Rabu, 22 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: MENAKAR KE-INDONESIA-AN

Hai Tuhantu man…
Asik bener main catur ama Zeus di awan…sepanjang jalan masih muter-
muter nih otak karena permainan catur ini…bener-bener rasanya di
awan…heheheee

Tuhantu:
Hihihi, Mbak Nala, thank you deh... Asyik lho, dengan contoh dari
anak laki-laki alm. Ibrahim Hasan dan keluarganya, masuk dalam point
numer 2 (Move the ´stinky feets´ BACK to Indonesia)
Nala:
Mengenai spiking teorikling implementasi Pancasila…kalo konsep doang
ya jelas teori pasti sampai lebaran haji tahun tranformers ya tetap
muter-muter di situ...dan implementasi emang sih masih kedodoran di
sana sini...tapi masih ada lho yang konsisten menghayati dan
mengimplementasikannya..ku kasi contoh seorang birokrat di
Departemen Agama..(kalau temennya Mas Gotho kan pindah aquarium)
tapi kalau ini ndak—berani ambil risiko besar, di musuhi banyak
orang dan bahkan si santet sekalipun……hehehhee…Dia salah satu Dirjen
dengan kewenangan pembinaan pendidikan Islam---jadi dia bikin satu
program besar dengan dana besar juga tentunya, dari pembangunan
sarana prasaran sampai SDM nya, dengan memberikan banyak beasiswa
bagi karyawan, guru, staff, dst……Dana asing yang masuk berhasil dia
negosiasi sehingga pembagiannya 50:50 dengan Diknas….(karena
biasanya porsi besarnya Diknas)….dan acuan dia melangkah yaaaa satu
saja Pancasila sila kedua…akses terhadap pendidikan berkualitas itu
hak setiap warga…selama ini siswa-siswa pesantren, madrasah,
dst….kualitas pendidikannya masih jauh dibawah....dia buka jalan
untuk akses pendidikan berkualitas tersebut….salut deh buat
dia….tahu sendiri kan depag seperti apa???
Pancasila semestinya bukan konsep doang tapi suatu nafas hidup orang
Indonesia kan??? Bukan model penataran P4 jaman dulu…..

Tuhantu:
Dan ada satu tambahan lagi, bahwa menjadi ´Orang Indonesia´ yang
´baik´ adalah:
3. Menjadi ½Pancasialis½... Gitu khan, Mbak Nala?...
Rupanya -straightly speaking- saya bukanlah ½Orang Indonesia½ yang
½Baik½, nih...kalau gitu:-) ... Itu lho, ½Ketuhanan Yang Maha
Esa½ ... Karena mengucapkan term ´tuhan´ -dalam mind-frameku- aku
anggap bukanlah produk dari sebuah kesadaran penuh, jika tidak
disambungkan -secara terpadu, menyeluruh, berkesinambungan serta
secara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya- dengan term
´hantu´... Liat ´ID´ ku, kan? ... :-( ... But, that is my own
decision.
Nala:
Hahahaa……mas Tuhantu..kita sama-sama tahu lah apa arti sila pertama
tersebut…bukan dalam arti Ketuhanan dan beragama yang konvensional
kannnnnnnnnnn????? Ntar banyak yang tidak tercover dong......kan dah
kubilang Universal Value lo Pancasila itu.....of course you are the
good people of Indonesian….bertuhan dan beragama yang mampu bersikap
kritis lepas dari fanatisme tho…….

Tuhantu:
Bukannya, saya tidak punya grounding yg mendasar. Groundingnya, aku
buat secara ´solo karir´ yakni ½We are the Creative Truth½... Dan
´grounding´ itu, bukanlah pula hasil memetic secara ideologis-
sosiologis... Tetapi secara Kopitalis... Hihihihi....
Nala:
Nah bener kan…who you are…….secara Kopitalis jauh lebih menarik tho…
belajar dengan eksperimen sendiri…apalagi di warung kopi---wow….jadi
inget social-eksistensial yang pada akhirnya melahirkan modus kami
dan kita ala Fuad Hasan….heehheeee….bener ga???? Ada komplain dari
warga tetangga yang sudah kenal baik…katanya mana Indonesia tuh
banyak orang pinter…tapi apa-apa selalu dari luar mana yang
kontektual indo…mana? Mana? Dengan nada menuntut…terutama mengenai
psikologi. Kita dijajah tidak oleh produk tapi ilmu juga katanya…

Tuhantu:
Karena... Eh karena... Terminologi ½Kebenaran½ itu adalah sebuah
produk imaginative (neuron chit chats) Baik jika kita gali dari
aspek ½Scientific Truth½ maupun ½Religious Truth½... Saya siap
berdebat dengan siapa saja, tentang hal ini...:-) Asal siapkan
sesajen berupa KOPI dan kue DONUT, hahahaha....
Nala:
Ok…beres!!! Pasti kusiapkan Kopi dan Donut yang melimpah..kan negeri
kita gemah ripah loh jinawi..hahahaaa…..setuju..bahwa kebenaran
adalah produk imajinatif….wong masing-masing orang punya derajat
kebenaran sendiri-sendiri yang tentunya juga dengan pengertian ayng
berbeda satu sama lain….

Tuhantu:
Sebelum Om Goen protes bahwa tulisan ini hanya untuk membahas
½Tuhantu½ saya ingin bertanya: So in your own opinion, apakah saya
nggak usah pulang lagi ke Indonesia, karena saya tidaklah masuk
dalam kategori ´Orang Indonesia´?... :-(
Nala:
Hahaha….welcome home my brother….sangat diharapkan apalagi dengan
CSR yang sudah anda lakukan….negeri kita sangat perlu itu….apalagi
edukasi masyarakat masih sangat diperlukan…masyarakat
menantikan…..jujur kacang ijo ini…hehehee

Tuhantu:
Ntar, dulu menyangkut Sila Pertama ini, kebetulan saya merekam
sebuah diskusi ´dahsyat´ (sampe baku hantam meja, waktu itu) di
sebuah warung kopi... Dialog itu aku rekam dalam tulisan ½Titik
Hilang½... )
Tentang tokoh-tokoh pergerakan ½masa lalu½ (misalkan orang-orang
½gila½ diera Malari) bukannya saya ingin kesampingkan dalam ½Menakar
Ke-Indonesiaan´ ini. Karena hal itu, telah banyak dibahas dalam
artikel-artikel dan buku-buku yang telah terbit, oleh mereka yang
memang berkompeten dan legitimet untuk membahas sejarah ´masa lalu´.
Straightly speaking, ´proyeksi´ yang saya pengen ½senggal-senggol½
di sini, adalah ½To The Future.½ Ini juga salah satu pesan langsung
ke saya, bertahun-tahun lalu yang -justru- juga berasal dari salah
satu tokoh ½masa lalu½... Gitchu, lho... Mbak´e...:-)
Nala:
Ok…that's good…dan beban berat untuk jaman sekarang ini…tohoh era
Malari kebetulan yang kukenal adalah orang-orang yang masih
konsisten dengan semangat Pancasila untuk saat ini dan ke
depan….dalam wujud menjadi orang Indonesia…yang pada akhirnya akan
bisa dipertanyakan kadar ke indonesiaaannya….acuan bersama ya tetap
kan…kalo berubah ya tentunya Negara ini akan berubah gitu tho….??
Hehehee
Dan justru itu Mas'e…..konsen ku juga ke depan ke masyarakat…meski
daku ini non muslim…pak Dirjen Depag itu juga tetap kubantu….apalagi
pendidikan….

Tuhantu:
Quote: ... dan mencari jawaban yang baik tentang kadar keIndonesiaan
ya susah nimbangnya dan dengan jalur yang beragam pula,... End of
quote.
Tuhantu: Thats why I wrote this... Kalau nggak susah, ngapain
ngebahasnya :-) Ada lho orang yang memang hobbya nyari yang ´susah-
susah´, mungkin saya salah satunya...hahaha... Karena, kalau
jawabannya udah ´dapet´ maka jawaban itu adalah touch stone dari
´PatanYali Factors´... See? I am a ½crazy½ sonofabeach, too... :-
D ....
Nala:
Dah keliatan kalo itu…buat Mas'e ini tantangan tuh makanan ringan
hahahaa.....

Tuahntu:
Quote:... Tapi kan kita punya acuan bersama dalam berbangsa...ya
Pancasila tho apalagi...hehehee... End of quote.
Tuhantu: ... Kalau kita teruskan bahasannya, maka ujung-ujungnya...
½kembali ke diri sendiri½ Hhhuuuuuuu... Main catur ama Zeus!
Hahahaha...
Nala:
Hehehee....huhuhuuuu .....of course not mas'e......katanya perubahan
diawali dari hal/entitas paling kecil...kalau masyarakat kan diri
sendiri.....tapi itu bukan ujung akhirnya kannnnn???....kalau stop
disitu ya sudah sangat clear dan dah banyak yang membuat konsepsi
dengan zeus di awan sana.....meski semua memang berasal dari diri
sendiri--paling susah lho ngatur diri sendiri.....bagaimana karya
yang kita buat mampu menular ke orang lain (paling tidak
semangatnya).....dah next step setelah dari diri sendiri (malah bisa
terjebak pada egois dong kalau ujungnya hanya itu)......hayooo
kepiye iku...misalnya karya mas'e ini...akan ada banyak hal yang
bisa dibahas dan dikembangkan tho....(nafasnya kemanusiaan yang adil
dan beradab kan???) hahahaa......

Tuhantu:
Quote: ... emang bener jangan cari di kampus...lebih baik cari di
tukang kebun saja... End of quote.
Tuhantu: Hidup tukang kebun!... horreee! Jadi nggak usah cari
jawaban ke Filsuf, Sosiolog dan Psikolog, gitchu maksudnya Mbak?
Hahahahaha...
Nala:
Hahahaa....kurang lebih begitu..sori tidak ada tendensi apa-apa
lho...ntar pada marah ama Nala...wah gawat!..aku tuh masih suka
terheran-heran dengan filsuf----jawabannya bikin pusing kepala,
dengan sosiologi----jawabannya tentang struktur, pada psikolog---
jawabannya pada label dan justifikasi......akhirnya ya pada tukang
kebun baru nemu jawabannya...karena mereka mempunyai filsafat
kehidupan sendiri....hehehehee

Tuhantu:
Quote: dan, refleksi yang bagus tentang makna kemerdekaan (terutama
makna sila kedua dari Pancasila...hehehee)
Tuhantu: teoritikli spiking, yup... realitas-aktualnya?:
Tulaliiittt...tulaliiitttt...tulaliiittt... Masuk kategori bahasan
½Tulalitology½ Wahahahahahahaha....
Nala:
Hahahaaa.......teoritikli spiking???? Wow! Emang hebat kalo main
catur ama Zeus di awan…..tapi praktek kehidupannya ndak ngerti apa-
apa…dan kehilangan konteks…..emang jaman orba…cuma slogan doang????
Huh!...

Smile with me
Nala

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
<tuhantu_hantuhan@...> wrote:
>
>
> Hihihi, Mbak Nala, thank you deh... Asyik lho, dengan contoh dari
anak
> laki-laki alm. Ibrahim Hasan dan keluarganya, masuk dalam point
numer 2
> (Move the ´stinky feets´ BACK to Indonesia)
>
> Dan ada satu tambahan lagi, bahwa menjadi ´Orang Indonesia´ yang
> ´baik´ adalah:
>
> 3. Menjadi ½Pancasialis½... Gitu khan, Mbak Nala?...
>
> Rupanya -straightly speaking- saya bukanlah ½Orang Indonesia½ yang
> ½Baik½, nih...kalau gitu:-) ... Itu lho, ½Ketuhanan Yang Maha
> Esa½ ... Karena mengucapkan term ´tuhan´ -dalam mind-frameku-
> aku anggap bukanlah produk dari sebuah kesadaran penuh, jika tidak
> disambungkan -secara terpadu, menyeluruh, berkesinambungan serta
secara
> seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya- dengan term
> ´hantu´... Liat ´ID´ ku, kan? ... :-( ... But, that is my
> own decision.
>
> Bukannya, saya tidak punya grounding yg mendasar. Groundingnya,
aku buat
> secara ´solo karir´ yakni ½We are the Creative Truth½... Dan
> ´grounding´ itu, bukanlah pula hasil memetic secara
> ideologis-sosiologis... Tetapi secara Kopitalis... Hihihihi....
>
> Karena... Eh karena... Terminologi ½Kebenaran½ itu adalah sebuah
> produk imaginative (neuron chit chats) Baik jika kita gali dari
aspek
> ½Scientific Truth½ maupun ½Religious Truth½... Saya siap
> berdebat dengan siapa saja, tentang hal ini...:-) Asal siapkan
sesajen
> berupa KOPI dan kue DONUT, hahahaha....
>
> Sebelum Om Goen protes bahwa tulisan ini hanya untuk membahas
> ½Tuhantu½ saya ingin bertanya: So in your own opinion, apakah saya
> nggak usah pulang lagi ke Indonesia, karena saya tidaklah masuk
dalam
> kategori ´Orang Indonesia´?... :-(
>
> Ntar, dulu menyangkut Sila Pertama ini, kebetulan saya merekam
sebuah
> diskusi ´dahsyat´ (sampe baku hantam meja, waktu itu) di sebuah
> warung kopi... Dialog itu aku rekam dalam tulisan ½Titik
> Hilang½... )
>
> Tentang tokoh-tokoh pergerakan ½masa lalu½ (misalkan orang-orang
> ½gila½ diera Malari) bukannya saya ingin kesampingkan dalam
> ½Menakar Ke-Indonesiaan´ ini. Karena hal itu, telah banyak dibahas
> dalam artikel-artikel dan buku-buku yang telah terbit, oleh mereka
yang
> memang berkompeten dan legitimet untuk membahas sejarah ´masa
> lalu´.
>
> Straightly speaking, ´proyeksi´ yang saya pengen
> ½senggal-senggol½ di sini, adalah ½To The Future.½ Ini juga
> salah satu pesan langsung ke saya, bertahun-tahun lalu yang -
justru-
> juga berasal dari salah satu tokoh ½masa lalu½... Gitchu, lho...
> Mbak´e...:-)
>
> Quote: ... dan mencari jawaban yang baik tentang kadar
keIndonesiaan ya
> susah nimbangnya dan dengan jalur yang beragam pula,... End of
quote.
>
> Tuhantu: Thats why I wrote this... Kalau nggak susah, ngapain
> ngebahasnya :-) Ada lho orang yang memang hobbya nyari yang
> ´susah-susah´, mungkin saya salah satunya...hahaha... Karena,
> kalau jawabannya udah ´dapet´ maka jawaban itu adalah touch stone
> dari ´PatanYali Factors´... See? I am a ½crazy½ sonofabeach,
> too... :-D ....
>
> Quote:... Tapi kan kita punya acuan bersama dalam berbangsa...ya
> Pancasila tho apalagi...hehehee... End of quote.
>
> Tuhantu: ... Kalau kita teruskan bahasannya, maka ujung-ujungnya...
> ½kembali ke diri sendiri½ Hhhuuuuuuu... Main catur ama Zeus!
> Hahahaha...
>
> Quote: ... emang bener jangan cari di kampus...lebih baik cari di
tukang
> kebun saja... End of quote.
>
> Tuhantu: Hidup tukang kebun!... horreee! Jadi nggak usah cari
jawaban ke
> Filsuf, Sosiolog dan Psikolog, gitchu maksudnya Mbak? Hahahahaha...
>
> Quote: dan, refleksi yang bagus tentang makna kemerdekaan (terutama
> makna sila kedua dari Pancasila...hehehee)
>
>
> Tuhantu: teoritikli spiking, yup... realitas-aktualnya?:
> Tulaliiittt...tulaliiitttt...tulaliiittt... Masuk kategori bahasan
> ½Tulalitology½ Wahahahahahahaha....
>
> May FUN be with you
>
> Tuhantu
>
> http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com>
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "nalaratih"
> <nalaratih@> wrote:
> >
> > Hahaha....asik juga maen catur ama Zeus..nangkring di awan..tapi
> > panggil aja Nala..
> > lha itu contoh nyata je..dari anak laki-lakinya almh Ibrahim
Hasan
> > dan keluarganya yang akhirnya kembali ke tanah air...dengan
> > pemahaman tentang filosofi menjadi orang Indonesia (dia kembali
pada
> > saat Aceh tsunami)...dan bagaimana menakarnya (kadar
> > keIndonesiaannya) yaaaaa dengan kembali ke Pancasila
> > tadi...bagaimana warga indonesia dimanapun tempatnya dia
mempunyai
> > jiwa tersebut..
> > ok deh....aku ndak akan kasi contoh tentang dia deh bias kali
> > yaaa.....lha mohon dipersori Tuhantu..Nala punya contoh nya emang
> > yang seperti itu...belum kuceritain ya contoh dari mereka orang
> > orang yang "gila" dari jaman malari..
> > dan ini cerita lain..ada satu temenku yang dapat beasiswa
fullbright
> > dan punya kesempatan studi ke US tapi dia nggak mau lakukan itu
dan
> > pilih UI untuk studinya...dengan alasan masalah data merah putih
> > (simbol juga?? bolehkan?? hehehe)...dia tidak rela data tentang
> > indonesia diaduk-aduk dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak
asing...dah
> > bosen dengan ke-goblog-an orang-orang yang dengan mudahnya
disetir
> > dan dimanfaatkan oleh pihak asing..begitu katanya..
> >
> > contoh konkrit tuh bisa banyak macamnya lho...sehingga insightnya
> > juga akan membentuk lansekap yang lebih utuh...sehingga sandal-
> > sandal jepit menjadi rangkaian indah pelangi
Indonesia...dimanapun
> > berada....tanpa mengurangi kadar keIndonesiaannya.
> >
> > dan mencari jawaban yang baik tentang kadar keIndonesiaan ya
susah
> > nimbangnya dan dengan jalur yang beragam pula,...tapi kan kita
punya
> > acuan bersama dalam berbangsa...ya Pancasila tho
> > apalagi...hehehee...emang bener jangan cari di kampus...lebih
baik
> > cari di tukang kebun saja...dan...
> >
> > refleksi yang bagus tentang makna kemerdekaan (terutama makna
sila
> > kedua dari Pancasila...hehehee)
> >
> >
> > smile with me
> > Nala
> >
> > --- In
psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> > tuhantu_hantuhan@ wrote:
> > >
> > >
> > > Mas Gotho, Mas Gozansehatwalafiat & Mbak Nalaratih... Thank you
> > atas
> > > tanggapannya...
> > >
> > > A. Jadi, untuk menjadi ´Orang Indonesia´ yang ´baik´
> > > terdapat kesimpulan sementara:
> > >
> > > 1. Moving our stinky feets, OUT of Indonesia... (Gotholoco)
> > >
> > > 2. Moving those stinky feets, BACK to Indonesia... (Gonzosehat)
> > >
> > >
> >
3....................................................................
> > ...\
> > > .
> > >
> > > B. Akan halnya bagaimana itu ½Menakar Ke-Indonesia-an½
> sementara
> > > ini, terdapat beberapa pertanyaan, sbb:
> > >
> > > 1. Mungkinkah mencari jawaban bagaimana itu ½Menakar
> > > Ke-Indonesia-an½ melalui symbol-symbol ??? (misal: menghafal
> lagu,
> > > mempersoalkan warna, dll...smiling to Nalaratih...;-)
> > >
> > > 2. Mungkinkah pula mencari jawaban pertanyaan itu kepada para
> > Filsuf dan
> > > Sosiolog melalui jalur ´Institusional´ dan mereka yang
> barangkali,
> > > belum tau membedakan antara ½Ngilsafat½ dan ½Ngaji½
> ???...
> > >
> > > 3. Mungkinkah mencari jawabannya kepada para profesional,
ilmuwan
> > maupun
> > > intelektual yang -mungkin- sementara sangat sibuk menjadi
tukang
> > cetak
> > > dan pedagang ½sticker½ serta ½label½... ???
> > >
> > > 4. Ataukah memang jawabannya harus dicari pada orang-orang yang
> > > ´tercecer´ atau mereka yang -seperti teman Mas Gotho-
> > > ´mencecerkan diri´? (pindah ½aquarium½?)
> > >
> > > Demikian pertanyaan dan atau kesimpulan sementara... Ada yang
> > lain?...
> > >
> > > Nalaratih, kok nggak ngejawab dengan opini sendiri, ayo
dong?... :-
> > ) Dan
> > > ada bagusnya disertai dengan contoh kasus yang ´membumi´...
> > > (seperti contoh kasus dari Gotholoco, itu) Misalkan komentar
> > komentar
> > > klise seperti ½mulai dari diri sendiri..bla..bla..bla..½ Itu
> > > namanya opini yang nangkring diatas awan sambil merasa diri
bermain
> > > catur dengan Zeus... :-)
> > >
> > > May FUN be with you
> > >
> > > Tuhantu
> > >
> > > http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-
spirit.blogspot.com>
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "nalaratih"
> > > <nalaratih@> wrote:
> > > >
> > > > Itu namanya melarikan diri karena mana
> > > > tahannnnnnnnnnnnnnnn....klasik sih dan manusiawi
sekaleeeee...
> > > > bisa di mengerti dan dipahami...
> > > >
> > > > senyum,
> > > > Nala
> > > >
> > > >
> > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "gotholoco"
> > > > gotholoco@ wrote:
> > > > >
> > > > > Nggak bilang gitu seh, yang jelas dia dulunya seorang
birokrat
> > di
> > > > dept
> > > > > kesehatan, pernah menjadi pimpro berbagai proyek.
Berhubung di
> > > > > orangnya lurus, jujur dan keras hati, serta hapal dan tau
betul
> > > > > permainan pat-pat gulipat dokumen proyek valid padahal
tipu, ia
> > > > nggak
> > > > > tahan. Di ibaratkan dirinya seperti hidup dalam suatu
aquarium
> > yang
> > > > > airnya kotor, satu-satunya jalan supaya "batah dan
bertahan"
> > adalah
> > > > > pindah "aquarium".
> > > > > begitcu om Sech Hantuan Tak Bertuan.
> > > > > Udah ngajak saya, soal "visa hijau" bisa di atur
he..he..he..
> > > > > :)
> > > > >
> > > > > --- In
> > psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> > > > > <tuhantu_hantuhan@> wrote:
> > > > > > Quote: ... arti kemerdekaan adalah bagaimana bisa segera
> > pindah
> > > > dari
> > > > > > indonesia. (di oakland sana, temenku dapat lebih merasa
> > > > indonesia)
> > > > > >
> > > > > >
> > > > > > Uhmmm... Mas Gotholoco... Teman Anda itu ingin mengatakan
> > bahwa,
> > > > kalau
> > > > > > orang-orang yang masih tinggal di Indonesia, mereka itu
> > berarti
> > > > belum
> > > > > > menjadi ´orang Indonesia´ yang ´benar´ dan
> > > > > > ´merdeka?´... Hikhikhik...
> > > > > >
> > > > > > Be Fun...
> > > > > >
> > > > > > Tuhantu
> > > > > >
> > > > > > http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-
> > spirit.blogspot.com>
> > > > > >
> > > > > >
> > > > > >
> > > > > >
> > > > > > --- In
psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "gotholoco"
> > > > > > <gotholoco@> wrote:
> > > > > > >
> > > > > > > Kata temen saya yang sekarang tinggal di Oakland, arti
> > > > kemerdekaan
> > > > > > > adalah bagaimana bisa segera pindah dari indonesia.
> > > > > > > (di oakland sana, temenku dapat lebih merasa indonesia)
> > > > > > > :)
> > > > > > >
> > > > > > > --- In
> > > > psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> > > > > > > tuhantu_hantuhan@ wrote:
> > > > > > > >
> > > > > > > >
> > > > > > > > Rekan sepadepokan, berikut ini adalah ´dialog´
> perjapri
> > > > dengan
> > > > > > > > ´Nalaratih´ tentang tulisan ½Menakar
> > > Ke-Indonesia-an½
> > > > > > yang
> > > > > > > > saya pengen share ke sidang majelis, sekalian...
Semoga
> > ada
> > > > > > manfaat...
> > > > > > > > :-)
> > > > > > > >
> > > > > > > > Nalaratih, wrote:
> > > > > > > >
> > > > > > > > kirain...sepasang sendal jepitnya berwarna merah dan
> > > > putih...tahunya
> > > > > > > > biru dan kuning...nambah warna pelangi Indonesia???
> > hehehe
> > > > > > > >
> > > > > > > > always fun,
> > > > > > > > Nala
> > > > > > >
> > > > > >
> > > > >
> > > >
> > >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Dog Zone

on Yahoo! Groups

Join a Group

all about dogs.

Best of Y! Groups

Discover groups

that are the best

of their class.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar