Senin, 22 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Kawin Kontrak vs Kawin Icip-icip

Baru-baru ini salah satu politikus perempuan Jerman dari partai CSU
Dr Gabriele Paulis mengusulkan agar dicantumkan masa kadaluarsa
(expired date) di akte pernikahan. Jadi masa pernikahan tidak
seperti sekarang ini berlaku seumur hidup, melainkan setelah tujuh
tahun otomatis akan menjadi kadaluarsa (expired) dan atas
persetujuan kedua belah pihak bisa diperpanjang lagi atau diakhiri
tanpa harus ribet-ribet cerai segala macam. Masalahnya hampir setiap
tiga pernikahan pasti akan kandas sebelum masa kadaluarsa tujuh
tahun. Disamping itu daripada hidup berselingkuh lebih baik
melestarikan perkawinan dengan expired date atau kawin kontrak
dengan masa kadaluarsa yang jelas.

Pada jaman sekarang ini percuma saja bikin perjanjian nikah seumur
hidup, sebab tidak akan bisa dipenuhi. Maklum bukannya jaman seperti
Sam Pek Eng Tai lagi. Sedangkan para feminis di Swedia mengusulkan
agar budaya pernikahan itu dihapus saja, sebab toh semua janji yang
diucapkan di kantor catatan sipil maupun di rumah ibadah hanya
sekedar janji bohong alias lip service saja, padahal sudah disumpah
berdasarkan Alkitab maupun Al Quran.

Sedangkan jalan tengah yang mungkin bisa diambil ialah kawin icip-
icip dahulu alias "Kumpul Kebo". Kalau orang sudah bisa melakukan
mati icip-icip, kenapa tidak bisa melakukan kawin icip-icip yang
pasti jauh lebih enak lagi. Dalam bahasa Londo nya
disebut "Samenleven" dan dalam bahasa trendinya adalah 'Living
T2gether' . Istilah kumpul kebo berasal dari masyarakat Jawa
tradisional (generasi tua). Secara gamblangnya pasangan yang belum
merid, tapi udah tinggal dibawah satu atap, prilakunya itu dianggap
sama seperti kebo, maklum kagak ada tuh yang namanya "Pesta Kawin
Kebo"

Mereka melakukan kawin icip-icip ini dengan alasan: "Kalo gue
bilang, benernya sih nggak papa juga. Soalnya kan sebelum couple itu
mau komitmen satu dengan yang lain, persoalan pisah harta, dsb, dsb.
Apalagi kalo udah ada anak. Itu anak nggak salah apa-apa kena akibat
dari orang tua berantem. Nah, kan mending juga ada trial period
dulu. Jadi, kalo misalnya ternyata nggak cocok, konsekuensinya juga
nggak terlalu berat dibanding kalo udah nikah Tapi, tentu aja
masyarakat secara umum juga bisa berpandangan negatif mengenai
hubungan berstatus tanda tanya ini. Jadi, gue bilang secara rasional
mungkin bisa, tapi secara etika?

Orang kumpul kebo, pada umumnya dilakukan juga karena gak tahan,
udah ingin buruan merid, tetapi sikon kagak mengijinkan, umpamanya
sekolah/kuliah belum selesai, ortu tidak mengijinkan, belum punya
gawean, usia masih terlalu muda, tetapi dilain pihak dorongan
kebutuhan biologis atau naluri seks selalu mendapat rangsangan dan
godaan dari luar. Inilah penyebab utama, kesukaran, problem dan
godaan yang makin serius bagi orang-orang muda, sehingga akhirnya
kaum remaja berjatuhan tak tahan godaan untuk melakukan hubungan
bebas ataupun kumpul kebo.

Hanya sayangnya di rumah ibadah jarang ada khotbah mengenai kumpul
kebo, maklum disana tidak ada kebo yang ada hanya domba-domba saja,
disamping itu dosa Icip-Icip ini adalah dosa Bisik-Bisik, mereka
bisik-bisik agar tidak diketahui orang, setelah remnya blong
ketahuan, mereka akhirnya jadi korban bisik-bisik digosipin orang.
Memang dosa ini adalah dosa Imut-imut hanya kalho udah ketahuan baru
seluruh anggota keluarganya menyatakan Amit-Amit deh.

Untuk menanggulangi kasus kawin cerai yang terlalu sering terjadi di
Holland, maka pemerintah di Holland sudah tidak membedakan lagi
antara kumpul kebo ataukah nikah, sebab walaupun tidak nikah, kalau
mau mengaku sebagai suami istripun boleh dan sudah dianggap sah.
Tinggal pilih saja status mana yang lebih cocok untuk selera Anda.

Tapi di Indonesia beda Mang dengan di Belanda, kebanyakan cowok
disini hanya ingin menikah dengan gadis yang masih perawan,
masalahnya bagaimana kita bisa mengetahui udah berapa kali cewek itu
gonta-ganti tangan (pacar), jangan-jangan udah mirip seperti buku
dari taman perpustakaan yang gunta ganti tangan setiap hari. Siapa
mau dapat istri bekas piala bergilir, mending kalau hanya baru di
icip-icip aza, bagaimana kalau kita lagi apes, sehingga hanya
mendapat sisa ato ampasnya aza, bekas kenduri orang sekampuang.

Bahkan pernah menjadi berita utama disalah satu media, bahwa 60%
gadis-gadis di Jakarta konon sudah tidak perawan lagi. Oleh sebab
itu seharusnya para cowok mendirikan satu partai untuk membela kaum
pria yang telah terkecoh oleh para gadis yang mengaku perawan ting-
ting, tetapi kenyataannya udah Blong alias non perawan lagi! Agar
mereka bisa dituntut hukum secara perdata maupun pidana. Bpk. Hakim
Bismar Siregar dahulu pernah menghukum seorang pemuda, karena
mengambil keperawanannya seorang gadis, tetapi bagaimana apabila hal
yang kebalikannya terjadi?

Pendeknya, masalah kumpul kebo bukan hanya masalah malu tidaknya
dilihat orang, atau salah tidaknya dari segi agama atau moral, atau
percobaan sebelum memasuki pernikahan. Tapi lebih pada pilihan hidup
yang mana yang akan kita jalani. Memang dosa atau tidak dosa adalah
tanggung jawab kita sendiri dihadapan Sang Pencipta. Tapi setiap
resiko yang akan timbul dari pilihan kita itulah yang harus kita
pikirkan dan kita tanggung.

Mang Ucup mo nanya neh: "How pendapat loe2 soal living 2gether nich?
Atau lebih baik dengan sistim kawin kontrak pakai expired date ? "

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Real Food Group

Share recipes,

restaurant ratings

and favorite meals.

Shedding Pounds

on Yahoo! Groups

Read sucess stories

& share your own.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar