Sabtu, 15 September 2007

[psikologi_transformatif] Re: -- ayodolan alias Ivan

Halo Mas Ivan,

Saya boleh dipanggil Mas, boleh juga Mbak :) Kan Anda bebas memaknai saya. He
he he.

Sebetulnya, jika kita betul-betul baca pemikiran Foucault ataupun Barthes soal
author ini, maka jelas bahwa yang dimaksud adalah absennya kuasa seorang
penulis atas tulisannya. Jika Foucault menyoroti persoalan dari perspektif
genealogi atau riwayat pemikiran, maka Barthes bicara dari perspektif yang
satunya, yakni pembaca.

Kata Foucault, tak ada ide yang orisinal dan murni 100% berasal dari otak satu
orang. Ide-ide adalah hasil akumulasi dan sintesis pelbagai pemikiran yang
sudah ada sebelumnya. jadi, kalau sekarang saya menelurkan sebuah ide,
sebetulnya ide itu dibentuk rame-rame oleh banyak otak. Dengan begitu, yang
namanya "author" itu sebetulnya tak sungguh-sungguh ada. Sedangkan Barthes
melihat bahwa konsep "author" itu mati pada saat karya dilepas ke tangan
pembaca.

Apakah ini lalu membuat penulis tak boleh tersinggung? Nggak gitu juga. Silakan
saja tersinggung, tapi dia bisa buat apa? Mau jungkir-balik sampe mati juga dia
tak akan bisa menyetop pembaca memaknai karya-karyanya secara berbeda atau
memanfaatkannya untuk kepentingan lain di luar kehendak penulisnya. Lagian, tak
semua penulis menganut mahzab Penulis Sudah Mati, bukan? Sejauh yang saya tau
sih, kalo Foucault dan Barthes endiri tak pernah tersinggung tuh sama orang
yang memaknai tulisan-tulisan mereka secara manasuka. Jadi, "the death of the
author" adalah sebuah kebenaran untuk para penganutnya sendiri, dan tak berlaku
umum buat semua penulis. Penulis-penulis Marxis dan Romantik tentu tak akan
setuju dengan prinsip ini.

Plagiarisme adalah hal yang sama sekali beda. Dalam aturannya, justru kalau
Anda taat azas dengan senantiasa menyebut sumber atau penulis yang gagasan-
gagasannya Anda kutip, maka justru pemikiran Foucault tentang "author" terbukti
benar. Apa yang kita hasilkan, selalu sudah dibentuk oleh proses panjang kerja
banyak otak, bukan cuma otak kita sendiri. Justru kalo plagiarisme dihalalkan,
maka orang bisa meng-klaim bahwa suatu ide adalah 100% punya dia (padahal, dia
juga baca sana-sini dan terpengaruh oleh semua bacaan itu). Makanya, seorang
plagiat disamakan dengan maling. Seorang plagiat merasa dirinya sebagai THE
author, padahal ada banyak "authors" terlibat dalam proses pembentuka
pemikirannya.

Menurut saya sih, kok tak ada yang tidak konsisten di sini?

manneke

Quoting ayodolan <ayodolan@yahoo.com>:

> Halo.
>
> Iya betul juga, manneke (mba atau mas ya?).Terima kasih atas
> responnya. Saya jadi berpikir dan belajar lagi.
>
> Bisa jadi yang dimaksud dng Author itu berbeda ya... Dan, celakanya
> (celaka atau tidak ya?) saya tidak pernah bisa memastikan karena saya
> nggak bisa ketemu dan menanyakan langsung pada yang 'empunya' istilah
> Author itu. Nah, kalau begitu, menurut saya, adalah sebuah prinsip
> dalam Readership untuk memiliki sikap humble dan open to criticism
> sewaktu memaknai teks.
>
> Waktu pertama kali saya membaca istilah The Death of the Author atau
> The Author Is Dead memang saya memahaminya sebagai metafor yang
> berarti teks bisa dimaknai semau pembacanya. Membaca teks berarti
> menulis kembali teks itu. Dan hal itu sungguh terjadi dalam kenyataan.
> Yang jadi masalah buat saya adalah bahwa ada kenyataan lain yang juga
> terjadi yaitu sakit hati.
>
> Kenapa ada sakit hati, kalau memang benar bahwa teks itu bersifat
> bebas dimaknai? Why bother about, for example, plagiarism? Bukankah
> ada semacam ketidak-konsistenan di sini? dan bukankah sesuatu yang
> tidak konsisten tidak dapat disebut sebagai prinsip (let alone
> kebenaran)? (singkat kata: postmodernism itu ngaco ah!)
>
> Jadi bagaimana ini?? (saya jadi bingung sendiri...)Mohon diskusinya.
>
> Salam.
>
> Ivan.
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@... wrote:
> >
> > Tergantung apa makna "author" dalam benak Anda. Kaum posmois,
> termasuk Barthes,
> > bisa jadi punya bayangan berbeda di benak mereka ketika bicara
> tentang matinya
> > sang "author" daripada yang ada dalam bayangan Anda.
> >
> > Kedua, juga tergantung bagaimana Anda memaknai statement "the author
> is dead"
> > atau frasa "the death of the author." Jangan-jangan para posmois itu
> > memaksudkan ungkapan itu sebagai metafora. Bisa jadi, artinya adalah
> > bahwa "author" tak lagi punya kuasa atas tulisan yang dihasilkannya
> setelah
> > dilepas ke publik. Publik pembaca bisa memaknainya semau-maunya,
> seperti yang
> > sekarng kita sedang lakukan dengan memaknai "author" dan "the death
> of the
> > author" dengan semau kita?
> >
> > Salam kenal...
> >
> > manneke
> >
> > Quoting ayodolan <ayodolan@...>:
> >
> > > Salam Kenal Mas2 dan Mba2,
> > > Saya baru di sini. Semoga berkenan dan mohon restunya.
> > >
> > > Untuk perkenalan ijinkan saya mencantumkan postingan pertama saya di
> > > sini. Maafkan kalau jadinya tampak seperti 'ngrusuhi'. Ini milis
> > > memang transformatif. Saya baru liat-liat sedikit sudah merasa
> > > bertransformasi (walau saya tak tahu pasti apa artinya itu..). Paling
> > > tidak, sekarang saya jadi semakin yakin kalau Barthes itu salah waktu
> > > dia menyimpulkan bahwa kita sekarang hidup di dunia di mana 'The
> > > Author Is Dead'. Melihat begitu sepenuh hatinya argumentasi2 yang
> > > saling melayang antara Vincent dan Audifax, saya jadi yakin kalau
> > > sebenarnya 'The Author' is not really dead. Dying, perhaps, but
> > > certainly not dead.
> > >
> > > Saya jadi teringat Derrida dan Searle, kalo melihat apa yang terjadi
> > > di sini antara Vincent dan Audifax: bukan isi perdebatannya, tapi
> > > tingkat kegetolannya dalam mempertahankan argumentasi masing-masing.
> > > Sungguh, The Author is not Dead! Coz, somebody got hurt there, and
> > > isn't hurt, or pain, a sign of life?
> > >
> > > Saya jadi mikir: kalau 'the Author Is Not Dead', kenapa ada saja
> > > pribadi-pribadi yang bilang dan bahkan percaya banget kalau 'the
> > > Author Is Dead' (seperti Barthes dan sedikit Kristeva dan kaum
> > > postmodern/poststructural/post-post- yang lain pada umumnya)? Apa ada
> > > semacam gejala 'scizophrenia' di sini? Mungkin.
> > >
> > > Mungkin mereka bilang "the Author Is Dead" sebagai semacam proklamasi
> > > kemerdekaan. Kemerdekaan dari apa? Ya..ngga tahu juga saya. Mungkin
> > > kemerdekaan dari sesuatu yang selama itu membuat mereka merasa tidak
> > > merdeka, tidak bebas. Proklamasi the Death of the Author menandai
> > > mulainya sebuah pesta, sebuah perayaan, yang di dalamnya menyusul
> > > pula seruan-seruan seperti the Death of the Signified, the Death of
> > > the Meaning, dan akhirnya the Death of Man. Sebuah perayaan kebebasan
> > > dari kebebasan, hari jadi tekstualitas, intertekstualitas, writing,
> > > signifiers-signifiers, dst, dll, dsb... (you are free to name it for
> > > more and more!)
> > >
> > > Tapi...gimana ya, manusia itu ya manusia, walau mau dibilang apa, dan
> > > walau manusia itu sendiri mau bilang apa tentang dirinya sendiri.
> > > Sakit hati ya tetep sakit hati dan ya tetap sakit rasanya. Waktu
> > > Searle bilang sama Derrida 'lu ngaco', ya sakitlah hati Derrida
> > > sehingga dia bales bilang ama si Searle 'lu yang salah baca tulisan
> > > gua' dan sampai segitu sajalah makna 'the Author Is Dead' buat
> > > Derrida (The Author is Dead, but not Derrida!!)
> > >
> > > Buat saya sendiri, apa yang terjadi antara Vincent dan Audifax
> > > (sejauh yang saya tahu lewat milis ini) memberi saya pencerahan
> > > tentang sejauh apa keabsahan beberapa prinsip postmodernisme.
> > > Postmodernism is not that post- enough.
> > >
> > > Salut untuk Vincent dan Audifax karena mereka pribadi-pribadi yang
> > > jelas, tegas, dan berada tanpa tedeng aling-aling. 'Perseteruan' yang
> > > ada sekarang, bagi saya, adalah sebuah komunikasi yang manusiawi,
> > > sebuah perjalanan yang seru dan adventurous menuju kebenaran di sana.
> > > Sip! Top! Dan, sekali lagi, salut!!
> > >
> > > Salam Kenal dan Damai untuk Semua
> > >
> > > Ivan.
> > >
> > > NB: ijinkan saya mencantumkan imannuelivan.blogdrive.com untuk semua
> > > yang mau kenal lebih jauh dengan saya.
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "nalaratih"
> > > <nalaratih@> wrote:
> > > >
> > > > Nala ikut....
> > > > Nala ikut.....
> > > > jadi pengembira aja tapi...karena suka semyum
> > > >
> > > > smile with me forever
> > > > nala
> > > >
> > > >
> > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "lusimayangsari"
> > > > <lusimayangsari@> wrote:
> > > > >
> > > > > Hayoo siapa lagi yang mo ngipasin?
> > > > > Ayooo.. ada lagi yang mo nyemplung dikubangan nafsu?
> > > > > Ayoooo.. Siapa lagi yang ngerasa paling benar?
> > > > > Ada lagi? ayo mas, ayo mbak, dikipasin biar tambah panas..
> > > > >
> > > > >
> > > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tan" <tancnen@>
> > > > > wrote:
> > > > > >
> > > > > > Vincent, menurut saya Audifax dan Leo itu lulusan terbaik
> > > > > > Kompatiologi, mereka berhasil dgn baik meng-copy paste ilmu
> > > > kamu,
> > > > > yg
> > > > > > gak pake moral dan etika itu dan yg bisa di-customize sesuai
> > > > > > kepentingan dari pemakainya. Nah sekarang ilmu itu dipakai
> > > untuk
> > > > > > hadapin kamu. Coba deh, kalo gak percaya, bandingkan tulisan2
> > > > > mereka
> > > > > > sebelum dan sesudah didekon.
> > > > > >
> > > > > > Bagi saya "Penghianatan" mereka sekedar memenuhi keinginan kamu
> > > > > > sendiri. Kamu ingat gak, pernah menghimbau murid2 kamu untuk
> > > > > > meghianati kamu, yg kamu sampaikan di milis ini sekitar 1 thn
> > > yg
> > > > > > lalu. Pada saat itu Mang Iyus merespon dengan tulisan "Kill And
> > > > > > Destroy Kim Il Sen !"
> > > > > >
> > > > http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/8994
> > > > > > tulisan yg terasa dibuat2. Sekarang ada 2 murid anda yg menulis
> > > > dgn
> > > > > > tajam, kamu kelabakkan sendiri. Seharusnya kamu itu bangga sama
> > > > > > mereka, mereka mampu menyerap ilmu kamu dgn sempurna. Dari ilmu
> > > > > > menjelek2an ilmu orang lain sampai ilmu muka badak hati beku
> > > > alias
> > > > > > ilmu si Raja Tega, biar uda tinggal 2 x 2 minggu dirumah plus
> > > > uang
> > > > > > saku dari ngajar kompatiologi masih tega juga berhianat.
> > > > > >
> > > > > > Nah sekarang rasain deh lo, ini namanya senjata makan tuan...
> > > > > >
> > > > > > Akhir kata semoga kamu bisa belajar dari kejadian ini. Nasehat
> > > > > saya,
> > > > > > bubarin Kompatiologi sebelum semakin banyak menelurkan orang2
> > > > yg
> > > > > > mempunyai hati SI RAJA TEGA!
> > > > > >
> > > > > > salam,
> > > > > > tan
> > > > >
> > > >
> > >
> > >
> > >
> >
>
>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Learn how others are

shedding the pounds.

Fitness Edge

on Yahoo! Groups

Learn how to

increase endurance.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar