Sabtu, 15 September 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: Berakhlak atau Beragama--non sisca dan hendrik

Aku tersenyum melihat sapaan Manneke , Sisc
Terharu akan apresiasi tulusnya
You see Sisc, tentunya si Herman Willem Hendrik itu
nantinya akan membalas dengan segala kekuatan horrornya
Tapi aku tau
Kau cukuplah mengibaskan sampurmu
Ssssttttt
Gemulai berputar antisipasi
Dan anggun melayang
menerima applause penonton.




pradita@telus.net wrote:

WOOOOO!!! Non sisca sekali ngomong sudah langsung bisa terlihat bahwa ia jauh
lebih Islami (entah ia Islam atau bukan) daripada Hendrik hahahahaha yang
selalu gembor-gembor seolah meninggikan Islam, tapi sama sekali tak tercermin
pribadi Islaminya. Kita tunggu responsi Habib Hendrik atas tohokan non sisca
ini. Ha ha ha ha ha ha ha... ha ha ha ha ha ha... (Hendrik mode)

manneke

Quoting non_sisca <non_sisca@yahoo.co.in>:

>
> All things created by God are created in the image of God, and are
> therefore trinities consisting of essence, power and operation.
>
> As in the Trinity of God these three are an inseparable unity, but
> they are distinct aspects of that unity.
>
> Btw.
>
> Dan, janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab (Ahl al-Kitab, yaitu
> orang2 Kristen dan Yahudi -red), melainkan dengan cara yang paling
> baik, kecuali dengan orang2 zalim di antara mereka, dan
> katakanlah : "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
> kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
> adalah satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri" (Q.S. 29:46)
>
> Katakanlah (hai orang2 mukmin) : "Kami beriman kepada Allah dan apa
> yang telah diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada
> Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang
> diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi2
> dari Tuhannya. Kami tidak membeda2kan seorang pun di antara mereka
> dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (Q.S. 2 : 136)
>
> Katakanlah : "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
> diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,
> Ishak, Ya'qub, dan anak2nya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa,
> dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda2kan seorang pun
> di antara mereka dan hanya kepada-Nya lah kami menyerahkan diri (Q.S.
> 3 : 84)
>
> Dan tentu saja, tidak lupa yang ini :
>
> Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
> Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang2 yang melampaui batas (Q.S.
> 7:55)
>
> Selamat Menjalankan Ibadah Puasa bagi yang menjalankannya !
>
> Salam, sisc
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, hendrik bakrie
> <henrik12syiah@...> wrote:
> >
> > hahahah.....hahhaahha......hhahhha.... teman saya pernah mengatakan
> bahwa adalah seorang ulama (syiah juga) memberikan pandangan yg
> isinya "ahklak adalah akhlak, dan piqih adalah fiqih.."..
> >
> > kadang seseorang bisa saja menjaga/berlaku akhlak kepada manusia,
> tetapi apakah dia mau berakhlak dengan tuhan...??? kalau sesuatu itu
> tidak benar, maka apakah seseorang dikatakan berakhlak jika dia
> mengatakan itu benar...??? kalau tuhan dalam pandangan dan
> pengetahuan saya dengan dalil/bukti yg memiliki dasar yg juga diakui
> oleh mereka (misalnya kecilnya atom, amoeba yg berkembang biak dengan
> membela diri, tangan manusia itu terbatas,dll) bahwa tidak mungkin
> manusia...!! apakah saya bisa dikatakan berakhlak kalau saya
> menyetujui kalau tuhan itu seorang manusia (sesuai pandangan
> mereka)...???
> >
> > mereka mengetahui kalau "ketidakrasionalan" tuhan jika punya anak
> (emang bisa pensiun..??) kalau tuhan itu aneh jika jadi seorang
> manusia (untuk apa toh warna rambutnya aja sekarang sudah banyak
> macam) atau dll.... lalu anehnya org tersebut justru memilihkan
> dirinya, anaknya, org lain untuk memilih agama yg "tidak rasional"
> itu... apakah org itu bisa disebut berakhlak kepada tuhan, dirinya,
> anaknya, org lain...???? sudah sarjana tetapi memilih yg tidak
> rasional dengan alasan tuhan itu tidak rasional sehingga harus
> rasa....
> >
> > mungkin yesus itu kagak berakhlak sebab dia menyatakan dirinya
> adalah tuhan yg org israel sembah dan megubah monoteisme menjadi
> trinitas... sidharta itu kagak berakhak kepada agama hindu sebab dia
> menentang kasta... musa kagak berakhlak dengan firaun sebab melawan
> ketuhanan fiarun,dll....
> >
> > jadi akhlak menurut siapa yg betul...??? mungkin kita kembali
> pada sebuah pertanyaan dari plationos yg kalau tidak salah yesus
> kagak bisa jawab.. yaitu "apa itu kebenaran..???"
> >
> > hal yg ini jawabannya ada di alquran yg berbunyi ;" katakanlah :
> kebenaran itu adalah dari tuhanmu"
> >
> >
> > saya heran dunia ini cuma satu tetapi yg menciptakannya adalah
> kok banyak sekali.. ada yg yg gagah dan ada yg jelek.. ada yg bisa
> punya anak tetapi tidak bisa punya cucu tetapi ada yg cuma bisa punya
> ular kobra dilehernya..... mungkin suatu saat ada tuhan yg mengaku
> menciptakan dunia ini dengan laptop ditangannya....
> >
> > "tiap2 diri akan diminta pertanggungjawabannya"
> > "jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka"
> > "tiada tuhan selain ALLAH"
> > (alquran)
> >
> >
> > Anwar Holid <wartax@...> wrote:
> > Republika, Minggu, 9 September 2007
> >
> > [SELISIK]
> >
> > Berakhlak atau Beragama
> > -----------------------
> > ---Anwar Holid
> >
> > Boleh jadi Jalaluddin Rakhmat dan Arvan Pradiansyah belum pernah
> > tampil berhadap-hadapan, tapi lewat buku masing-masing mereka
> > ternyata bisa berbagi topik serupa. Secara kebetulan buku tersebut
> > terbit berdekatan menjelang bulan Ramadhan. Dua penulis ini jelas
> > berbeda karakter. Yang pertama dikenal luas sebagai cendekiawan
> > Muslim cum pakar komunikasi; yang kedua dikenal sebagai pembicara
> > publik dan fasilitator pengembangan SDM. Persamaannya mereka berdua
> > pandai berkomunikasi dan sukses menulis buku-buku yang mempengaruhi
> > massa karena terbukti bestseller.
> >
> > Topik yang mereka bagi bersama itu ialah keprihatinan menyaksikan
> > fenomena orang beragama ternyata banyak juga yang berwatak buruk.
> > Jalaluddin mengangkat semangat topik ini dalam buku yang ia juduli
> > Dahulukan Akhlak di Atas Fiqih (Mizan, 2007). Sementara dalam
> > Cherish Every Moment (Elexmedia, 2007) Arvan mengusung topik itu
> > sebagai bab yang menantang: "Orang Beragama atau Orang Baik?"
> >
> > Topik ini terasa klise namun setiap kali dibahas selalu menimbulkan
> > kontroversi, terlebih-lebih bila mengingat kita merupakan bangsa
> > dengan jumlah warga negara beragama terbesar di dunia. Di negara
> > yang dipenuhi orang beragama ini alangkah janggal justru terjadi
> > tindakan pelanggaran HAM, ketidakadilan, kerusuhan massal,
> > penindasan struktural, kemiskinan moral, maupun tindakan-tindakan
> > antikemanusiaan. Apa arti hukum agama bila gagal mencegah
> pemeluknya
> > dari perbuatan yang merugikan sesama manusia? Ada banyak kasus
> > membuktikan orang beragama ternyata jahat dan tega merendah-
> > rendahkan atau menyerang orang lain dengan membabi buta. Menurut
> > Jalaluddin, itu terjadi karena orang lebih mendahulukan fiqih (tata
> > cara hukum) daripada akhlak; sedangkan menurut Arvan salah satu
> > sebabnya karena orang gagal memahami esensi agama. Orang seperti
> itu
> > mudah mengatasnamakan keyakinan agama atau dogma, padahal dirinya
> > sama sekali tak tercelup oleh inti ajaran agama tersebut. Orang
> > seperti itu jadi fanatik; toleransinya pada pihak lain nol. Mereka
> > mengutamakan hukum di atas segala-galanya sampai rela menyerang
> > pihak lain yang berbeda. Mereka menganggap kesalehan itu diukur
> dari
> > kesetiaan terhadap fiqih. Menurut Arvan, kenapa orang beragama
> gagal
> > jadi orang baik karena orang tersebut menganggap agama merupakan
> > seperangkat peraturan yang membatasi, mengikat, menyusahkan, hitam-
> > putih. Di atas berbagai kepentingan, Nabi Muhammad
> > menyatakan: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
> > Hadis riwayat Al-Thabrani menyatakan: sesungguhnya seorang hamba
> > mencapai derajat tinggi di hari akhirat dan kedudukan yang mulia
> > karena akhlaknya yang baik, walaupun ia lemah beribadah.
> >
> > Bukan semata-mata menjelang Ramadhan maka kedua buku tersebut
> lantas
> > jadi menarik untuk diperbincangkan; keduanya mengingatkan kita
> tanpa
> > akhlak yang baik terhadap sesama manusia dan alam, kehidupan
> > beragama jadi sejenis omong kosong tentang Tuhan. Robert T. Pirsig
> > di buku legendarisnya, Zen and the Art of Motorcycle Maintenance,
> > menyatakan: Orang bisa secara fanatik membaktikan hidupnya pada
> > politik atau keyakinan agama atau segala bentuk dogma maupun tujuan
> > lain karena dogma atau tujuan tersebut meragukan.
> >
> > Tentu penulis dari dua generasi berbeda cukup jauh ini juga bukan
> > hendak mengampanyekan pendapat bahwa beragama itu sia-sia atau
> > mengikuti fiqih itu nihil; melainkan para pemeluk agama harus
> > mencamkan dalam dirinya ada sesuatu yang lebih luhur daripada
> > sekadar formalitas atau rutinitas agama. Karena senantiasa
> > menjanjikan hal yang paling luhur, paling mulia, agama mendidik
> > pemeluknya menemukan hakikat ajaran. Jalaluddin menyarankan agar
> > kaum Muslim mengubah cara pandang dari berparadigma fiqih lama-
> > kelamaan jadi berparadigma akhlak. Sedangkan Arvan dengan ungkapan
> > lain membidik maksud serupa, yaitu agar orang menemukan esensi
> > agama, yaitu "kasih." Mengasihi orang lain merupakan kunci agar
> > orang lain bisa dikatakan telah beriman (Cherish, hal. 149).
> > Jalaluddin menarik banyak ibadah ujung-ujungnya merupakan latihan
> > membentuk akhlak, baik shalat, puasa, zakat, dan haji. Shalat sudah
> > jelas mestinya dapat mencegah kekejian dan kemungkaran. Puasa
> > merupakan latihan agar orang bertakwa; orang bertakwa ialah orang
> > yang menginfakkan harta dalam suka dan duka, mampu menahan amarah,
> > memaafkan orang lain, dan berbuat baik.
> >
> > Menarik membaca dua pendapat saling menguatkan tentang pentingnya
> > berakhlak baik dan berlomba-lomba memberi manfaat bagi kehidupan.
> > Orang pertama secara eksplisit memanfaatkan teks-teks khazanah
> > Islam, orang kedua lebih implisit menggunakan pendekatan berdasar
> > prinsip spiritualitas-universal, demi menjalani hidup agar indah
> > setiap saat. Manfaatnya sama: bila konsisten dipraktikkan, kedua
> > cara itu mampu mengubah orang jadi tahu betapa berharga kehidupan
> > dan ia akan menjaga agar kehadirannya penuh makna. Arvan
> > mengampanyekan agar setiap saat orang bisa sama-sama menghargai
> > semua momen dalam kehidupan. Ini merupakan ajakan ambisius, apalagi
> > bila mengingat betapa orang dikejar-kejar waktu, mengalami
> peristiwa
> > buruk, dan kerap menjalani sesuatu secara terpaksa. Kuncinya orang
> > harus menghargai dan menemukan sendiri keindahan dalam kehidupan
> > tersebut. Jalaluddin menyebut empat ciri utama orang yang
> > menganut 'paradigma akhlak', yaitu (1) ia mengakui adanya kebenaran
> > jamak (multiple reality); (2) ia bisa ikhlas meninggalkan fiqih
> demi
> > persaudaraan; (3) melihat ikhtilaf sebagai peluang untuk memberikan
> > kemudahan menjalankan agama; (4) mengukur kemuliaan seseorang dari
> > akhlaknya (Dahulukan…, hal. 62).
> >
> > Mumpung Ramadhan, pertama-tama saya mengajak diri sendiri, mari
> > menghargai waktu yang persis kita miliki sekarang dan memenuhinya
> > dengan kemuliaan.[]
> >
> > NB: Awalnya kolom ini berjudul 'Berbagi Topik Serupa.' Karena
> > pertimbangan biar lebih tegas dan sesuai maksud, saya ubah jadi
> > seperti di atas.
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > ---------------------------------
> > Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from
> someone who knows.
> > Yahoo! Answers - Check it out.
> >
>
>
>



Got a little couch potato?
Check out fun summer activities for kids.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Official Samsung

Yahoo! Group for

supporting your

HDTVs and devices.

Endurance Zone

A Fitness Group

about overall

better endurance.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar