Senin, 17 September 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: Tomy T saja :) to swastinika

duh...sorry banget mbak, ga sempet balas.....(alasan klasik lelaki ya....sibukkkk :) ), tapi memang bener ko, kejar tayang...hihihi kayek sinetron aja ya...

iya lho mbak...diskusi memang selalu kadang ga selalu nyekrup tapi itu juga adalah bagian dari diskusi...mungkin latar belakang pengetahuan berbeda, belajar berbeda, pengertian berbeda, level berbeda dsb....

kalau mbak bilang aku yang ga bisa ngerti...ya ok ok aja...:)

tulisannku yag merah miring di bawah ya mbak.....

 

Hehehehe.. kalau merah nggak merusak mata kok, Mas Tomy. I love red... ;)

> T: Berkali kali? :) udah kali keberapa? no problem....
> jadi kebenaran hakiki itu hanya di kenali oleh COSCIENCE??? ?
> wah satu topik panjang lagi nich........ ......... mbak mbak, asli mbak saya senyum senyum.
> sebenarnya siapa sich yang mengerti soal tulisan kita ya? ( ga perlu di jawab ko, krn bukan penghakiman :) )

Memang sebenarnya orang lain kecil kemungkinannya bisa benar2 memahami tulisan seorang penulis. Pasti ada unsur subyektifnya. Tapi.. itu gunanya diskusi, kalau menurut saya. Jadi bisa lebih saling mengerti

 

T: saya kan tidak membantah unsur subyektif penulis, yang sedang saya diskusikan bahwa kebenaran tidak tergantung unsur subyektif....tapi kalau mbak narik ke situ (baca:lompat ya ok), atau tulisan saya yang mbak komentari tsb bercerita ttg pertanyaan apakah kebenaran hakiki itu hanya di kenali oleh coscience?

soal penulis??? penulis apa dulu? penulis novel berdebat sama filsuf atau psikolog...wah lucu akhirnya....yang satu terbiasa dengan kalimat sentimental yang lain enggak.....iyakan mbak?

> gini mbak...saya ga mendoktrin: tapi kebenaran itu enggak hanya di kenali oleh Coscience... .
> apa yang salah ya salah...but tapi kalau itu pendapat mbak saya mengerti dan sangat menghargai.. .tapi kebenaran itu memang tidak dikenali dengan hanya coscience :)....nah kalau pinjam kalimat mbak, cuma gini lho ilmunya?

Jadi, kalau menurut Mas Tomy sendiri, bagaimana kita mengenali yang salah atas yang benar kalau tanpa conscience ;)? Saya kok pingin dengar.. :) Eh, maksud saya: baca :)

 

T: pernyataan saya lihat di atas (tulisan saya)..." kebenaran itu tidak dikenali dengan hanya coscience"... itu beda dengan kata-kata  mbak kemudian, S : "kalau menurut Mas Tomy sendiri, bagaimana kita mengenali yang salah atas yang benar kalau tanpa conscience...".

bedakan mbak...tidak hanya dengan tanpa?

mungkin jenis berdikusi ini kadang membuat kita tidak nyambung....:) tapi gapapa.....

kebenaran tidak hanya dikenali oleh coscience....ya bener donk mbak, bisa mengenal kebenaran dengan LOGIKA (jaman rationalisme), bisa lewat empirisme, positivisme...bisa lewat teknologi....dsb

jadi jelas kan?

> T: jadi apa itu coscience? kalau dia bukan logika, pengetahuan ingtan hafalan dst.....coscience tidak berlogika, tidak hafalan, ingatan dan pengetahuan. ....??? turun dari langit kali...ba ka da bra....gitu? ahahahah
> duh mbak ini ada ada aja.......but no coment deh.

Kalau buat saya sih conscience itu built-in ya.. dalam diri kita masing2. Jadi nggak turun dari langit :) Cuma.. seperti hal2 yang built-in lainnya, kalau nggak dijaga baik2 bisa rusak :)

 

T: mbak mbak......mungkin lain kali kalau kita ngobrol ttg hati nurani lebih enak dan dalam. kapan dan bagaimana hati nurani itu mulai ada? darimana? sejak lahir atau bawaan atau setelah besar? gimana cara tumbuhnya?dst....

saya sich setuju aja, sekalian menyegarakan apa yang telah dipelajari dahulu kala....tapi kan diskusi soal kebenaran yang saya angkat...::

> T: maksudnya coscience itu bukan manusiawi (pinjam kata mbak, sangat tidak manusiawi)? senyum deh saya mbak......no coment juga. ops.....atau gimana? sekali lagi apa itu? bukan manusiawi... mungkin surgawi? binantangwi? tumbuh-tumbuhanwi? ato opo? :)

Dikotomi lagi ya, Mas? Kalau yang satu dibilang manusiawi, maka yang bukan kelompok itu pasti nggak manusiawi ;)?

Conscience itu justru manusiawi sekali. Sama manusiawinya dengan prasangka :) Kan sudah saya bilang bahwa prasangka itu salah satu hal yang bisa merusak conscience. So, rasanya cukup jelas bahwa hidup ini (kalau menurut saya) adalah a constant battle antara conscience dan hal2 manusiawi lainnya yang bisa merusak conscience :)

 

T: diktomi? kayeknya pernyataan saya di atas adalah model petanyaan yang muncul dari pernyataan mbak sebelumnya....coba aja baca tulisan mbak sebelumnya. jadi pernyataan saya itu berhubungan dengan pendapat mbak sebelumnya :)...ini saya kutip:

S:" Dan itulah sebabnya kita mesti menjaga conscience kita agar tetap murni, tidak rusak oleh prasangka, kebencian, atau apa pun kelemahan yang sesungguhnya sangat manusiawi :)..."

kalimat mbak ttg prasangka dst yang sangat bersifat manusiawi merusak coscience...tentu saya saya bertanya apa itu coscience? bukan manusiawi? dst....jadi diktomi kesimpulan mbak itu gimana ya....:) won mbak sendiri yang bilang....

> T: saya kira saya sangat mengerti apa yang mbak tuliskan, kalau soal maksud mbak berbeda dengan apa yang mbak tuliskan itu lain masalah....melihat realita itu tergantung kepada si pelihat....itu pendapat mbak. landasanya jelas...apa perlu saya ulang?

Ya kalau yang Mas mengerti (tentang tulisan saya) adalah berbeda dengan apa yang saya ingin sampaikan, berarti Mas Tomy belum mengerti dong.. HAHAHAHA..  Dan nggak perlu sungkan untuk mengatakan tidak mengerti. Seperti saya tulis di atas, justru ketidakmengertian itu membuka peluang diskusi. Diskusi membuka peluang ke pembelajaran baru toh? Setidaknya demikian menurut saya :)

 

T: mengerti maksud mbak artinya harus setuju dengan mbak nyatakan? (ko sempit arti mengertinya ya? )...pembelajaran baru ttg diskusi tergantung, kalau teman diskusinya tulalit ya susah juga....atau berdiskusi dalam level "saya rasa" (subyektif).....siapa yang bisa berdiskusi soal rasa? (mungkin aku yang tulalit  :) )

contoh dasar yang mbak pernah sebutkan yang saya mengerti tetapi tidak saya setujui:

Swas: ..."Tapi masalah bahwa sesuatu tidak pernah sepenuhnya salah, dan tidak pernah sepenuhnya benar :).  Menurut saya, yang ada memang sekaligus tiada :) Kecuali kalau kita mau menempatkan segala sesuatunya dalam logika biner 0101 :)..."

> ok, landasan tulisan saya...yang benar adalah benar dan salah adalah salah, tidak tergantung kepada siapa yang melihat, prejudice atau bukan prejudice, logika atau bukan....situasi, dst...
> tapi mbak sejak awal bilang bukan begitu...lihat contoh contoh yang kita bahas.

Ya berarti Mas Tomy memang belum mengerti :) Hanya merasa mengerti tulisan saya :)

Monggo, dibaca lagi komentar saya yang menyebut Credendo Vides :). By believing one sees :). Bahwa dengan "percaya" maka seseorang bisa "melihat" (kebenaran/kesalaha n). 

Yang saya ragukan kan adalah ketepatan interpretasi kita terhadap perilaku orang lain, karena kadang prasangka (atau bahkan sebaliknya, tapi belum dibahas: pemujaan) membuat kita sulit membedakan benar/salah :)

 

T: kalau mbak merasa saya tidak mengerti, ya ga papa...saya terima ko mbak :) ...kan kita susah kalau yang satu bilang ya dan yang lain bilang tidak...soal kebenaranya, tidak tergantung dari kata ya dan tidak....iya kan mbak? tapi mbak bisa baca tulisan mbak balek, tapi kalau masih sama kesimpulannya ya mo bilang gimana lagi....berarti hanya sampai di situ....:)

 

> T: disinilah mbak....kalau saya bilang mbak kadang iya kadang tidak......: )
> ada kalimat yang saya katakan membunuh adalah salah??? yang mana?...kelihatan memang tuk mbak susah membahas pendapat tanpa lepas dari anggapan mbak......itu kan kata2 mbak membunuh adalah salah....
> yang saya katakan membunuh adalah membunuh karena dalam dirinya dia adalah membunuh apapun alasannya dan bagaimanapun caranya...adalah membunuh.

OK, setidaknya kita sepakat pada satu hal: membunuh adalah membunuh. Dan.. OK, kalau Mas mengatakan bahwa tidak pernah menuliskan kalimat yang mengatakan membunuh adalah salah ;). Terus terang saya nggak nyimpen semua tulisan dan terlalu malas untuk mencari :)

 

T: ko berdalih seperti berationalisasi?ya memang enggak...soal enggak dan iya kan tidak tergantung mbak nyimpan atau tidak...ko lari ke situ ya...

 

Yang saya bisa katakan adalah: awal perdebatan ini adalah karena Mas Tomy tidak setuju saya mengatakan dalam setiap perilaku manusia ada unsur benar dan ada unsur salah.

 

T: sejak awal yang saya bilang mbak...yang salah adalah salah dan benar adalah benar tidak tergantung dengan si pemandang...tidak tergantung itu prejudice atau bukan....karena kebenaran atau kesalahan tergantung pada dirinya sendri....

liat aja postingan saya...bdk dengan kata kata mbak di atas...

 

 Lantas, kalau Mas Tomy hanya mengatakan bahwa membunuh esensinya adalah membunuh, kenapa ada perdebatan panjang tentang bahwa yang benar adalah benar sedangkan yang salah adalah salah ya ;)?

 

T: nah di sinilah kelihatan mbak ga mengerti.....:)

 

Jika Mas Tomy setuju bahwa membunuh adalah membunuh, tentu Mas Tomy setuju bahwa ada unsur benar dan unsur salah di situ.

 

T: kebenaran itu adalah realitas dirinya sendiri....kalau ditarik ke membunuh, tentu lihat realitas membunuh dong? atau susah mbak ngerti?

hukum jika dan tentu yang mbak buat dan mencoba menempatkannya dalam mulut saya itu kurang tepat.

 

 Tidak akan ada perdebatan, karena Mas Tomy akan setuju bahwa membunuh menjadi salah atau menjadi benar tergantung pada interpretasi manusia ;). Tapi kalau Mas Tomy mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah pada tiap perilaku manusia, tidak heran terjadi perdebatan panjang.

 

T: bedebat soal realitas itu sudah dilakukan sejak manusia ada mbak? tapi apakah realitas berubah dengan debat itu? ko tiba tiba mbak merasa bukan perdebatan panjang ya....:)

 

OK, Mas Tomy tidak pernah mengatakan secara harafiah bahwa "membunuh adalah salah". Kalau demikian, tolong jelaskan mengapa Mas Tomy masih bicara tentang yang benar adalah benar dan salah adalah salah :).

 

T: sejak awal saya menjeslakan contoh adalah contoh....realitas membunuh bisa di tafsirakan banyak orang, seperti mbak jelaskan.... tapi pendapat, penilaian, tafsiran membunuh itu tidak bisa mengubah realitas (essensi) dari membunuh itu...itulah mengapa saya berbicara contoh membunuh dengan soal kebenaran dan kesalahan kalau ga salah hali ini sudah saya sebut berulang kali lho...jadi maksud saya kemaren supaya mbak ngerti tapi ga juga...mungkin saya yang salah bukin contoh menyebabkan orang lain tidak ngerti :)

> T:saya tidak bicara soal aksi-reaksi, kenapa lari ke aksi dan reaksi...saya bicara soal essensi kenapa lari ke aksiden...saya bicara soal dasar kenapa lari ke fenomena...makanya kita tidak nyambung.
> sekali lagi putih dan hitam bukan tergantung kepada mbak...ini kebenaran! kalau mbak masih menolak...no coment! dan itu hak mbak.....tapi yang putih jangan pernah di relativisir dengan tidak begitu putih...dst dengan pandangan manusia (mbak).

Sekali lagi saya jelaskan: saya setuju benar adalah benar, dan salah adalah salah.

 

T. saya sangat gembira membaca kalimat di atas....soal capek ngetik dsb...jadi hilang!

 

Tapi.. dalam setiap perilaku manusia, hampir selalu ada unsur salah dan unsur benar, karena perilaku manusia (sesederhana apa pun) adalah sangat kompleks ;)

 

T: sekarang mbak berjalan ke subyektivitas....boleh di terima....tapi unsur yang benar adalah benar dan unsur yang salah adalah salah...bukankah begitu mbak?

 

Sederhananya: putih adalah putih, hitam adalah hitam..

 

T: bener nich aku gembira akhirnya mbak sampai juga......:)

 

tapi keduanya adalah titik dikotomi yang di tengahnya terdapat berbagai nuansa kelabu, alias terdiri atas campuran putih dan hitam :) Sebagian besar (jika tidak dapat dikatakan hampir semua) perilaku manusia masuk ke dalam berbagai nuansa kelabu itu.

 

T: nah sedikit berkerut nich...hihihi, kalau putih ada hitamnya, kelabunya atau dst...apa masih putih namanya?

> T: wow....jadi air punya essensi, sedangkan prilaku manusia enggak? belajar dimana mbak? :)

Wow, Mas Tomy menganggap bahwa saya mengatakan perilaku manusia nggak punya esensi ;)? Belajar dari mana, Mas, membuat interpretasi seperti ini ;)?

Monggo, dibaca lagi kalimat saya :) Inti yang saya katakan adalah: menentukan esensi perilaku manusia tidak semudah menentukan esensi air :) Bukan berarti perilaku manusia tidak punya esensi :) Kan saya sudah bilang ada kebenaran hakiki, dan itu adalah esensi dari perilaku manusia :)

 

T: saya baca kalimat mbak, kayeknya mbak yang ga mengerti apa yang mbak tulis sendiri sebelumnya...saya kutip lagi ya:

Swas: "...Air dimana2 terdiri dari molekul H2O. Esensinya tidak berubah. Perilaku manusia tidak terjadi demikian :) ..."

jadi sekarang mbak ngaku?

 

> T:penjelasa mbak soal kebenaran hakiki tergantung kepada si pemandang (manusia, situasi dst,,,) itulah yang saya sanggah. kebenaran itu ada bukan karena kita tidak menggunakan prejudice atau menggunakan prejudice. lihat penjelasan mbak sebelumnya.. ..:)

Aaah.. Mas Tomy salah mengerti ah ;). Saya ngak pernah bilang kebenaran hakiki tergantung pada si pemandang :) Justru saya menekankan bahwa ada kebenaran hakiki yang kadang terdistorsi oleh kebenaran2 semu manusia; kebenaran yang sebenarnya semu karena merupakan hasil dari prasangka si pemandang :)

Jangan2 kita berdiskusi panjang lebar gini for nothing ya ;)? Hanya karena kesalahanan tangkap pada detil2 dekorasi sebuah pendapat :). Saya rasa demikian, karena kemarin2 saya juga sudah merasa bahwa sebenarnya kita berada on the same side :)

 

T: saya no coment deh kalau gitu......:)

> T: coment saya adalah: kebenaran itu (contoh tulisan yang Hendrik buat) juga tidak tergantung prejudice atau tidak prejudice! nah dari sini berangkat persoalan soal kebenaran dan salah yang saya paparkan sekali gus menyangah mbak.... ngerti mbak? ngerti dong....:)

Lho, memang maksud saya demikian :) My conscience said (dan.. saya percaya pada conscience saya yang hingga hari ini belum pernah mengecewakan saya) bahwa tulisan yang di-fwd Hendrik sekali itu mengandung kebenaran. Walaupun yang nulis adalah public enemy #1 di milis ini, yang sudah banyak sekali mem-fwd/menulis hal2 yang -according to my consciece - mengandung ketidakberan ;)

 

T: hanya mau komentar, ttg tulisan hendrik  benar atau didak benar, itu tidak tergantung coscience nya mbak...kebenaran itu berdiri sendiri mbak. apa semua yang tidak sesuai dengan your conscience itu adalah tidak benar?

 

Tapi komentar Mas As As dan Mas Wendi (terhadap tulisan itu) menempatkan tulisan itu seolah2 sama saja dengan tulisan lainnya yang banyak mengandung ketidakbenaran :) Itu yang saya pertanyakan. .. dan sudah dijawab dengan OK sekali oleh Mas As As melalui klarifikasinya :)

 

T: itu kan persoalan mbak dengan nama nama yang mbak sebut namanya....yang saya sanggah kan kebenaran tidak tergantung prejudice atau tanpa prejudice dst...

 

Kayaknya Mas As As mudeng deh. Mungkin Mas Tomy bisa tentoring sama Mas As As.. biar dia ada yang meluk2 juga :p

 

T: apa hubungan  as as dengan saya? baca pelan deh apa yang saya sangkal.....mungkin mbak juga bisa bertanya sama as as...apakah apa yang saya sangkal ke mbak itu sama dengan apa yang mbak diskusikan dengan as as?mungkin nanti lebih jelas untuk mbak. kalau as as bilang diskusi saya dengan mbak sama dengan diskusi mbak dengannya maka saya akan tanya dia...but saya ragu.....(saya sebenarnya ogah melibatkan orang ke tiga...tapi kalau mbak merasa butuh boleh kenapa enggak....mana orangnya? :) )

> T:Mmmmm persoalan bukan soal sudah menangkap atau belum....saya pun menangkap maka saya beri komentar,,,lucu donk kalau saya tidak mengerti dam memberi komentar...dan yang saya ragu apakah mbak ngerti atas apa yang saya komentari? padahal sudah pernah saya tulis juga...Mmmmm what's wrong?

Mmm.. yang saya lihat, Mas Tomy sudah berusaha mengerti tulisan saya dan memberikan komentar berdasarkan pemahaman Mas Tomy. Tapi belum menangkap dan belum mengerti :)

Kalau menurut saya, Mas Tomy sedang shadow boxing.. HAHAHAHA.. Meyanggah musuh yang sebenarnya berada on the same side ;) Walaupun, tentu saja, berada on the same side tidak membuat kita identik dalam melihat permasalahan :)

 

T: duh....senengannya dengar mbak bisa ketawa...ketawa itu sehat mbak...:)

 

        > T: dogmatis...: ). sejauh saya tahu kepercayaan itu lah yang bersifat dogmatis. jadi tuduhan mbak kelihatanya cocok ke     mbak...bak yang bicara dan berdasar atas kepercayaan kan, baca deh pendapat mbak....wong saya bicara soal realitas         kenapa dibilang dogma???? apa mbak tahu arti dogma? :)

 

Saya tahu persis tentang dogma :) Menerima suatu secara buta berdasarkan kepercayaan belaka, tanpa mempertanyakan lebih lanjut. Dan.. saya yakin kok bahwa saya nggak dogmatis. Kan saya sudah bilang bahwa my conscience is my compass and my logic is my GPS? Saya tidak sepenuhnya berlogika, tapi juga tidak membabi buta percaya :) Keduanya ada dalam diri saya :)

 

T: no coment....dah pernah saya kometari....

 

OK, Mas Tomy bicara tentang realitas. Tapi realitas apa yang Mas bicarakan? Realitas yang sudah Mas reduksi, tidak benar2 tentang realitas itu sendiri. Contoh gampangnya: Mas mereduksi realitas tentang komentar saya pada komentar Mas As As/Wendi pada fwd-an Hendrik hanya sebatas apa yang Mas tangkap dari tulisan saya. Padahal.. kalau kita bicara realitas, Mas Tomy mestinya melihat realitas lainnya juga tentang kenapa saya bicara demikian :) 

 

T: ooo...realitas itu gitu lho? Mmmm no coment :) (bdk, realitas, totalitas, realitas totalitas dsb...)

 

Mas menganggap tulisan saya adalah realitas. Padahal.. bahkan yang Mas tanggapi pun sebenarnya bukan tulisan saya, melainkan apa yang Mas pikir Mas mengerti tentang tulisan saya :) Senang shadow boxing, Mas ;)?

> mbak itu yang cocok di ragukan pandangannya soal kebenaran... .masa kebenaran gada yang benar-benar benar seperti kata mbak gada yang benar benar putih....ini yang layak di ragukan :)
> (siapakah anda itu hingga merasa layak mengatakan , mengubah essensi dari kebenaran??? )

Boleh saja Mas Tomy meragukan pandangan saya soal kebenaran. Saya toh bukan Tuhan, pasti ada juga tidak sempurnanya ;)

 

T: dengan mbak mengatakan bahwa tidak ada yang benar-benar benar dan salah....memang anda bukan tuhan tapi melampau tuhan...maaf nama tuhan kebawa krn mbak memulainya.

 

Tapi sih kalau yang ragu itu Mas Tomy, saya sama sekali nggak masalah. Wong menangkap bahwa saya membedakan kebenaran hakiki dari kebenaran buatan manusia sehari2 saja belum bisa... apalagi menangkap tentang kebenaran.. ;) Sekali lagi: ada Mas, putih yang benar2 putih. Itu yang namanya kebenaran hakiki. Namun.. dalam tiap perilakunya, manusia punya unsur putih dan unsur hitam ;)

 

T: saya gembira memabaca tulisan di atas.....akhirnya sampai juga mbak soal kebenaran yang benar-benar benar dan salah :) 

 

        > T: komen singkat, kebenaran sekali lagi tidak di tentukan your conscience, your compass or your logic! kebenaran                 tergantung atas dirinya sendiri. jadi siapa yang tidak mengerti?

 

Lho? Siapa yang bilang kebenaran ditentukan oleh my conscience, my compass, or my logic ;)? Kebenaran ya kebenaran.. hanya saja, saya mengenalinya dengan my conscience and my logic ;)

Contoh gampangnya gini. Mas Tomy (kebenaran hakiki) itu udah ada dari sononya. Bagaimana saya mengenali Mas Tomy jika kita ketemu di cafe? Tentu dengan mata saya dan ingatan saya tentang seseorang bernama Tomy. Naah.. kalau mata saya buta, atau saya amnesia, bisa2 saya salah mengenali Mas As As sebagai Mas Tomy (wiiiih... bisa2 salah peluk dong ;))

Gitu lho, Mas ;) Itu bukan berarti Mas Tomy baru ada jika saya punya mata yang sehat dan ingatan yang baik :)

 

T: jadi pendapat mbak yang mengatakan tidak ada warna yang benar-benar putih itu sudah di cabut kan? atau belum?

> T: sayang tulisan mbak sebelumnya ga kelihatan... .dan mbak masih mengelak dengan tidak memposisikan dan nilai itu pandang mbak....:). saya juga tidak akan mempostingnya. ...baca aja deh, dan setiap orang yang baca juga tahu.

Setahu saya sih yang namanya interpretasi terhadap tulisan itu tergantung pada dua hal: bagaimana si penulis menyampaikan idenya, dan bagaimana si pembaca menginterpretasikan idenya. Perhaps I'm not a good writer... tapi saya yakin bahwa masing2 kepala orang bisa punya interpretasi berbeda2 atas tulisan saya.

Jadi maaf.. saya ragu dengan kalimat Mas Tomy yang terakhir: baca aja deh, dan setiap orang yang baca juga tahu ;).

 

T:kayeknya yang memulai menyebut orang ketiga dalam diskusi kita adalah mbak....(tanya as as lah...dst) bagaimana mungkin mbak menulis kata ini untuk saya?....berarti mbak ragu dulu dung sama diri mbak....:)

 

Saya yakin variasi pemahaman orang terhadap topik ini adalah sekaya gradasi abu2 yang memisahkan hitam dan putih :) Tergantung juga dari mana mereka mulai membaca, dan bagaimana mereka mengolah informasi yang mereka dapat itu :)

 

T: dan sejauh kemampuan yang mereka memiliki!

> T: kalau mbak menentukan keputusan dengan Conscience itu hak mbak, no koment. tapi kalau berhubungan apa kah coscience itu adalah penentu kebenaran....

Penentu kebenaran? Waaah.. saya bukan Tuhan, Mas. Saya bukan penentu apa2 :) Makanya saya sangat takut terjebak pada prejudice..  Takut "menentukan" sesuatu itu benar, padahal salah, atau sebaliknya.

 

T: Ooo begitu ya mbak......terus bagaimana dengan kata kata mbak ini?

Swas: ...Walaupun yang nulis adalah public enemy #1 di milis ini, yang sudah banyak sekali mem-fwd/menulis hal2 yang -according to my consciece - mengandung ketidakberan ;)...

mbak tidak sedang bersandiwarakan?...dengan anggunnya mbak bilang takut menentukan...., tapi dengan mulut yang sama mbak mengatakan bahwa tulisan (FW) hendrik... mengandung ketidak benaran....

kali ini ngaku aja deh mbak...

mmmmm tunggu dulu! tapi mbak juga kemudian pakai logika (klaimat mabk di atas).....padahal di atas mbak bilang menentukan dengan coscience...dan di atas lagi mbak mengatakan coscience itu bukan logika....wah puyeng deh.....kadang iya kadang tidak.
> inilah cara pikir mbak yang kemaren saya bilang lompat lompat dan gerakan ga beraturan :)

Monggo dibaca tulisan saya yang lalu2 :). Saya kan sudah pernah bilang bahwa saya tidak murni menggunakan logika dan tidak murni menggunakan conscience. My conscience is my compass, and my logic is my GPS, remember ;)? Tahu utara-selatan- barat-timur tapi nggak punya koordinatnya, kita nggak bisa sampai ke tujuan. Sebaliknya, punya koordinat tapi nggak tahu dimana utara-selatan- barat-timur, kita juga akan kesasar :)

Kalau Mas puyeng.. yaah.. mungkin karena Mas tidak menyimak dan meresapi tulisan saya secara gestalt/holistic ;). Kalau dipotong2 per kalimat memang membingungkan karena I'm not a good writer :)

T. :)

 

 

> T; apakah hati tak berlogika? jadi kalau mau memutuskan langsung saja? tanpa melihat informasi (bertanya).. ..mendengar apa? wah...lucu deh! (padahal mbak juga kemaren bertanya banyak, kadang iya kadang tidak )...... (Swas: Sudahkah Mas pertimbangkan bahwa jika tindakan kuret itu tidak dilakukan, dan ibunya memang meninggal, bagaimana nasib anaknya lahir tanpa ibu? Itu juga bila anaknya berhasil lahir, kalau anaknya ikut mati, bagaimana? Apakah lebih bermoral buat kita, lebih menghargai hidup, ketika kita membiarkan seorang ibu mati dan anaknya kemungkinan hidup derita? Apakah lebih bermoral buat kita, lebih menghargai hidup, jika kita membiarkan seorang ibu pasti mati dan si anak dalam kandungannya hampir pasti ikut mati ;)?)

Idem dengan jawaban di atas. (Kata) Hati itu menentukan arah, dan logika menentukan koordinat. Baru kita bisa jalan :) Tapi buat saya, yang pertama adalah (kata) hati. Koordinat bisa dicari.. tapi yang paling penting adalah tahu utara-selatan- barat-timurnya :)

 

T: pertanyaan saya itu apakah hati tak berlogika?

 ko larinya ke situ?

lihat pendapat mbak: Swas: ....Dan conscience itu asalnya ada di hati kita masing2. Bukan logika, bukan ingatan/hafalan/ pengetahuan dari apa yang diungkapkan orang lain (termasuk para filsuf sekalipun)...

itu saya baca lagi tulinyannya mbak......

> T: jadi kalau dibalik, mbak mengambil keputusan berdasarkan coscience... ..keputusan coscience itu dari mana? dari langit yang muncul tiba tiba?
> mbak ngerti ga maksud dogmatis? :) pakai kata dogmatis.... ...berapa kali ya....tapi ko ga nyekrup gitu.

Idem dengan di atas. Conscience itu menentukan arah saja :) Tapi itu yang utama :)

Nggak nyekrup ya? Ya maaf deh.. bukan mandor soalnya :p

 

T: asili ngakak......:)

> T: siapa yang bisa ngerti kalau ikut tulisan mbak...memang gitu...kadang iya kadang enggak...ahahaahaha hah ( ga boleh marah lho, tapi aku asli senyum senyum nich). ga mungkinlah aku ngerti maksud mbak...yang aku ngerti itu ya apa yang mbak tulis....

Makanya kita berdiskusi kan, Mas? Hehehe.. Siapa tahu menambah pemahaman baru, jadi saling tambah ngerti :) Itu sebabnya aku masih telaten menjawab thread ini :) Ini sebuah pembelajaran baru buat aku juga kok.. mengerti cara pandang orang lain, dan belajar mengemukakan pendapatku. Selain.. tentunya.. untuk mengevaluasi ulang apakah apa yang aku percaya masih relevan dan masih dapat aku percayai :)

 

T: good idea :)

> tapi satu hal yang mbak ulangi (saya tidak komentari kemaren), mbak sudah mengunakan PREJUDICE... ...ahahahahah
> Swas: "sayang sekali , apa yang sudah mahal itu tidak mendapat hasil maksimal"... .....begitulah pepatah mengatakan.. .siapa yang menggali lobang dia sendiri yang terjatuh kedalamnya :) gampang mengucapkan tapi .......

Mmm... prejudice-nya dimana ya? Mas Tomy sendiri bilang bahwa mendapatkan pengetahuan ini dengan membayar mahal :) Naah.. dari apa yang saya lihat, apa yang Mas dapatkan belum maksimal. Ketidakmaksimalanny a dimana? Seperti sudah terjelaskan di atas, Mas masih sibuk bermain2 dengan pikiran Mas sendiri tentang tulisan saya :) Instead of mencoba lebih memahami apa yang saya tulis dan kenapa saya menulis begitu, Mas sibuk menyanggah apa yang Mas pikir saya ingin katakan.

So.. dengan tidak mengurangi rasa hormat, menurut saya sih sayang sekali apa yang sudah didapat dengan mahal belum mampu membuat Mas Tomy bisa melihat secara gestalt/holistic :)

 

T: karena melihat secara gestalt lah maka itu adalah prejudice ". kata prihatin hanya mencoba membungkus makna dan maksud mbak....mau di urai kata kata mbak?

mengapa sampai prihati?

apa sebab orang bisa sampai prihatin?

apakah hubungan prihatin dan penilain? dst.....

bedakan pendapat mbak sebelumnya:

 Swas: "....Aaah.. Mas Tomy salah mengerti ah ;). Saya ngak pernah bilang kebenaran hakiki tergantung pada si pemandang :) Justru saya menekankan bahwa ada kebenaran hakiki yang kadang terdistorsi oleh kebenaran2 semu manusia; kebenaran yang sebenarnya semu karena merupakan hasil dari prasangka si pemandang :)...

jadi kata prihatin mbak itu bukan sipemandang yang mencoba memberi penilaian kepada si Tomy yang sebenarnya belum dia tahu ukuran soal biaya pengetahuannya?

 

Saya sendiri tidak sempurna, Mas, tapi.. sejauh yang saya lihat, saya lebih dulu menangkap inti masalah kita.. dimana ketidaknyambungan kita, dimana letak salah penangkapannya. . sementara Mas Tomy masih berputar2 mengomentari apa yang sebenarnya hanya ada di pengertian subyektif Mas Tomy :)

 

T:pengertian subyektif saya....mbak ini ada aja....bilang iya aja malu malu......no body perfect gampang mbak menuliskannya ...tapi mengakui ko susah ya? :)

 

Padahal saya nggak membayar mahal lho.. :)

 

T: tergantung.....itukan subyektifnya mbak....mbak yang bersubyektif kenapa bilang saya? inilah pengertian subyektif mbak...dengan mengatakan saya tidak membayar mahal lho...

 

Saya rasa ini lebih tepat ke arah "prihatin", bukan prejudice :) BTW, ngomong2, Mas Tomy sendiri mendefinisikan "prejudice" sebagai apa sih? Sering sekali ada kata ini, tapi kok penempatannya agak2 nggak pas :)

 

T: prejudice sebagai apa? kalau mbak merasa kata kata mbak itu bukan prejudice....malah pertanyaan ini balik ke mbak...apa ya prejudice di konsep mbak? jangan jangan.....konsep kayek penulis novel? :)

 

Salam,


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Best of Y! Groups

Check it out

and nominate your

group to be featured.

Endurance Zone

A Fitness Group

about overall

better endurance.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar