>
> Majikanku sangat gemar melakukan perjalanan ke pelosok-pelosok daerah,
> desa-desa, gunung-gunung, sambil memanfaatkan tubuhku dan tubuh adikku.
> Dan perjalanan kali ini, menurutnya adalah sebuah perjalanan untuk yang
> terakhir kalinya bagiku dan adikku.
>
>
>
> Beberapa waktu lalu, kami berdua diajak berkunjung ke sebuah kawasan
> hutan tetumbuhan Anggrek liar, bernama Banchea, dimana tubuh saya dan
> adikku dipakai sepuas-puasnya oleh Majikanku selama berjam-jam, sejak
> dari desa Pendolo hingga ke Banchea itu. Dan ketika sampai pada hutan
> tersebut, ternyata Majikanku hanya mengaso selama kurang dari 30 menit,
> karena kelihatannya agak kecewa karena hutan tersebut saat itu tidak
> sesuai dengan apa yang diharapkannya. Hanya sedikit tanaman Anggrek liar
> yang nampak, selebihnya adalah tetumbuhan nanas liar. Padahal dari desa
> Pendolo, untuk mencapai hutan Banchea itu dilakukan dengan berjalan kaki
> selama lebih dari lima jam, karena tak ada kendaraan umum, maupun jalan
> umum.
>
>
>
> ½Seandainya kita berangkat agak subuh, akan ada waktu untuk sekedar
> bermain-main di danau yang bening ini. Sayangya kita berangkat agak
> siangan, sehingga sekarang saat sampai, sudah menjelang gelap. Jadi kita
> pulang saja, supaya kita sampai di Pendolo sebelum tengah malam.½
> Demikian kudengar majikanku memberi penjelasan.
>
>
>
> Besoknya, majikanku sepertinya belum juga punya rasa letih, dia
> merencanakan sebuah perjalanan dengan menggunakan perahu nelayan untuk
> mengarungi Danau Poso. Saya dan adikku tak pernah istirahat guna
> memenuhi kebutuhan majikanku dalam perjalanan yang sangat melelahkan
> itu.
>
>
>
> ½Saya pengen merasakan makanan khas Tentena, kamu pernah?½ Tanya
> pasangan majikanku.
>
>
>
> ½Belut? Belum pernah tuh, ayuk kita coba... Mau? Namanya Sugili...
> ½ Jawab majikanku antusias.
>
>
>
> Itulah salah satu kenangan saya dan majikanku dalam sebuah perjalanan
> yang membuat tubuhku dan tubuh adikku letih dan penuh lecet-lecet karena
> dipakai tanpa ampun.
>
>
>
> Demikian pula kali ini, tubuhku dan tubuh adikku ditempatkan secara
> berdesakan dalam sebuah ´persembunyian´ yang pengap dan gelap,
> sekali lagi kami berdua harus siap tubuh kami dipakai oleh majikanku
> dalam perjalanannya, kali ini.
>
>
>
> Seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, tubuhku dan tentunya tubuh
> adikku sangat letih penuh dengan lecet-lecet, bahkan kudengar adikku
> mengeluh bahwa dia tak lagi sanggup menahan letih dan lecet-lecet
> ditubuhnya.
>
>
>
> ½Sabarlah dik, ini adalah perjalanan kita yang terakhir, kudengar
> mereka semalam untuk tidak lagi menggunakan jasa tubuh kita...
> Sabarlah.½ Kataku menghibur.
>
>
>
> Desa Moni sangatlah dingin, kuperhatikan majikanku tertidur dengan
> selimut berlapis-lapis, salah satu selimutnya adalah kain ikat motif
> Flores, dan kepalanya terbungkus kain handuk kering untuk melindungi
> lubang telinganya dari tusukan hawa dingin yang menyengat.
>
>
>
> Subuh hari, terdengar majikanku sudah berkemas dan tentu saja tubuh saya
> telah dipakainya, demikian pula tubuh adikku. Sepanjang perjalanan yang
> berliuk-liuk kunikmati pemandangan yang sangat indah dan luar biasa.
> Meskipun tubuh kami sangat letih dan semakin lecet akibat
> perjalanan-perjalanan sebelumnya, saya dan adikku sangat takjub akan
> keindahan berbagai tempat yang pernah dikunjungi oleh majikanku.
>
>
>
> Saya teringat beberapa tahun lalu kira-kira 2 tahun sebelum perjalanan
> ke Kelimutu ini, di atas sebuah gunung, yang namanya Tangkuban Perahu,
> terdengar percakapan pasangan majikanku kepadanya.
>
>
>
> ½Akh, betapa luas alam ini, saya merasa begitu kecil...
> Insignificant!... Saya merasa saya tidak begitu penting... Dan
> sedemikian sangat insignificant, saya seperti merasa tak ada yang
> bergelayut punggung saya untuk memberi segala penghakiman... Bukan
> berarti bahwa saya bisa melakukan apa saja, akibat dari perasaan tak ada
> yg menghakimi, ini... Karena apapun yang kita lakukan akan mempunyai
> implikasi pada lingkungan dan orang lain... Tetapi, kamu tahukan sejak
> kecil saya dibesarkan dalam doktrin ½guilty½.... Segala sesuatu
> selalu terhantui rasa bersalah dan penghakiman yang sangat ketat...
> Disini saya rasakan semacam relief yang susah saya jelaskan dengan
> kata-kata...½ Nada suara itu terdengar demikian takjub atas fenomena
> alam di situ, di Tangkuban Perahu.
>
>
>
> Kini, dalam perjalanan kali ini di lereng gunung Kelimutu, saya dan
> adikku merasakan benar bahwa bahwa perjalanan kami -saya dan adikku-
> saat ini adalah yang terakhir kalinya.
>
>
>
> Saat ini, saya dan adikku telah lama terbuang, tubuhku tidak lagi utuh.
> Sementara adikku sudah tak tahu lagi dimana keberadaannya. Kondisi
> sekitarku, dimana aku kini berada sangat busuk dan kotor. Yah, setelah
> terseret arus sungai yang panjangnya tak lagi bisa aku ingat, sebagian
> tubuhku terdampar dionggokan sampah. Di sana-sini lalat mendengung
> beterbangan, bahkan di ujung kiri bagian atas, ada tempat belatung
> menggeliat menghancurkan sisa-sisa daging dan tulang busuk, tak jauh
> dari diriku.
>
>
>
> Kata-kata yang sempat terngiang ditelingaku dan terus menggema hingga
> saat ini adalah...
>
> ½ Gau dan Kuneng akan saya abadikan dalam bingkai ini, karena mereka
> telah melakukan perjalanan yang sangat jauh dan mengunjungi tempat
> tempat yang bagi orang Indonesia saja barangkali belum pernah
> mengunjunginya. Gau dan Kuneng belum tentu kalah dari mereka yang
> mulutnya sampai berbusa-busa menyebut kata ½Nasionalisme½ demi
> lubang kantong dan lubang perut mereka sendiri, demi status-simbol dan
> institusi mereka sendiri.... Kuneng dan Gau bahkan belum tentu kalah
> oleh sebagian besar orang Indonesia lainnya... ½
>
>
>
> Demikianlah tubuhku dan tubuh adikku dilem dalam sebuah bingkai berkaca,
> dan bingkai itu digantung di tembok dinding ruang tengah rumah kontrakan
> mereka yang sangat sederhana.
>
>
>
> Namun sejak majikanku pergi, kami -saya dan adikku- sudah tak lagi punya
> pegangan. Seandainya kami menjual diri di trotoar kaki limapun, tak
> mungkin ada yang akan membeli tubuh letih dan lecet milik kami.
>
>
>
> Jika kalian kebetulan mengenal siapa pemilikku itu, sampaikan salam
> rindu saya padanya di Hari Kemerdekaan ke-62, 17 Agustus, tahun ini.
> Apakah dia masih mengingat rasa bangga yang sama bertahun-tahun lalu,
> ketika memajang tubuhku dan adikku disebuah bingkai dengan tulisan ½
> The True Travellers of Indonesia½ di bingkai milikku dan adikku?
>
>
>
> Mungkinkah dia masih sudi mengingat getaran kebanggaannya itu, jika dia
> tahu bahwa saya kini tak lebih dari sepotong sampah tercampakkan dan
> tidak bernilai apapun? Bahkan tak ada yang sudi menggunakan tubuh saya
> lagi, sekalipun itu adalah pemilik sepasang kaki kumuh rakyat miskin di
> kampung pembuangan sampah ini, yang saban hari mengais sampah di
> sekitarku. Kaki-kaki kumuh yang saban hari disuapi kata-kata
> ½Merdeka!½ tanpa tahu merasakan apa makna kata itu.
>
>
>
> Sampaikan salamku, jika kalian pernah tahu siapa pemilikku itu, dan
> tolong sampaikan dimana dia saat ini. Saya Gau dan Adikku Kuneng, adalah
> sepasang sendal jepit, yang berwarna biru dan kuning...
>
>
>
> May FUN be with you
>
>
>
> Tuhantu
>
> http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Make a Virtual You

Show your style &

mood in Messenger.

Yahoo! Mail

Get it all!

With the all-new

Yahoo! Mail Beta

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar