Kamis, 18 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] FWD: samurai dalam hening

[Cerita yang bagus. /hudoyo]

Dari: "nathaliasunaidi" <nathaliasunaidi@yahoo.com>

Seorang murid junior sedang berjalan pulang setelah selesai
berceramah di sebuah kuil di desa. Di tengah jalan ia bertemu dengan
seorang murid senior, murid senior itu bertanya padanya, "Mengapa
kamu berani memberikan ceramah kepada begitu banyak orang di kuil?
Apa kamu yakin perkataanmu sudah benar? Kamu kan masih junior. Apa
ilmu kamu sudah cukup?"

Sepanjang perjalanannya ke kuil, murid junior memikirkan teguran
seniornya. Di kuil, ia menemui gurunya dan menanyakan apakah ia telah
melakukan hal yang kurang baik dengan berceramah di kuil di
desa. "Guru, apakah saya telah melakukan hal yang salah?" Gurunya
menjawab, "Selama kau melakukannya dengan mindfulness maka hal itu
benar adanya… asalkan mindfulness…" Murid junior bingung dan tidak
mengerti akan jawaban gurunya. Kebingungan terpancar dari wajahnya.
Melihat wajah bingung murid juniornya itu, guru berkata, "Berjalanlah
ke utara maka kau akan tahu apa itu mindfulness." Lalu gurunya
kembali duduk bermeditasi.

Murid junior pun menuruti nasehat gurunya. Ia berjalan ke utara, itu
artinya ia harus berjalan menuju kota. Di tengah jalan ia melihat
sebuah dojo yang pintunya terbuka setengah. Di dalamnya ada dua orang
samurai yang sedang duduk berhadapan. Wajah mereka sangat serius dan
tanpa kata-kata. Suasananya sangat hening. Yang terdengar cuma suara
kayu terbakar dari tungku masak poci teh yang berada di tengah-tengah
kedua samurai itu.

Murid junior mengintip dari balik pintu. Lalu salah seorang samurai
berkata dalam kemarahan pada samurai hening dihadapannya, ia menunjuk-
nunjukkan tangannya, "Kau telah membunuh kakakku! Kau telah membunuh
kakakku!" Ternyata kakaknya tewas dalam pertempuran melawan pasukan
samurai hening itu. "Kau telah membunuh kakakku! Aku akan membalaskan
dendamnya! Kau telah membunuh kakakku!", samurai dalam kemarahan itu
terus-menerus meneriaki samurai hening. Sangat mengesankan, samurai
hening itu tetap diam tanpa bereaksi. Hanya sesekali wajahnya
berkerut menunjukkan emosi yang ingin keluar tapi tidak beberapa lama
wajahnya menjadi hening kembali. Setelah beberapa saat, samurai
hening itu berdiri, ia berkata dengan sangat tenang, "Sudah selesai?"
Lalu ia berjalan ke dalam. "Kau telah membunuh kakakku. Aku tidak
tahu apa yang harus aku lakukan terhadap rasa kehilangan ini. Aku
tahu ia telah kalah dalam pertempuran. Ia telah kalah dalam
pertempuran", samurai dalam kemarahan itu menangis sambil memukul-
mukulkan tangannya ke lantai. Kesedihan sangat terpancar dari
dirinya. Setelah tenang, samurai dalam kemarahan itu berjalan keluar
dojo dengan sebelumnya membungkuk hormat dan ia berkata kepada
dirinya sendiri, "Kak, kau dikalahkan oleh orang yang hebat. Ia
dikalahkan oleh orang yang hebat."

Melihat semua itu, murid junior mengerti tentang mindfulness. Samurai
dalam hening mengajarkannya tentang mindfulness. Samurai hening itu
tetap diam dan hanya mengamati semua emosi yang muncul dari dalam
dirinya dan membiarkannya musnah tanpa perlu mengeluarkan reaksi.
Tujuan dari samurai dalam hening itu adalah hanya mendengarkan luapan
emosi kemarahan samurai dalam kemarahan. Ia tahu luapan emosi samurai
dalam kemarahan hanya perlu diungkapkan dan ia mendengarkannya tanpa
perlu memberikan reaksi dan dengan demikian emosi itu pun akan musnah
dengan sendirinya. Samurai dalam hening telah menetapkan tujuan dan
ia tidak membiarkan emosi mengeluarkannya dari tujuan itu. Ia duduk
mendengarkan luapan emosi samurai dalam kemarahan itu dengan penuh
kesadaran. Mindfulness adalah menentukan tujuan, tetap berada di
dalam tujuan itu, menyadari semua fenomena yang muncul dan
membiarkannya musnah kembali tanpa harus larut didalamnya.
Mindfulness membuat kita tetap berada dalam tujuan dengan menyadari
semua emosi yang muncul dan membiarkannya musnah supaya kita tetap
berada dalam tujuan.

Lalu murid junior langsung berlari pulang dan menemui gurunya. "Guru,
saya telah mengerti! Saya telah mengerti!" Ternyata gurunya sedang di
dalam toilet, dan di pintu toilet tergantung tulisan, "Sedang dalam
mindfulness." Murid junior mengerti, bahwa apapun yang dilakukan
dalam mindfulness hasilnya akan lebih baik karena dilakukan dengan
berkesadaran penuh.

Mindfulness seperti radar yang mengamati semua fenomena yang muncul
dalam perjalanan kita mencapai tujuan. Dengan mindfulness menjaga
kita untuk selalu berada di right track dan dia akan memberikan
sinyal bila kesombongan, kebencian, keserakahan, kemalasan, dll mulai
muncul supaya kita tidak meneruskannya menjadi reaksi dan supaya kita
tetap ingat akan tujuan kita.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

Cat Zone

Connect w/ others

who love cats.

HDTV Support

on Yahoo! Groups

Help with Samsung

HDTVs and devices

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar