Kamis, 06 September 2007

[psikologi_transformatif] Dialektika Intuisi-Naluri

DIALEKTIKA INTUISI-NALURI

Apa kabar Bung Leo? Semoga baik-baik saja. Saya pingin
melanjutkan diskusi beberapa waktu lalu tentang
intuisi dan naluri.

(1a) Kalau menurut saya: pemahaman BAHWA intuisi itu
bersifat ilahiyat (spiritual) berkedudukan di atas dan
naluri itu bersifat hewani dengan kedudukan lebih
rendah sebenarnya itu juga merupakan belief system.
Bisa jadi kedudukan intuisi dan naluri sama2 di atas
atau sama2 di bawah. Mereka memiliki posisi yang
sejajar dengan sifat yang berlawanan. Keduanya
berinteraksi sedemikian rupa mengikuti hukum
dialektika bergerak terus menuju pada kesempurnaan.
ini ibarat program virus dengan anti-virus. Kedua
program tersebut berinteraksi secara dialektik yang
akhirnya menyebabkan kualitas kedua program itu
semakin tinggi. Demikian juga dengan intuisi dan
naluri, mereka berinteraksi terus menuju pada kualitas
yang lebih tinggi sampai pada tingkatan tertentu
dimana dua2nya gak ada, karena keduanya lebur menjadi
AKU.

(1b) Pada tingkat tersebut (AKU) sesungguhnya sudah
tidak ada lagi baik-buruk, benar-salah, pahala-dosa,
sorga-neraka, hamba-Gusti, dan lain-lainnya. bukankah
begitu?

(2 lanjutan 1a) Jika memang demikian, maka adalah
suatu hal yang wajar jika pada saat tertentu intuisi
kita sangat dominan dan pada saat yang lain naluri
kita yang dominan. Jadi kalau ada orang yang korup,
selingkuh, dan lain-lainnya, maka sebetulnya yang
bersangkutan memasuki proses di mana naluri sedang
dominan (meningkatkan kualitas). Tapi sebaliknya jika
seseorang sayang sama sesama, rindu sama Tuhan, dan
lain-lainnya, berarti yang bersangkutan lagi dalam
proses dimana intuisi berada pada posisi dominan
(meningkatkan kualitas). Dari cara pandang ini
berarti dua macam perbuatan di atas (korup dan
selingkuh di satu sisi dan sayang sama sesama dan
rindu sama Tuhan di sisi yang lain) sama-sama tidak
dapat dikatakan salah atau benar, tidak ada dosa dan
pahala, dua2nya adalah bagian dari sebuah proses.

(3) menurut Bung Leo beberapa waktu lalu, Mata Ketiga
saya udah buka n sudah menggunakannya, but sometimes
when I need it, it doesn't work, what do you think?
Kalau seandainya saya menemui Bung Leo langsung,
kira-kira Mata Ketiga saya bisa aktif setiap saat
nggak? kalau seandainya pada waktu ketemu itu
frekwensinya disamakan dengan Bung Leo apa kira2 saya
nanti malah jadi Bung Leo, bukan jadi diri sendiri?
atau bahkan menjadi lebih aktif dan berdaya?

Mohon tanggapan Bung Leo. Thanx a lot ya....

I van Malang

+++++++++++++

JAWABAN SAYA: MEMANG DEMIKIANLAH ADANYA, YET WE HAVE
TO MOVE BEYOND IT... TO REACH THE "NON-DIALECTICS"

Mas I yang baik; Thanks for sharing. Kemarin udah
ketemu aku kan di PIM. I was glad to meet you and
another friend from from Malang. And another friend
from Ciputat who contacted me in the morning for the
first time. And another friend from Cilegon who met
with me at the same place after that.

Dialektika Intuisi vs Naluri memang bekerja seperti
itu. Kita manusia hidup, dan memang dibekali "dari
sononya" dengan kemampuan2 INTUITIF dan INSTINKTIF.
Secara alamiah, kita memang seperti itu. Tanpa
dibuat-buat, kita memang sudah intuitif dan sudah
instinctf. Cuma, ada kemampuan yang "halus", dan ada
kemampuan yang "kasar". Ini juga merupakan istilah2
saja. But you know what I mean, of course.

Kemampuan yang "halus" adalah yang INTUITIF, dan
kemampuan yang "kasar" adalah yang INSTINKTIF. Yang
memerlukan kemampuan BATIN adalah yang intuitif. Yang
memerlukan kemampuan BADANI adalah yang instinktif.
Yang rohaniah adalah yang menggunakan INTUISI. Yang
badaniah adalah yang menggunakan NALURI. Very simple
memang,... dan memang begitulah adanya. Apakah yang
satu lebih tinggi, dan apakah yang satu lebih rendah?
You wrote like that. And I answer here,... well, kan
kita memiliki kepala fisik dan kaki fisik juga. Kepala
letaknya di atas secara empat dimensional, dan kaki
letaknya di bawah. Itu FAKTA,... MEMANG DEMIKIANLAH
ADANYA. Tapi, apakah kepala memiliki "derajat" lebih
tinggi daripada kaki I don't think so. Sama saja kan?
Cuma memang yang satu letaknya di atas, dan satunya
lagi letaknya di bawah. Derajatnya sama, sama2
perangkat manusia hidup untuk bisa berfungsi apa
adanya. Tetapi,... kita berjalan kaki dengan KAKI kan?
Dan kalau kaki lalu bilang bahwa karena derajatnya
sama dengan KEPALA,... lalu dia MENGANCAM dan
BERTINDAK secara UNILATERAL... bahwa : "Mulai saat ini
saya sebagai kaki ingin berada di atas, dan kepala
harus ada di bawah".

Begitu katanya, dan dijalankanlah. Akhirnya apa:
Hmmmm... Hmmmmm... Hmmmm... ITU SUDAH TERBUKTI KAN,
ada KAKI yang ingin menjadi KEPALA.... dan kepalanya
diinjak-injaklah. Dan kita lihat orangnya jadi seperti
apa? Dan kita gak bisa bilang apa2.... kita cuma bisa
bilang kasihan oh kasihan. Manusia kok sampai menjadi
seperti hewan? Hewan saja masih jalan dengan kakinya
yang di bawah. Nah, ini ada manusia kok berjalan
dengan kepalanya yang di bawah, kakinya di atas? Luar
biasa sekali. Bodohnya itu lho, luar biasa sekali. Dan
kita gak bisa bilang apa2, kita cuma bisa geleng2
kepala saja melihatnya. Itu HAK orang itu untuk
menggunakan kepalanya sebagai kaki, dan kakinya
sebagai kepala. Tuhan aja gak bisa protes, wong kita
ini semua dikasih FREE WILL (Kehendak Bebas) oleh
Tuhan. Secara ALAMIAH natural sudah diatur bahwa
memang ada yang di ATAS dan ada yang di BAWAH. Tetapi,
kalau ada orang yang ingin MEMUTAR-BALIKKAN itu semua,
itu bisa saja. Go on, kata Gusti Allah,... Go on my
dear,... I love you all the same, kata Gusti Allah.

Dan kita lihat itu dimana-mana di muka bumi ini segala
orang yang NALURInya itu menjadi KEPALA, dan
INTUISInya itu menjadi telapak kaki. Menjadi telapak
kaki kan artinya diinjak doang, dan orang itu komplein
kok gak bisa konek dengan yang ILLAHI. Dan aku bilang
don't komplein, kok mao konek, wong yang bisa dipake
buat konek kan diinjek-injek,... dan yang harusnya
diinjek-injek malah dipuja-puji dan dipake sebagai
perangkat untuk konek. Gak bisa,.. gak jalan. Dan yang
seperti itu adalah manusia2 yang NALURIAH. Mereka
bilang bahwa mereka itu normal aja, ya memang normal
aja, memang bisa aja seperti itu.... Jalan dengan
kepala di bawah dan kaki di atas memang bisa. Dan gak
ada yang larang,... wong kepala, kepala dia, kaki juga
kaki dia. Boleh aja kan. Dan akan terlihat seperti
BADUT. Lucu sekali... No problem kan? Dan itu kita
lihat ada dimana-mana. Secara SPIRITUAL, kita melihat
banyak orang terbalik seperti itu, dan secara
SPIRITUAL kita tertawa saja. Bukan menghakimi, tetapi
TERTAWA. Tertawa terbahak-bahak. Lucu, lucu... ha ha
ha. So what? Tuhan aja tertawa kok. Bukan menghukum,
tapi tertawa. Ntar juga sadar ndiri, kata Tuhan.

Nah, lalu yang KESADARAN (AWARENESS) itu apa? Menurut
aku, KESADARAN kita itu berlapis-lapis. Memang ada
kesadaran RENDAH, dan ada kesadaran TINGGI. Karena
kita masih memakai BAHASA MANUSIA, gak bisa dihindari
ada istilah tinggi rendah, atas bawah... itu perlu
karena kalau gak pakai DIKOTOMI, maka kita gak ngerti.
In the end memang gak ada dikotomi lagi, gak ada itu
atas atau bawah, depan atau belakang, kiri atau kanan,
dsb... In the end semuanya itu GAK ADA. But, ketika
kita sampai ke tahap itu. Atau, ketika kita visit that
situation. Keadaan HENING itu hanya bisa dirasakan,
dan gak bisa di deskripsikan. Itu adalah AWARENESS
BEYOND AWARENESS. Jadi, bahkan ROSO ELING itu bukanlah
tujuan. Bukan tujuan dari segala olah rohaniah dan
siksa badaniah itu,... bukan tujuan terakhir. Tujuan
terakhir sebenarnya, according to my humble opinion is
to MOVE BEYOND AWARENESS. To reach CONSCIOUSNESS
BEYOND CONSCIOUSNESS itu. Kesadaran yang berada BEYOND
kesadaran itu. Dan itu tidak bisa digambarkan. Kita
cuma bisa menunjukkan jalannya secara satu persatu.
Contoh: please BE YOURSELF. Please be JUJUR. Please be
INTUITIVE. Please ini atau please itu... dan semua
plas plis plas plis itu memang merupakan METODE
belaka. Metode untuk menuju pada KESADARAN BEYOND
KESADARAN. Itu GOD,... kalau menuruti tradisi agamis.
Itu our SOURCE OF ALL SOURCES,... ALL THAT IS. Dan,
memang, secara INTUITIVE kita tahu bahwa ketika sampai
disana telah tidak ada lagi atas atau bawah, depan
atau belakang, kiri atau kanan. Telah tidak ada lagi
kontradiksi itu. Tetapi cara mencapainya, menurut aku,
mau gak mau harus melalui DIMENSI INTUISI atau DIMENSI
MATA KETIGA atau DIMENSI BATIN itu. I know that for
sure. Kalau menggunakan NALURI thok untuk mencapai
itu,... that's IMPOSSIBLE mas. You know yourself that
it is impossible. Naluri kan cuma sebagai FORETASTE
aja,... cuma sample aja. Itu BUKAN the REAL THING. Itu
will not lead us to THE SOURCE OF ALL SOURCES.

So, the answer is: SURE, DIALECTICS IS A FACT OF
LIFE,... Yet, we have to move and REACH THE STATE
where all dialectis stops and true LIVE BEGINS. In
other terms: NIBBANA, NOTHINGNESS, SHIVA NATARAJA ...
AUUMMMMM..... auuuummmmm....... auuuummmmmmm....

All the Best,
Leo

+++++++++++++

KHODAM, OH KHODAM...

A = Andy
L = Leo

A = Siang pak, masih sibukkah?

L = Lumayan mas, mao ilmu apa?

A = Ilmu apa aja deh.

L = Hm,... sampeyan kerja di bidang apa?

A = Aku chemist di power plant, kalo panjenengan?

L = Aku kan doekoen online. hmm..

A = Mau cerita nih pak, boleh gak?

L = Intuisinya itu jalan lho, tapi terlalu banyak
berdiam diri. Boleh cerita, please do!

A = Ya memang dari dulu banyak diam pak. Aku kemaren
baru att reiki tibetan, tapi badan aku rasanya panas,
persis waktu aku att reiki usui master dulu.

L = Then?

A = Sekarang uda gak pa2 sih, baru 3 hari kemaren aku
mulai gak panas, aku coba aja pasrah.

L = Hm... chemistry yah. Body chemistry. Kalo ketemu
orang, berasa di badan. You read people from your
body. Coba, bisa baca aku using your body dari sana?

A = Kan gak boleh di keluarin kalo uda baca orang,
buat kita sendiri aja.

L = Hm hm hm... Ilmu dari aku kan ILMU SPONTAN GAK
KENAL TAKUT. Namanya Ilmu Spontan Ngomong Ceplas
Ceplos. Eeeng ingg eeenggg. Dicoba dunk! Dicoba dunk!

A = Bisa kasi saran ke aku bgmn aku bisa lihat wujud
khodam dan komunikasi lewat penglihatan dengan jelas,
bukan lewat MK3. Bisa kasi teknik komunikasi lewat
mimpi karena aku komunikasi lewat MK3 paling sering ?

L = Khodam wujudnya gak bisa dipegang, cuma bisa
kelihatan kalao kita di level gelombang otak rendah
sekali (termasuk tidur lelap). Tetapi, energi khodam
itu paling gampang di deteksi. Kan berasa di telapak
tangan itu... saaarr seerrr saarr serrr..... itu
khodam. Beda2 rasanya.

Keris2 kuno itu semuanya ada khodamnya, dan rasanya
beda2. Rasanya di telapak tangan sampai ke dada dan
wajah. Itu langsung terasa di fisik. Kalo komunikasi
lewat mata fisik, aku gak bisa. Tapi, kalo melalui
mimpi, aku bisa. Muncul di mimpi, lalu komunikasi,
biasanya berbentuk simbol2 juga.

A = Kalo menurut scan panjenengan ada energy khodam
gak di diriku ?

L = Udah jelas ada khodam. Yang reiki itu khodamnya
seabrek-abrek, tiap lewat satu guru dikasih tambahan
khodam. Ya udah, teknik komunikasi udah bisa sendiri.
Di mimpi komunikasinya sama aja, ngomong2 di mimpi is
komunikasi. Cuma terkadang bentuknya simbol2 belaka,
gak harus berbentuk seperti orang yang kita kenal
secara fisik. Tapi, akhirnya arti dari mimpi akan
muncul sendiri dari Mata Ketiga. Muncul sendiri tanpa
dipikirin.

A = Tapi suatu khodam kan punya wujud yang paling
sering dia tampakkan ?

L = Wujud dalam tanda kutip karena "wujud" itu bisa
tampil berbeda dalam pandangan orang yang berbeda.
Wujud yang "terlihat" itu kan simbol saja, dan gak
harus terlihat sama setiap waktu.

A = Makanya setiap orang yang scan aku pasti beda
omongnya.

L = Lha iya which is ok2 aja. Hmm.... hmmm.... hmmm...
I have to sign out soon. Talk to you later yah? Bay
bay!!

A = Sign out or busy ?

L = I have to sign out soon, udah invi duluan. Supaya
chemistry-nya kerja duluan. Diaduk-aduk dulu, chemical
reaction. Gitu deh! Gitu deh! Bye now!

A = Huebat tenan ancene panjenengan ceplas ceplos
langsung lolos!

+++++++++++++

IYA DEH, BERTOPENG DULU

A = Aris
L = Leo

A = Siang Om Leo, baru ol?

L = Siang, ya baru ol.

A = Sy Aris, om, dulu pernah bincang2 ttg topeng.

L = Sure, aku ingat.

A = Sulit ya om, u jadi diri sendiri tanpa topeng?

L = Ya udah, dipake aja. Asal ok dipake juga gak apa2

A = Hehehe, iya deh, bertopeng dulu. Boleh tanya aq
unsur apa ya, om?

L = Lha, waktu itu kan udah.

A = Masa yah?

L = Gak usah dipikirin, unsurnya namanya "gak usah
dipikirin".

A = Huahuahua, bener2, unsur apa aja yah.. Om, apa
bedanya jd diri sendiri sama semau sendiri (sekarepe
dhewe) soalnya aq berusaha jadi diri sendiri koq malah
sering konflik ya?

L = Jadi diri sendiri menggunakan MATA BATIN, dan ada
yang namanya HATI NURANI disana. Kalo sakarepe dhewe
yang diinget cuma kepentingan ego sendiri. Beda dunk.

A = Ya itu om, kadang kalo kt dianggap alien ama masy
gmana om? Jadi diri sendiri malah jadi laen sendiri

L = Gak usah dipikirin. Aku juga ALIEN. So what? Kita
cenacib yah, cenacib jadi alien... Gak apa2 lageeh,
emang napa? Cuek azzah, enjoy azzah.... --I have to
sign out soon. Talk to you later yah? Bay bay!!

+++++++++++++

[Leo adalah seorang praktisi PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
dan bisa dihubungi di nomor HP: 0818-183-615.
E-mail: <leonardo_rimba@ yahoo.com>.
Untuk bergabung dengan MILIS SPIRITUAL-INDONESIA,
please click this link:
<http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/join>].

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Yahoo! Groups

Be a Better Planet

Share with others

Help the Planet.

Beauty & Fashion

on Yahoo! Groups

Share style tips

and advice.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar