Minggu, 09 September 2007

[psikologi_transformatif] Re: Cala Ibi...Cala Ibi

Aku tak sedang memegang novelnya, tapi inilah impresiku ketika membaca
novel tsb. Dalam hematku novel itu memiliki kendala teknis yang
mendasar. Si pengarang, seperti kebanyakan penulis-penulis Indonesia
saat ini, bahkan belum mampu menyusun kalimat, apalagi penceritaan,
atau novel yang mensyaratkan kesatuan dan keutuhan.

Selain itu, novel ini terjebak pada apa yang disebut "magravilia"
(hasrat terhadap daya pukau). Ia tampak mencurahkan dirinya untuk
berliris-liris bahkan hingga berlarat-larat. Kecenderungan pada
lirisisme itu membuatnya bermain-main dalam apa yang dipikirkan oleh
si penulis sebagai metafor, padahal hanya terjerumus pada "rujak
kata-kata".

Kalau tak salah ingat novelnya dibuka dengan "Bapakku anggrek bulan,
putih dari hutan" Apakah yang disebut anggrek bulan di sana? tak ada
referensi untuk itu. Predikatnya justru menerangkan hal lain, "...,
putih dari hutan". Kebebasan pembaca untuk menafsirkannya? Inilah yang
tak dipahami oleh kebanyakan penulis Indonesia kontemporer, bahwa
segelap apapun sebuah metafora ia harus memiiki matrix, kata
kunci-kunci. Kualitas metafor hanya dapat dinilai dari matrix itu.
Seberapa besar/dahsyat ia membuat penggambaran hanya bisa ditentukan
dengan pembandingannya dengan matrix tersebut. Ini kalau kita
berbicara metafora dalam definisi-definisi Aristotelian.

Kini, mari beranjak ke metafora sebagai "kebebasan penggantian tak
terbatas", "pergerakan tak berujung" yang bebas dan acak, sehingga
rujak kata-kata seperti itu dapat dibenarkan sebagai metafora.
Pertanyaannya adalah, apakah novel itu sendiri memberikan dukungan
bagi kita untuk berbicara seperti itu?

Jawabannya tidak. Novel yang mencoba berbicara tentang bahasa ini,
masih menempatkan tulisan/teks sebagai barang nomor dua. Memang bukan
pakaian dari pikiran atau ucapan, tetapi rasa, aku--hal ini
disampaikan secara verbal di bagian-bagian tengah. Kata di sana masih
merupakan representasi dari yang lain, dari luar dirinya--dan oleh
sebab itu saya melihatnya dari kacamata Aristotelian. Novel ini
seperti yang dikatakannya sendiri, tak mampu menanggung kekosongan
referensi. Ia bukan hanya aneh dibaca dari bangunan realisme, tetapi
juga aneh dibaca dari bangunan metafora--sesuatu yang ia minta
sendiri, namun ia khianati sendiri dengan kecenderungan realismenya
(aku/rasa sebelum bahasa).

Kualitas novel ini, jika boleh memperbandingkan, sangat jauh dari
novel-novel Iwan Simatupang. Sangat jauh.

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Helga Noviari
<helga_noviari@...> wrote:
>
> Thanks commen'na ya Mas Imam,
>
> Yupp..sy stuju banget...novel ini punya alternatif bentuk yg
sungguh menarik. Dibandingin novel-novel mainstream tentunya ya.
Selalu asik utk dibaca berulang-ulang.
>
> Nah..kaya'nya di situ dech kekuatan metafor...keren bener ni
novel..permainan metafornya itu tuh..wuii
>
>
> Cheers
>
> HN
>
>
>
>
> imam hidayah <iha2003@...> wrote:
> helga,
>
> saya baca novel ini beberapa tahun lalu, saat terbit
> pertama kali (oleh penerbit pena gaia klasik). puncak
> sastra indonesia mutakhir yah kata pak bambang
> sugiharto.
>
> saya sendiri suka baca novel ini. termasuk novel yang
> paling saya tunggu penerbitannya (beberapa bulan
> sebelum novel ini terbit, beberapa bagiannya sempat
> dimuat jurnal budaya KALAM). sejak pertama kali
> membacanya, saya merasa belum pernah
> "menyelesaikannya" sampai hari ini. dan nukila amal
> tampaknya memang luar biasa. kumpulan cerpennya yang
> terbit sebagai buku keduanya juga keren, LALUBA.
>
> beberapa tahun lalu kalau tak salah ada polemik bagus
> soal cala ibi antara nirwan dewanto dan richard oh
> (saya lupa, lebih baik check dulu).
>
> tapi, helga, dari sekian banyak orang yang saya kasih
> rekomendasi untuk baca novel ini nyaris punya
> pertanyaan yang seragam: "ini novel bercerita apa
> sih?"
>
> sapardi kalau tak salah juga bilang begitu, orang yang
> mencari cerita di novel ini mungkin akan menjadi
> frustasi. saya sendiri bilang ini novel perayaan
> bahasa. sadar banget gak sih kalau ternyata nukila
> bisa bermain dengan gesit dan lincah bahasa indonesia?
>
> buat saya, bukan cuma penghancuran gaya novel
> mainstream, cala ibi juga dengan cantik melakukan
> penghancuran identitas. termasuk identitas dirinya
> sendiri, dalam bentuk dan isi.
>
> imam
>
> --- Helga Noviari <helga_noviari@...> wrote:
>
> > Cala Ibi...Cala Ibi
> >
> > Mmm..ada yang 'da baca Cala Ibi ga?
> >
> > Helga lg baca tu novelnya Nukila
> > Amal...wow...keren...metaforanya bikin demen
> > Eh, ada komentarnya pa' Manneke juga lo..gini
> > katanya:
> >
> > "Cala Ibi aktif secara terus-menerus melakukan
> > invalidasi atas apapun yang mungkin dikatakan
> > tentang dirinya. Kata-katanya bertutur tentang
> > dirinya sendiri, tentang sastra atau, lebih
> > tepatnya, bagaimana sebuah karya mesti dibaca"
> >
> > Keren kan komentarnya?
> >
> > Helga denger ni novel dari temen yg kuliah di
> > filsafat Unpar. Katanya, Bambang Sugiharto suruh dia
> > ama temen2nya untuk baca ni novel
> > Sy jd penasaran...trus ikutan beli. Ternyata emang
> > sik banget
> >
> > Contohnya kaya gini nih..di hlm 125
> >
> > "Bukan, bukan dia. Dari cermin kamar mandi,
> > refleksiku meyakinkanku. Tak bisa dan tak akan, aku
> > berkilah, tertawa pada cermin. Memperingatkan
> > bayanganku di sana: di malam apel itu, dia kebetulan
> > sedang lapar saja, segala seperti apa adanya, dan
> > waspadalah wahai Maya,waspadalah dengan rasa,
> > waspadalah dengan segala puisi metafora, kata-kata
> > yang tak apa adanya. Sejak kapan sebuah apel adalah
> > dosa pengetahuan, godaan, kejatuhan?
> > Bayangan di cermin tertawa (bodoh kamu, sejak ribuan
> > tahun lalu, begitu menurut kitab suci)"
> >
> > Wuiiihhh...keren bo! Kali aja Helga salah...tapi
> > sy nangkapnya..ini sindiran halus banget, tapi kena!
> > Kan di milis tempo hari sempet juga tuh ngobrolin
> > perempuan di agama samawi. Khan posisi perempuan di
> > agama samawi ditentuin banget tuh ama tafsir 'apel'
> > ituuuu...he..he.he....
> >
> > Ayo..ayo.ada yang dah baca novel ini belom? yg
> > udah comment dunk! Helga tunggu ya..pengen banget
> > diskusi ni novel
> >
> >
> > Love
> >
> >
> > HN
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > ---------------------------------
> > Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect.
> > Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.
>
> www.hitam-merah.blogspot.com
>
> yang utama ialah hidup, sekalipun hidup melarat
> kejahatan memalukan, bukan kemiskinan
> (multatuli, max havelaar)
>
> __________________________________________________________Ready for
the edge of your seat?
> Check out tonight's top picks on Yahoo! TV.
> http://tv.yahoo.com/
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Building a website is a piece of cake.
> Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Endurance Zone

A Fitness Group

about overall

better endurance.

Stay in Shape

on Yahoo! Groups

Find a fitness Group

& get motivated.

HDTV Support

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar