Selasa, 11 September 2007

[psikologi_transformatif] Re: The Power of Harmony

Quote: Bagi orang Jawa harmoni adalah kebenaran tertinggi End of quote.

Tuhantu: Ooh, maaf saya baru tahu kalau HARMONY itu bahasa Jawa :-) ...

Anywei, saya setuju dengan nada yang diungkapkan Edy Pekalongan. Bahwa hal yg merusak itu (termasuk korupsi, pengrusakan alam, dll) sejogjanya dan sesurabayanya itu harus di LAWAN (entah dgn nasehat, dll)... Dari kacamata saya (nggak pake kaca mata sih...) sikap perlawanan  itu bisa juga kok dimaknai sebagai surrender to god, hyang agung, or whatever-lah... 

Aku mo bagi sedikit cerita. Al kisah, syahdan ketika waktu sma dulu, aku punya sohib 2 orang. Sewaktu sma dulu, kami bertiga punya kesepakatan, bahwa jika salah satu dari kami ada masalah, maka ketiga-tiganya akan terlibat.

Lepas masa sma, kami terpisah ke fakultas yg berbeda-beda. Beberapa tahun kemudian, salah satunya -katakanlah si A-menghadapi masalah love affair (saya ceritakan teman ini ke Non Sisc di milis Filsafat, Topengology, beberapa waktu lalu) Konsekwensi perbuatan si A ini berujung pada siri na pacce (Vendetta, Carok) berpotensi sbg ajang pertumpahan darah antar keluarga. Sehingga si A ini kabur dan minta suaka ke rumah saya.

Mendengar cerita ini, teman yang satunya -katakanlah B- datang kerumah saya dan mengatakan bahwa kalau terjadi sesuatu, terhadap A, maka dia (B) sudah mengontak anggota komplotannya untuk ikut bertindak (literaly: perang!) ... Teman saya ini adalah asli Jawa (ayah Yogya dan ibu Solo) ... Artinya he was hoping for the best (solution), but still expecting the worst (result) /Forever Young by Alphaville... Gitu kira-kira falsafah teman saya si B itu...

Be Fun

Tuhantu

http://hole-spirit.blogspot.com

 


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "yohanes sutopo" <ysutopo@...> wrote:
>
> Essay:
>
>
> The Power of Harmony
>
>
> Bagi orang Jawa harmoni adalah kebenaran tertinggi. Dalam literatur kebatinan Jawa: seluruh alam raya ini, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, dari yang paling kasar hingga yang tidak kasat mata, semua terangkum dalam satu kesatuan harmoni yang maha besar, yaitu: Hyang Agung. Hyang Agung yang memberi nafas kehidupan kepada setiap makhluk. "...Hyang Agung adi linuwih ingkang paring pengayoman dumateng sagung dumadi."
>
> Dari pendekatan sains, kekuatan harmoni ini dapat dipahami dengan melihat bahwa setiap benda di jagat raya, planet-planet, bintang-bintang, komet, asteroid, batu-batu meteor, selalu bergerak di dalam garis lintasan atau orbit-nya yang sesuai dengan Hukum Harmoni. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Prie GS dalam essay-nya di Smart FM: Hukum Harmoni ini begitu dahsyatnya, sehingga jika ada sebuah benda langit yang menyalahi garis edarnya, sebuah meteor misalnya, dan memasuki atmosfir bumi, maka meteor itu akan habis terbakar sebelum menyentuh permukaan bumi. Begitulah Hukum Harmoni itu mengatur dan memelihara kehidupan.
>
> Filosofi Jawa sepenuhnya percaya dan bersandar pada kekuatan Harmoni ini, termasuk dalam menghadapi kejahatan. Dalam spiritualitas orang Jawa, perbuatan yang jahat disebut sebagai perbuatan yang ala (jelek), sesuatu yang tidak estetis, yang melanggar Hukum Harmoni. Tidak ada kata khusus dalam bahasa Jawa yang berarti jahat (evil), yang ada adalah kata ala atau elek, yang secara harafiah berarti jelek atau sesuatu yang tidak selaras. Kejahatan dipandang sebagai pelanggaran terhadap Harmoni... dan seperti batu meteor yang melanggar garis edarnya dan memasuki atmosfir bumi, dia akan habis terbakar oleh kekuatan Harmoni yang memelihara kehidupan.
>
> Maka sikap seorang ksatria Jawa dalam menghadapi kejahatan adalah: berserah diri sepenuhnya kepada Hyang Agung, Kekuatan Harmoni semesta raya yang memelihara kehidupan... dan tak akan ada kejahatan yang dapat mengalahkannya. Bahkan para Kurawa yang berjumlah seratus orang itupun dapat dikalahkan oleh Pandhawa Lima yang hanya berjumlah lima orang. Sikap berserah diri sepenuhnya pada Hyang Agung ini diungkapkan dalam sebuah semboyan yang sangat terkenal, yang merupakan puncak spiritualitas orang Jawa: "Sura sudira jayanikang rat syuh brasta tekaping ulah dharmastuti", yang kemudian diteruskan dalam ungkapan bahasa Jawa baru: "Suradira jayaningrat lebur dening Pangastuti."
>
>
> Salam,
> www.catatanrenungan.blogspot.com
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Learn how others are

shedding the pounds.

Yoga Groups

Exchange insights

with members of

the yoga community.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar