Kamis, 13 September 2007

[psikologi_transformatif] Re: Pentil Kecakot......Ganol....Ganol......!

Quote: Nah, dengan jawaban itu tahulah si Kolonel bahwa "Pentil
Kecakot....ganol....ganol" adalah PENjaga TILpun KECAmatan
KOTa......TiGA NOL... TiGA NOL. Jadi, polling yang diadakan oleh
Kabar Indonesia berkenaan dengan keadaan Bahasa Indonesia
yang "sangat memprihatinkan", adalah benar dan sangat tepat sekali!
96% para pembaca Kabar Indonesia menyadari bahasa kita, bahasa
Bunda, telah rusak!!! Nah, tidak perlukah kita, dan tidak beranikah
kita memperbaiki bahasa Bunda, Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia,
agar tidak menjadi Bahasa Gado-Gado? End of quote.

Tuhantu:

1. Kalau penulis artikel dengan judul ½Kopitalisme½ di harian Republika itu masuk kategori perusak tata bahasa Bahasa Indonesia, nggak yaa? (gigling)

2. Kalau Sang Kolonel dalam cerita diatas mengucapkan Sumpah Pemuda, itu bunyinya gimana kira-kira ya? Asumsi sayakan umurnya udah pasti nggak pemuda tingting lagi kan?... Soale, aku punya versi yg aktual-global, lho...

3. Gimana dengan sumpah the Three Musketeer, berikut:

3.1. Shakespeare bersumpah!... Apalah arti sebuah nama!

3.2. SeksPeare bersumpah!... Apalah arti sebuah simbol!

3.3. SheikPeare bersumpah!... Apalah arti sebuah status!

Yang dua (2 & 3) di atas masih Pemuda tulen... Yang pertama hanya tinggal nama, kagak ribet persoalkan nama, tapi tetap punya nama (beken lagi:)...

Be Fun...

Tuhantu (Yg tidak/belum memasukkan ½berbahasa Indonesia½ kedalam kategori ½menjadi orang Indonesia yg baik½. Soale, koruptor juga banyak yang jago berbahasa Indonesia dengan tata bahasa yang rapih:-)

http://hole-spirit.blogspot.com



--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "kabarindonesia" <koran.kabarindonesia@...> wrote:
>
> http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&dn=20070913160725
>
> Oleh : Yoseph Tugio Taher
>
> 13-Sep-2007, 19:51:59 WIB - [www.kabarindonesia.com]
>
> Kabar Indonesia - Aha, bahasa apa yang menjadi judul tulisan ini?
> Bahasa Indonesia ataukah bahasa Jawa? Dan apa arti dan maksudnya?
> Apakah bahasa humor ataukah bahasa saru, jorok atau `kumuah'
> mengikuti logat Minangkabau? Untuk bisa sampai kepada arti dan
> maksud kalimat yang menjadi judul tulisan di atas, mari kita sedikit
> putar-putar terlebih dahulu.
>
> KabarIndonesia mengadakan polling yang berbunyi: "Keberadaan Bahasa
> Indonesia sebagai jati diri bangsa saat ini memprihatinkan.
> Bagaimana pendapat anda?"
>
> Setelah kita lihat hasil pollingnya, aduuuhhhh........73% sangat
> setuju dan 23% setuju. Ini berarti kalau yang `sangat' ini kita
> lunakkan sedikit menjadi setuju, ini berarti 73%+23%= 96% setuju dan
> mengerti sepenuhnya bahwa bahasa Indonesia memang sangat
> memprihatinkan, untuk tidak mengatakan `bobrok!' atau `rusak!'.
>
> Jauh sebelum saya nongol di bumi ini, pada 28 Oktober 1928, para
> pemuda bangsa kita, para pejuang kebangsaan, telah berkumpul dalam
> satu Kongres Pemuda dan bersatu pendapat dalam satu suara yang
> kelak dikenal sebagai Sumpah Pemuda, bahwa: *Pertama: Kami Poetera
> dan Poeteri Ingdonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah
> Indonesia.*Kedoea: Kami Poetera dan Peteri Indonesia, Mengakoe
> Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. *Ketiga: Kami Poetera dan
> Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
> Indonesia. (dikutip mengikut teks asli dari
> http://id.wikipedia.org/Sumpah_Pemuda)
> Pernyataan yang nomor tiga di atas adalah: Menjunjung Bahasa
> Pesatuan, yaitu Bahasa Indonesia! Para leluhur kita, para founding
> fathers, para pemimpin rakyat dan bangsa, berusaha menjaga dan
> melestarikan bahasa Indonesia, yang diambil dari dialek Melayu,
> menjadi suatu Bahasa Pesatuan Bangsa Indonesia, dari Sabang sampai
> Merauke.
>
> Akan tetapi, dengan berjalannya masa, dengan lahirnya begitu banyak
> mass-media, dan media komunikasi, TV dan sebagainya, bahasa
> Indonesia, yang telah begitu banyak mengadopsi bermacam bahasa
> bangsa lain seperti, Sanskrit, Arab, India, China, Portugis,
> Spanyol, di samping meng-Indonesia-kan bahasa-bahasa asing dan
> daerah, mengalami bermacam-macam perubahan.
>
> Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemakaian bahasa Inggris oleh
> bangsa Indonesia, maka makin menjadikan bahasa Indonesia kehilangan
> arti dan maknanya. Para pemimpin pemerintah, atau pemimpin rakyat,
> merasa kurang `gagah' dan dianggap kurang `berpengetahuan' kalau
> dalam ucapannya tidak menyelipkan kata-kata Inggris atau bahasa
> asing lainnya. Kendati pun ada bahasa Indonesia yang mudah
> dimengerti rakyat daripada `bahasa asing' yang diucapkannya itu!
>
> Contoh gamblangnya, adalah Bung Karno! Untuk membuka mata rakyat,
> untuk menjadikan rakyat Indonesia menyadari harga dirinya, Bung
> Karno tidak segan-segan menggunakan kata "Vivere Pericoloso" yang
> berarti "Berani menyerempet-nyerempet bahaya!", jaga perkataan
> bahwa " Revolusi itu adalah "Umwertung Alle Werte" yang berarti
> bahwa Revolusi itu adalah "Perobahan Segala-galanya!"
>
> Dengan kata asing yang diucapkan Bung Karno, rakyat Indonesia
> belajar dan mendapat pengetahuan dan keberanian! Namun, Bung Karno
> bukanlah keranjingan bahasa asing. Dia juga menggunakan bahasa yang
> digali dari bumi persada Indonesia sendiri, seperti "Gemah ripah loh
> jinawi tata tentrem kerta raharja', "yo sanak yo kadang yen mati aku
> sing kelangan!" dan lain sebagainya, yang semuanya itu menaikkan
> nilai jati diri bangsa Indonesia. Bung Karno juga pernah menggunakan
> kata singkatan, persatuan huruf-huruf yang menjadi satu arti,
> seperti misalnya ketika dia menamakan Haji Dr. Ruslan Abdul Gani
> menjadi Haji "Djubir Usman" yang waktu itu diartikan sebagai
> Haji "DJUru BIcaRa USdek MANipol" Juga singkatan dari judul
> pidatonya, seperti Nawaksara, Jasmerah dan lain-lain.
>
> Ketika itu, sudah banyak kata-kata Indonesia yang dipersingkat
> penulisannya, berkemungkinan untuk menghemat waktu dan uang. Dan ini
> digunakan oleh para wartawan dan juga telegrafis, seperti misalnya
> kata-kata dari (dr), daripada (drp), kepada (kpd), yang terhormat
> (yth), Yang Maha Esa (YME) dan sebagainya, sehingga seolah-olah kata
> singkatan itu merupakan bahasa tersendiri dalam bahsa Indonesia!
> Seperti bahasa telegram, atau zaman sekarang bahsa SMS! (Tidak
> perlu ditulis penuh untuk menghindari pembayaran tinggi!)
>
> Dengan naiknya Soeharto menjadi penguasa di mana Indonesia, dari
> Sabang sampai Merauke diperintah oleh militer yang punya bedil, dan
> dari Presiden sampai Lurah, RT dan RK dijabat oleh Militer, mulailah
> segala macam singkatan militer dijejalkan kepada rakyat. Ada
> Pangkopkamtib, ada Laksusda, ada Juklak, ada Pepelrada, ada Teperda,
> di samping Kodam, Korem, Kodim, Babinsa dan segala macam tetek-
> bengek bahasa singkatan militer, yang semuanya itu mempengaruhi
> (kalau tidak mau dikatakan merusak) kemurnian Bahasa Pesatuan,
> Bahasa Indonesia!
>
> Tiga puluh dua tahun rakyat diajar menjadi bodoh oleh Orba melalui
> kekuasaan militernya. Tanpa disadari, tanpa bantahan dan tanpa
> koreksi, laksana minuman keras, rokok dan sabu-sabu yang menjalar ke
> pembuluh darah, begitulah pembusukan dan perusakan dan pembodohan
> yang diprakarsai oleh pihak militer Orba. Rakyat menjadi malas,
> masa bodoh dengan arti penting kemurnian dan jati diri bangsa dalam
> mempertahankan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Semua ikut
> kemauan sendiri-sendiri.
>
> Kini, kita mewarisi segala apa yang telah rusak! Bahasa Bunda,
> bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia, kini tidak murni lagi! Hampir
> setiap kata sekarang ini berobah sebutannya. Bahasa Indonesia telah
> menjadi bahasa SMS (Short Message Service) layaknya.
>
> Bagi bangsa Indonesia yang hidup di luar negeri, yang bertahun-tahun
> tidak kembali ke tanah-air, dan jarang bergelut dengan media-massa
> tanah air, merasa susah, merasa kikuk untuk mengerti akan kata-kata
> yang diucapkan atau dituliskan oleh surat-surat kabar masa kini.
> Banyak contoh yang bisa kita kemukakan, seperti: gakin, ilog,
> muscablub, pansel, pasutri, disdukcapil, tupoksi, panwaslukadal,
> camer, curanmor, sidak dan banyak yang lainnya lagi. Setiap orang
> membuat singkatan kata-kata sendiri, menggunakannya, menulisnya
> berkali-kali di surat kabar dan jadilah ia sebagai tumbuhan baru
> dalam tata bahasa Indonesia.
>
> Tanpa diikuti dengan keterangan akan arti dari kata-kata singkat
> yang tersebut di atas, siapa yang dengan mudah bisa menebak dan
> mengetahui apa artinya? Dan `bahasa singkatan' atau bahasa SMS ini,
> telah mempengaruhi hampir semua media massa Indonesia. Perusakan
> dan Pembusukan Bahasa Bunda serta Pembodohan yang dilakukan dan
> diwariskan oleh Orde Baru, nampaknya menjadi semakin parah.
> Masyarakat dan mass media nampaknya sekarang hantam kromo, menulis
> seenaknya menurut selera masing-masing, dan keluar dari peraturan
> penggunaan Bahasa Indonesia yang baik. Seperti contoh, sebuah surat
> kabar di Jakarta menulis begini:
>
> "Tuh Kan Jaksa Agung Lagi-lagi
> Bo'ong" Senin, 05 Maret 2007,
> 06:13:03
>
> Nah. ini Bahasa Indonesia ataukah Bahasa Betawi? Sayangnya, berita
> yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik ini ditulis justru
> oleh suratkabar yang bertaraf Internasional, yang bertitel "Berita
> Nusantara Kelas Dunia" yang seharusnya membela kemurnian Bahasa
> Indonesia. "Wartawan harus patriotik membela bahasa Indonesia
> seperti awal-awal kebangkitan Bangsa Indonesia" kata Ketua Umum
> Forum Bahasa Media Massa (FBMM), Dede Asmadi di Kuta Bali dalam
> diskusi bahasa media massa, seperti yang diberitakan oleh Kantor
> Berita Antara 7 Maret 2007. Apakah para wartawan media-massa
> Indonesia acuh dan mengikuti saran itu?
>
> Di samping itu, ada juga yang menggunakan dan menulis bahasa Inggris
> seenaknya, tanpa menyadari bahwa hal itu sebenarnya merusak bahasa
> orang lain, seperti misalnya "fren to fren" (yang maksudnya
> tentu `friend to friend') dan juga menulis "Webside" untuk
> maksud "situs" yang seharusnya mesti ditulis Website! (Dengan
> ditulis `webside', orang Inggris tentu akan bertanya: "Which side?
> Left or right?").
>
> Jadi, dengan porak-porandanya, dengan semrawutnya, dengan
> amburadulnya penggunaan tata bahasa dan kata-kata Indonesia, orang
> akan dengan seenaknya membuat kata singkatan dalam pengucapan kata
> dan bahasa Indonesia, sehingga mengaburkan arti dan makna bahasa
> aslinya, hingga tidak heran kalau orang juga akan seenaknya
> mengeluarkan kata-kata: "Pentil Kecakot......ganol....ganol"
>
> Apa arti kata atau singkatan kata-kata di atas? Mungkin ada di
> antara anda yang sudah tahu, namun bagi yang belum tahu, baiklah
> kusebutkan! Perkataan ini terucap, ketika seorang Kolonel menelepon
> suatu kantor Pemerintah. Sang Kolonel mendapat jawaban dari seberang
> sana: "Hallo, ini Pentil Kecakot, ganol....ganol!" Sang Kolonel
> menjadi marah dan dengan membentak berkata, "Ini Komandan Kodim!
> Siapa di situ?" Dari seberang, dengan gugup si suara menjawab: "Ini
> Penjaga Tilpon Kecamatan Kota.....Tiga Nol Tiga Nol, Paaakkk......!"
>
> Nah, dengan jawaban itu tahulah si Kolonel bahwa "Pentil
> Kecakot....ganol....ganol" adalah PENjaga TILpun KECAmatan
> KOTa......TiGA NOL... TiGA NOL. Jadi, polling yang diadakan oleh
> Kabar Indonesia berkenaan dengan keadaan Bahasa Indonesia
> yang "sangat memprihatinkan", adalah benar dan sangat tepat sekali!
> 96% para pembaca Kabar Indonesia menyadari bahasa kita, bahasa
> Bunda, telah rusak!!! Nah, tidak perlukah kita, dan tidak beranikah
> kita memperbaiki bahasa Bunda, Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia,
> agar tidak menjadi Bahasa Gado-Gado?
>
> Blog: http://pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
> Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@...
> Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
> http://www.kabarindonesia.com/
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Cat Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about cats.

Yahoo! Groups

Going Green

Share your passion

for the planet.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar