Sabtu, 11 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Re: The Interpretation of Bowo Caping Gunung


iya setuju, hiks....
bagus, sering2 ya
makasih

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, as as
<as2004as_as@...> wrote:
>
> Indah mengharukan, Mas Yohannes .....................
>
> yohanes sutopo <ysutopo@...> wrote: Intermezzo:
>
>
> The Interpretation of Bowo Caping Gunung
>
>
> Saben bengi nyawang konang
> Yen memajang mung karo janur kuning
> (tak kudange anake)
> Kembang wae weton nggunung
> Pacitan sarwi jenang
> Panas udan,
> (cendhek lemu, dhuwur lemu, wong saomah lemu kabeh)
> Panas udan aling-aling caping nggunung
> (misowa, caping nggunung, alah yo mas)
> Nadyan wadon sarta lanang
> Inumane banyu bening
>
> Langgam Caping Gunung yang diciptakan oleh sang maestro keroncong
Gesang ini, konon berkisah tentang seorang pejuang yang dalam masa
kesusahan ditolong oleh orang-orang kampung di sebuah wilayah
pegunungan, dengan harapan kelak pada jaman merdeka, orang-orang
kampung itu akan ikut serta menikmati kemakmuran. Tapi setelah negara
merdeka, si pejuang (yang mungkin sudah jadi 'orang' tersebut) lupa
pada janji-janjinya dan menikmati hidup enak sendiri. Mungkin itu
juga kritik untuk menyindir pejabat-pejabat di Indonesia yang ketika
hidup susah begitu dekat dengan rakyat, namun setelah jadi orang dan
hidup enak masa bodoh dengan kepentingan rakyat.
>
> Sedangkan bowo adalah semacam tembang pembukaan yang dilantunkan
sebelum lagu utama. Bowo Caping Gunung ini mengungkapkan kerinduan
akan kehidupan di alam pegunungan yang masih sederhana, lugu dan
alami, ketika kita masih dapat melihat keajaiban dalam hal-hal kecil:
>
> Saben bengi nyawang konang, setiap malam melihat kunang-kunang...
bukankah semasa kecil kita begitu takjub melihat kunang-kunang?
Makhluk kecil ajaib, yang bisa terbang dan memiliki lampu di ekornya!
>
> Yen memajang mung karo janur kuning, jika berhias cukup dengan
menggunakan janur kuning. Janur memliki keindahan yang alami... di
Bali dapat dijumpai orang-orang yang tiap hari merangkai janur.
>
> Kembang wae weton nggunung, sekumtum bunga yang tumbuh di tanah
pegunungan. Dalam literatur Jawa, gunung (parahyangan) identik dengan
tempat para dewa, tempat roh-roh suci bersemayam. Gunung juga
melambangkan kesadaran dan spiritualitas yang tinggi: banyak
padepokan atau pertapaan yang didirikan di puncak gunung.
>
> Pacitan sarwi jenang, mungkin ini sekedar sampiran saja, agar
bersajak dengan baris berikutnya.
>
> Panas udan... baik musim panas maupun hujan
>
> Cendhek lemu, dhuwur lemu, wong saomah lemu kabeh... yang pendek
gemuk, yang tinggi pun gemuk, orang serumah gemuk semua... Gemuk
melambangkan kehidupan yang tenteram.
>
> Panas udan aling-aling caping nggunung, baik musim panas maupun
hujan, berlindung di bawah caping, topi lebar dari anyaman bambu yang
biasa dipakai para petani.
>
> Misowa, caping nggunung, alah yo mas... kata-kata ini tidak
memiliki arti, sekedar menampilkan kesederhanaan yang harmonis.
>
> Najan wadon sarta lanang, baik laki-laki maupun perempuan...
>
> Inumane banyu bening, mereka minum dari sumber mata air di
pegunungan yang jernih dan bening... yang mewakili kesadaran hati dan
pikiran yang jernih.
>
>
> Salam,
> www.catatanrenungan.blogspot.com
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel
today!
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your style in

Messenger & more.

Yahoo! Mail

Next gen email?

Try the all-new

Yahoo! Mail Beta.

Food Lovers

Real Food Group

on Yahoo! Groups

find out more.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar