Jumat, 12 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] APAKAH VINCENT LIONG ANGGOTA MILIS PSIINDONESIA ?

 

Apakah saat ini Vincent Liong masih menjadi member milis psiindonesia ?

Apakah saat ini Vincent Liong masih menjadi member milis psiindonesia sehinnga bisa memforward postingan disana?

Apakah melalui perantaraan ?

Ha...ha...ha... ;) ;)

salam,

harez
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Vincent Liong <vincentliong@...> wrote:
>
> ----- Forwarded Message ----
> From: Dyah Puspita dyahpspt@...
> To: psiindonesia@yahoogroups.com
> Cc: HimpsiJaya jaya0508@...;
> bpp_optima@...
> Sent: Wednesday, October 3, 2007 10:38:50 PM
> Subject: [psiindonesia] PONTIANAK --- Pentingnya
> organisasi profesi
>
>
> Pagi tadi sesudah subuh memang saya "membangunkan" mas
> Luluk karena pingin tahu adaa tidaknya kontak Himpsi
> di Pontianak.
> Saya bukan dikirim organisasi manapun, tapi diminta
> salah seorang ibu anak autis yang prihatin dengan
> maraknya berita kasus Oca itu di harian Pontianak Post
> dan Equator. (Ada juga di Kompas, kok!... Mas Luluk
> aja yang payah...). Jujur saja, kejadian itu sudah
> dibicarakan berhari-Hari oleh milis orangtua autis
> (yang anggotanya orangtua se Indonesia plus beberapa
> di mancanegara) yang panik betul akan perkembangan
> kasus itu.
>
> 1. Diagnosis ditegakkan oleh "psikolog" yang dengan
> enaknya bilang "Oca positif gangguan kejiwaan"...
> sementara anak ini baru berusia 8 tahun. Tulisan itu
> dibuat GEDE-GEDE lho di Koran.
>
> 2. Dengan nikmatnya "oknum" ini bilang kalau
> hiperaktif adalah gangguan kejiwaan.
> 3. Jalan keluar yang ditawarkan oleh "oknum" ini (yang
> merupakan psikolog LSM2 tertentu) adalah "memindahkan
> anak dari keluarganya" ---entah untuk berapa lama,
> kemana, untuk diapakan...
>
> 4. Entah darimana munculnya, "oknum" ini bilang
> menurut pengalamannya butuh angka 75-85 juta SEBULAN
> untuk bisa memberikan penanganan kepada anak yang
> diduga autis/hiperaktif = gangguan jiwa. (Pengalaman
> apaan, cing?)
>
> Wataw! Pucat pasi saya.
> Jadinya sewaktu ada yang menyediakan dana untuk saya
> pergi ke Ponti pulang pergi pesawat plus mungkin harus
> menginap, berangkat deh.
>
> Apa yang saya lakukan:
> 1. Observasi mendalam anak ini di rumahnya, langsung
> saya datangi, saya buat rekaman video.
> 2. Wawancara kakak kandung anak ini, tetangga2nya,
> plus tetangga yang biasa mengasuh anak ini. Sayang
> bapak (tiri)nya tidak Ada di tempat karena sedang
> pergi ke kerabat yang meninggal... Ibunya di Malaysia,
> 'kan jadi TKW.
> 3. Ngobrol dan interaksi mendalam sama anak ini. (Saya
> sampai mau menangis, karena saya dapat insight luar
> biasa. Anak ini TIDAK PERNAH dapat intervensi, tapi
> perkembangannya NOT THAT BAD. Apalagi kalau dapat
> intervensi?? ? huhuhuhu.... anak ini bisa bicara en
> berkomunikasi, meskipun perilakunya warakadah en
> pemahaman terbatas... Ya iya laaahhh..gak pernah
> ngapa-ngapain! )
>
> 4. Ke Pontianak Post supaya ada statement dari
> wartawan yang memuat artikel untuk meluruskan berita
> bahwa autisme adalah gangguan kejiwaan.
>
> 5. PANIK berfikir BAGAIMANA CARANYA supaya anak ini
> tidak diangkut ke Jakarta/Bandung/ Surabaya tanggal 6
> Oktober ini... Karena kalau itu sudah dilakukan...
> .mampuz lah gw. Gak tau mau dibawa kemana, trus
> diapain. (Kebayang gak sih, jadi anak ini, jauh dari
> sapa-sapa, gak kenal sama sapa-sapa..tau2 ditinggal
> ndirian? huhuhu.....bisa2 jadi tambah error dong!).
> Aku sempet pusing juga, takutnya keluarganya malah
> HAPPY bahwa anak ini diambil alih oleh orang lain
> (yang mungkin sesudah dapet duit entah dari mana lalu
> melempar anak ini kemana lalu yaaaa gitu deh!)...
> Huhuhuhu...pusying. ..
>
> Naaaahhhh... .rupanya telpon saya pagi2 membangunkan
> mas Luluk ada gunanya! Hahaha... Beliau kalang kabut
> nyari2 ketua Himpsi Kalbar. Sok taunya, yakinnya,
> namanya Pak Ridwan. Padahal...beberapa kali kongres
> ketemu sama yang namanya Pak Sajarwo...yang sudah
> sejak setahun lalu jadi ketua himpsi kalbar.
> Di Ponti, saya kebetulan baca Koran pontianak post,
> ketemu konsul psikologi, adaa tuh, potonya Pak
> Sajarwo.
>
> Selagi saya di Pontianak Post, dapet sms dari mas
> Luluk, no.Hape Pak Sajarwo, ketua Himpsi. Dasarnya mas
> Luluk gak sabar saya gak nyahut, saya ditelponnya.
> Untung gak kena roaming...jadi saya gak complain.
> Persis mas Luluk lagi ngoceh, masuk telpon lain. Gak
> kenal nomernya, saya pede aja angkat...Gak taunya? Pak
> Sajarwo!!! (*note: Pak Jarwo bilang, pas kongres
> beberapa kali ketemu mas L en bilang kalo beliaulah
> ketua Kalbar... Huahahahaha. .. Mbah L sampun sepuh,
> nggih....Eh, tapi website pusat diubah dwongs!)
>
> Alhamdulillah beliau di tengah kesibukannya menawarkan
> untuk datang ke kantor Pontianak Post. Kebeneran dong!
> Jadi saya pertemukan dengan sekumpulan ibu2 yang
> merupakan motor penggerak komunitas keluarga autisme
> di Pontianak, plus wartawan yang bersedia menuliskan
> counterstatement untuk melawan berbagai statement
> ngawur dari "oknum psikolog" yang bikin geger para
> orangtua autis.
>
> Kenapa sih geger?
> Gini lho.
> Kalau autisme dikatakan sebagai "gangguan jiwa",
> habislah sudah. Orangtua yang memang pada dasarnya
> sudah terbebani dengan masalah sehari-Hari akan
> berfikir "there is no way out!"...berhenti usaha..
> Masyarakat yang berpikir, "duh, gangguan jiwa! Gak
> usah dikasi kesempatan sekolah! Gak boleh pake
> fasilitas umum!" Habis deh, satu generasi.
>
> Statement bahwa penanganan butuh 75-85 juta per BULAN.
> Kalau orangtua semua berpikir ITU ADALAH INFORMASI
> YANG BENAR, ya pastinya patah semangat lah ! Sampe
> rambutku berubah warna jadi ijo-pun, gak bakalan aku
> mampu menghasilkan jumlah seperti itu dengan kerja
> sebagai guru/psikolog (maaf menyebut warna rambut,
> hehehe). Ujung2nya? Berhenti usaha juga. Habis lagi
> satu generasi.
>
> Padahal, fakta membuktikan, penanganan anak autis
> memerlukan NIAT, UPAYA, KETEKUNAN, POLA ASUH yang
> tidak berbeda banyak dengan pengasuhan anak tidak
> bermasalah (disiplin, aturan, konsekuensi, kasih
> sayang), pengaturan pola makan ...yang tidak banyak
> beda dananya dibandingkan kalau Kita mengasuh anak
> tidak bermasalah.
> Yang beda memang, soal pendidikan karena terapinya
> cenderung lebih efektif satu guru-satu anak. Tapi ya
> gak bakalan sampai 75 juta perbulan lah!
> Sosialisasi Yayasan Autisma dan para keluarga dengan
> anak autis rasanya jadi mundur sejuta langkah kalau
> ada statement2 error dari "oknum" itu, deh!
>
> My question yang tadi aku ajukan ke Pak Sajarwo
> adalah:
> 1. Ini "oknum" teh, sapa siiiihhhh... (jawabannya?
> Hahahaha... Salah satu PENGURUS HIMPSI KALBAR! Mampuz
> guwe!)
>
> 2. Beliau itu (menurut kakak kandungnya Oca, lho)
> tidak melakukan apa-apa saat datang menemui Oca,
> kecuali berfoto bareng, terus ngliatin Oca sekitar 15
> menit, terus ngangguk-ngangguk, ngomong sama wartawan,
> en pergi. Wah. Orang sakti dong dia.... Hanya dengan
> melakukan itu sudah bisa menegakkan diagnosis??? ?
> Wuyh....
>
> 3. Kenapa dia mengajukan angka fantastis itu???
> Hmmm...bulan puasa.... Gak boleh nuduh lho....
> Hehehe...
>
> So..
> Makasi buat Mas Luluk yang tadi pagi mau dibangunin
> habis sahur. Makasi mau nyariin Ketua Himpsi Kalbar.
> Makasi buat Pak Jarwo yang mau dateng ke Pontianak
> Post untuk nemuin aku. Tahu gak, this is the first
> time I'm VERY HAPPY to meet a police officer ! (Pak
> Jarwo itu polisi, kerjanya di Polda, tadi dateng pake
> uniform lengkap...). Maap, maap...aku sih
> jujur...biasanya gak suka ketemu polisi. Hahaha...
>
> Pak Jarwo lalu memberikan ide fantastis tadi menjawab
> kebingungan saya on what to do, karena
> a) "oknum" tersebut MENOLAK ketemu saya yang ingin
> menggali informasi (dengan segala alasan)
> b) Ibu (dari organisasi tertentu) yang berdiri di
> belakang "oknum" tersebut bahkan menipu semua orang
> mengatakan sedang di luar kota, sementara di depan
> kami wartawati itu menelpon ibu itu, ternyata adaa di
> kantor polisi, Bo!
>
> Pak Jarwo usul supaya aku bikin counterstatement
> supaya dimuat di Pontianak Post. Hm. Boleh juga.
> Langsung aku kerjain aja tadi. Moga2 besok dimuat...
> Terus wartawati itu malahan usul, supaya Pak Jarwo
> (yang pangkatnya lumayan tinggi...jangan tanya gw ya,
> gw mah BUTA soal pangkat tauk!) MENCEGAH anak ini
> dibawa keluar dari Pontianak... Kan bisa nyuruh anak
> buah di Polsek (yang lokasinya beberapa meter saja
> dari rumah anak ini) untuk melarang anak ini dibawa.
>
> So...tadi akhirnya saya memutuskan untuk segera pulang
> ke Jakarta sesudah imel statement dari saya yang
> menyatakan bahwa anak ini memang autistik plus
> hiperaktif. Ada video tuh, untuk membuktikan diagnosis
> saya...plus wawancara sama orang2 terdekat anak ini.
> Di statement saya juga Ada segambreng usulan on what
> to do for this child.
> Para ibu yang ketakutan akan dimarahi oleh "oknum"
> itu, aku sarankan untuk selalu kontak Pak Jarwo selaku
> Ketua Himpsi. Biar diberesin lah sama Pak polisi ...
> Hehehe.... Masa Ketua Himpsi gak bisa ngeberesin
> anggota pengurusnya ini (hahaha...ironi, ironi).
>
> Sebetulnya para ibu menghalangi saya pulang. Mas Luluk
> juga bilang saya sinting pulang pergi Jakarta
> Pontianak. Bodo ah. Kebayang muka anak sih, masa
> ngurusin anak orang sementara anak saya yang autis
> terbengkalai geto? Kebayang juga muka dosen saya sih,
> lha Wong tugas lom selesai (hihihi...kayaknya dosenku
> itu, ikutan milis ini deh....Hihihihi. ..).
>
> On top of everything, organisasi profesi ini masih
> penting perannya. Menggalakkan sosialisasi pentingnya
> peran ini yang masih harus dilakukan. Pak Jarwo juga
> tadi mengingatkan supaya aku mencantumkan bahwa aku
> anggota HimpsiJaya. Duh, untung udah bayar iuran, Pak
> (Dan dia tertawalah terbahak-bahak) ...
>
> Semoga apa yang terjadi Hari ini, menjadi pembelajaran
> saja bagi semua orang. At least, I learned a lot.
> Masih penasaran sih, pengen ketemuan sama "oknum"
> karena mau tanya, dapet kesaktian menegakkan diagnosis
> itu, dari mana yak? Mau dong, jadi sakti.....
>
> Salam,
> Dyah Puspita (Ita '82-UI)
> Ibunya Ikhsan Priatama, autis, 16 tahun 9 bulan.
> Sekretaris Yayasan Autisma Indonesia, Jakarta.
> Psikolog.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> -------Original Message----- --
>
> From: lukspsi
> Date: 10/3/2007 8:18:42 AM
> To: psiindonesia@ yahoogroups. com
> Subject: [psiindonesia] Pontianak
>
>
> Berita yg luput dari perhatian kita (mungkin
> malah saya saja); dan baru sadar setelah ada telpon
> pagi ini dari anggota Jaya
> yg juga aktivitis dalam Yayasan Autis Indonesia:
> Dyah Puspita, yang minta kontak person nama Ketua
> Himpsi Kalbar.
> Sudah dicoba untuk kontak pak Ketua, namun gak
> ada respon. Mungkin sudah berangkat kantor. Ada yg
> punya nomor HP-nya?
> Kita tunggu perkembangannya dari Dyah yg saat
> ini sudah ada di Pontianak.
>
> LSS
>
> Kompas: Jumat, 28 September 2007
>
> Oca Perlu Diterapi, Bukan Dirantai Seperti Selama Ini
>
> Pontianak, Kompas - Hasil observasi psikolog terhadap
> Janufer (8) alias Oca memperlihatkan, bocah yang kaki
> kanannya dirantai kedua orangtuanya selama lima tahun
> terakhir mengalami gangguan kesehatan mental yang
> mengarah ke hiperaktif dan autis. Untuk memulihkan
> kesehatan mentalnya itu, Oca perlu diterapi khusus
> agar kelak bisa membaur dengan masyarakat.
>
> Menurut psikolog Perkumpulan Keluarga Berencana
> Indonesia Kalimantan Barat Armijn Chandra, yang
> memeriksa Oca, Kamis (27/9), Oca tidak mampu
> mengontrol tindakannya. Karena itu, orangtuanya
> khawatir tindakan Oca dapat mencelakai dirinya dan
> orang lain. Bocah itu cenderung hidup dalam dunianya
> sendiri, melakukan apa yang dipikirkan, serta tak
> menghiraukan keadaan di sekitarnya.
>
> "Dibutuhkan terapi khusus yang sesuai dengan jenis
> gangguan kesehatan mental yang dideritanya. Untuk
> mengetahui persis jenis gangguan kesehatan mental itu
> diperlukan diagnosis yang mendalam dan serangkaian tes
> terhadap Oca," katanya.
>
> Berdasarkan pengalaman Armijn, terapi yang diperlukan
> Oca membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Bisa Rp 75
> juta-Rp 80 juta per bulan," ujarnya.
>
> Ia menambahkan, sebenarnya Oca tidak dirantai
> sepanjang hari. Setiap ayahnya pulang kerja, rantai
> yang mengikat Oca dilepas. "Ketidaktahuan dan
> ketidakmampuan ekonomi orangtuanya yang membuat Oca
> diperlakukan seperti itu," ujarnya.
>
> Staf ahli Bidang Pelayanan Sosial Anak, Departemen
> Sosial, Nahar, menyatakan, UU perlindungan anak
> mengisyaratkan, ketika orangtua atau siapa pun tak
> memberikan perlindungan khusus terhadap anak, maka
> berdasarkan fakta dan bukti yang ada, proses penegakan
> hukum harus tetap berjalan. (why)
>
> Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
HDTV Support

on Yahoo! Groups

Help with Samsung

HDTVs and devices

Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

Real Food Group

on Yahoo! Groups

What does real food

mean to you?

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar