Jumat, 12 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: 8 - Sublimasi Rasa Sakit Hati Vincent Liong

buseeeet begini kalau sarjana psikologi menganalisa ya? hehehehhe
kalau saya bilang: kesuwen - mabok cinta jadi buta, hasilnya kalap.

salam,
goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, audifax -
<audivacx@...> wrote:
>
> 8
> Sublimasi Rasa Sakit Hati menjadi sebuah Pembusukan pada
Cornelia Istiani
>
>
> Pada tanggal 6 Agustus 2007, Vincent Liong membuat tulisan
berjudul "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-
Pasrah"[1] yang isinya membeberkan dan memanipulasi masalah pribadi
Cornelia Istiani di milis Psikologi Transformatif (Selain di milis R-
Mania, Vincent Liong, dan Komunikasi Empati). Esei yang dibuka
dengan kalimat: "Buat Cornelia Istiani yang kucintai…" ini sama
sekali tidak bermuatan `Cinta' melainkan upaya membusukkan Istiani
di depan umum.
>
> Dalam cermatan saya, selain esei ini merupakan sublimasi rasa
sakit hati karena Vincent ditinggal oleh Istiani, terdapat proyeksi-
proyeksi kelemahan yang sejatinya ada dalam diri Vincent, tapi
justru dalam esei ini diproyeksikan pada orang lain.
>
> Kelemahan yang NYATA ADA DALAM DIRI VINCENT
> DIPROYEKSIKAN Vincent dalam tulisan
> DIAGNOSA DAN KESIMPULAN SEMENTARA
> Ketidakmampuan berpikir logis ini jelas ada pada diri
Vincent. Seperti bisa dilihat pada kegagalan yang bersangkutan
dalam menempuh studi.
>
> Kenapa kemampuan ini bisa ada dalam diri Vincent? Karena yang
bersangkutan malas belajar dan memiliki hedonisme tinggi.
Dianggapnya segala sesuatu bisa di-bypass, misalnya menebak-nebak
isi buku, karena malas membaca dan dianggapnya tebakan itu sama
dengan membaca.
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Pikiran selalu bicara tentang
apa yang dianggap logis
> menurut sudutpandang yang dianut dengan tidak
> memperdulikan perasaan seperti dengan mudahnya
> Hautesurveilance mempermainkan perasaan orang dan
> tanpa merasa atau dengan sengaja memutuskan hubungan
> dengan diri sendiri yang subjective ; semua diamati
> objective saja secara tidak bertanggungjawab (tanpa
> kesadaran bahwa diri sendiri itu ada di dalam arena /
> subjektif)
> Vincent sebenarnya tidak bisa menerima bahwa dirinya
tidak mampu berpikir logis, sementara orang seperti
Hautesurveilance dan Istiani adalah orang yang mampu berpikir
logis. Kelemahan diri yang tidak dapat diterima Vincent ini,
kemudian diproyeksikan menjadi serangan pada orang yang memiliki
kemampuan yang tak dimiliki Vincent
> Kebiasaan menebak-nebak dan menganggap tebakannya
pasti benar, membuat dia juga dengan mudah menuduh-nuduh orang
tanpa data jelas yang dimilikinya
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Kamu harus menekan perasaanmu
sendiri
> (menyangkal diri) untuk memenuhi tuntutan kebenaran
> versi pemikiran, logika sudutpandang tsb demi
> terpenuhinya harapan-harapan di masa depan yang kau
> perhitungkan dengan logika yang ditanamkan oleh pihak
> Hautesurveilance dan Pabrik_T (Nurudin Asyhadie)
> dengan penjelasan penjelasan ideal tentang bentuk care
> yang `seharusnya'.
> Vincent sebenarnya tidak tahu apa-apa mengenai
Hautesurveilance dan Pabrik T (Nurudin Asyhadie), namun karena tidak
punya alasan untuk kekecewaan akibat putusnya hubungan Vincent
dengan Isti, maka dijadikanlah Hautesurveilance dan Pabrik T
(Nurudin Asyhadie) sebagai alasan.
>
> Sekaligus untuk menutupi tanggungjawab dari Vincent sendiri
terhadap apa yang membuat Isti meninggalkannya.
> Pada kenyataannya Vincent Liong tidak mampu
menjawab semua pertanyaan kritis dari Hautesurveilance, Pabrik T,
dan sejumlah member psikologi transformatif, berkenaan dengan
kompatiologi.
>
> Dalam hal ini Kompatiologi bukan hanya sudah takluk, namun
terkapar di arena milis Psikologi Transformatif
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Yang sejak awal dimulainya
proses brainwashing tsb
> kira-kira tiga bulan lalu via chatting gara-gara
> mereka merasa tidak ada jalan lain menaklukan
> kompatiologi selain dengan memanfaatkan kelemahanku
> yaitu ikatan cintaku dengan kamu, dan karena kamu
> memang punya kelemahan yaitu traumamu tentang mantan
> suamimu itu.
> Jelas di sini Vincent Liong bukan hanya memutar-balik
fakta, tapi juga menunjukkan ketidakmampuannya bertanggungjawab.
> Karena tidak terbiasa membuat konklusi dengan
logika, melainkan dengan menebak-nebak, maka Vincent Liong sering
berhalusinasi dan mengkhayal. Celakanya, khayalannya itu
dianggapnya kenyataan.
>
> Khayalan-khayalan Vincent Liong yang bisa ditemui di milis
Psikologi Transformatif ini antara lain bertema:
> - Pahlawan Kesiangan: yang merasa dengan kompatiologinya
mampu membuat orang-orang memiliki kemampuan seperti yang sering
dianggap orang ada pada anak indigo.
> - Khayalan bahwa dirinya adalah penguasa yang bisa petentang-
petenteng membuat orang lain takut padanya, seperti pernah dia
tunjukkan secara tidak bertanggungjawab ketika memberi surat
peringatan pada Hudoyo Hupudio, Manneke dan Pabrik T.
>
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Lalu apakah yang aku lakukan
Cornelia Istiani? Aku
> akan menunggumu, mau berapa lama kamu memainkan
> skenario pemikiran logika kepahlawanan yang ditanamkan
> oleh pihak Hautesurveilance dan `Pabrik_T' (Nurudin
> Asyhadie) kepada kamu demi impian mencapai masa depan
> yang baik menurut versi ajaran tsb. Aku akan
> mengingatkan via sms bahwa aku masih mencintaimu hari
> demi hari, hingga kamu sadar bahwa cinta itu tulus
> ikhlas dan pasrah.
>
> Cinta itu bukanlah ketakutan yang membuat kita harus
> menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko
> di masa depan dengan alat ukur yaitu sudutpandang,
> keyakinan, dogma yang ditanamkan kepada kita oleh yang
> berkepentingan.
> Di sini jelas Vincent memiliki masalah bukan hanya
berkaitan dengan logika, tetapi juga dengan khayalannya yang
dikira realita.
>
> Ketika khayalannya tidak ditemukan di realita, maka marahlah
dia pada realita itu. Kemarahan yang dibungkus kata-kata manis
seperti: Care, Cinta, dsb.
> Salah satu bakat yang menonjol dalam diri Vincent
Liong adalah menjadi pengemis.
>
> Itu bisa dilihat pada bagaimana dulu dia mengemis-ngemis
minta rekomendasi agar dirinya bisa kuliah di psikologi.
>
> Namun, ngemisnya ini seringkali dibungkus sehingga orang yang
tidak jeli tidak akan menyadari bahwa Vincent adalah pengemis
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Kamu akan melepaskan seluruh
ketakutan itu, datang
> kepadaku dengan tulus ikhlas pasrah seperti Istiani
> yang dulu, yang lugu dan pintar-pintar-bodo, kamu
> tidak akan mentanyakan lagi kepadaku apakah aku akan
> meninggalkan kamu, apakah aku akan membohongi kamu,
> tulus, ikhlas, pasrah Istiani. Aku juga tidak bertanya
> bagaimana kamu menghianatiku dengan menjadi kerbau
> dicucuk hidung oleh pihak yang berniat menjatuhkan
> aku. Lalu kita jalani hidup kita sebagai pasangan
> bersama-sama.
> Sebenarnya di sini Vincent sedang mengemis cinta agar
Istiani kembali padanya, namun karena gaya ngemisnya ini perlu
dibungkus arogansi agar dirinya tidak ketahuan ngemis, maka
dibuatlah kata-kata kasar yang merendahkan Istiani.
> Vincent adalah orang yang takut akan masa depannya.
>
> Terbukti:
> 1. Sebelum masuk dan mengikuti ujian masuk Matematika di
Atmajaya dia sudah ketakutan dan ngemis rekomendasi
>
> 2. Sejak DO dari Atmajaya, sebenarnya Vincent Liong punya
ketakutan besar tidak bisa cari uang sendiri. Seperti sering
ditanyakan langsung oleh Vincent pada saya dan sejumlah kompatiolog.
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Ketika seorang pelaku pembajakan
pesawat dengan tujuan
> jihat ditanya oleh korbannya tentang; Mengapa mereka
> menyertakan para korban yang tidak bersalah untuk
> turut mati bersama mereka? Maka para sukarelawan jihat
> tentu menjawab; "Tenang saudaraku, kita akan mati
> sebagai martir dan (di masa depan kita bersama)
> diterima di surga di sisi allah."
>
> Apakah mereka mencintai semua orang? Ya.
> Apakah mereka rela berkorban? Ya.
> Semua itu baik, tetapi sayangnya:
> Mereka takut pada ketidakpastian masa depan…
> Mereka tidak tulus, ikhlas dan pasrah.
> Ini salah satu bukti Vincent Liong suka mengkhayal,
Kapan ada dialog antara teroris dan sandera seperti itu? Apa Imam
Samudra, Amrozy dll itu pernah punya alasan seperti diungkapkan
Vincent?
>
> Inilah BUKTI bahwa Vincent suka mengkhayal dan menganggap
yang dikhayalkannya adalah realita.
>
>
> Relasi Vincent-Cornelia sudah bermasalah sejak
April 2007. Jauh sebelum Hautesurveilance masuk ke milis Psikologi
Transformatif.
>
> Kompatiologi jelas sudah jatuh. Dan karena pengecut maka
mereka pada ngacir dari milis Psikologi Transformatif.
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Kepada Hautesurveilance yang
setahu saya selain
> belajar ilmu pikiran, juga belajar tenaga dalam dan
> ilmu-ilmu energi dan metafisika yang beraliran agak
> kanuragan yang masih mementingkan untuk merasa menang
> dengan menjatuhkan pihak lain, lalu memanfaatkan
> segala kemampuannya dengan melibatkan team
> paranormalnya untuk pamer kemampuan.
>
> Seperti bagaimana telah berusaha menjatuhkan Vincent
> Liong dengan memperalat Cornelia Istiani, kemenangan
> anda adalah semu karena anda berhasil merusak
> rumahtangga orang tetapi anda tidak berhasil
> menjatuhkan kompatiologi. Anda berusaha merusak
> rumahtangga orang karena rasa tidak puas anda gagal
> menjatuhkan kompatiologi, ketidakrelaan anda mengakui
> keberadaan kompatiologi yang dalam hati kecil anda
> sudah anda akui.
> Vincent sebenarnya tidak tahu sedikitpun mengenai
hautesurveilance, selain nama "Widhi".
>
> Namun di sini kembali Vincent sok tahu dengan keberadaan
Hautesurveilance.
>
> Juga merupakan pelemparan kesalahan dari Vincent Liong
sehubungan dengan relasi Vincent-Cornelia.
> Vincent adalah orang yang mau menang sendiri,
terlihat dari caranya berdebat di milis. Maupun dari apa yang saya
lihat sendiri di kehidupan sehari-hari, termasuk di keluarganya,
termasuk terhadap orang tuanya sendiri
>
> Vincent adalah orang
>
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Saya bukanlah seorang yang
seenaknya sendiri, ingin
> menangnya sendiri seperti yang anda sugestikan kepada
> diri anda, untuk menyemangati perjuangan anda berusaha
> menghancurkan rumahtangga saya. Ada tanggungjawab yang
> harus saya pikul karena ada orang-orang di sekitar
> saya.
> Barangkali sahabat dan kakaknya Vincent Liong,
yaitu "Mr. Chader" yang pernah menulis secara bijak: "Teman yg baik,
bersedia memegangkan cermin untuk sahabatnya." Perlu dipanggil
untuk memegangkan cermin buat Vincent Liong
> Vincent kalah, lalu membusukkan orang yang
mengalahkannya
> DIPROYEKSIKAN MENJADI: Bagi teman-teman harap berhati-
hati dengan kelompok
> "Nurudin Asyhadie" seniman yang suka mempermainkan
> rumahtangga orang lain demi berolahraga pikiran...
>
>
> Selain bentuk-bentuk proyeksi yang ada pada esei "Perhitungan
Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-Pasrah", ternyata
Vincent Liong masih belum puas membusukkan Cornelia Istiani,
sehingga menulis esei kedua yang sangat fiktif, berjudul: Now -1[2].
Esei itu ditulis pada hari Senin 6 Agustus 2007 dan kembali
diposting ke milis Psikologi Transformatif (juga ke milis R-Mania,
Vincent Liong dan Komunikasi Empati).
>
> Esei berujudl `Now-1' ini kembali dibuka dengan kalimat: "Buat
Cornelia Istiani yang kucintai…" namun sama dengan esei
berjudul "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-
Pasrah", isinya Cuma pembusukan pada Cornelia Istiani.
>
> Kali ini Vincent Liong memamerkan kemampuan berkhayalnya dengan
menarasikan apa yang disebutnya sebagai `kehidupan sebelumnya'.
Berikut narasinya:
> Now –1
> Satu kehidupan sebelum yang sekarang.
>
> Kamu tampak seperti yang sekarang hanya rambutmu lebih
> panjang dan dikuncir. Ras monggolid seperti cerita
> cina yang dimana orangnya hidup dalam tenda-tenda ciri
> khas bangsa gurun atau padang rumput yang hidup
> berpindah-pindah. Saat itu aku jauh lebih tua dari
> kamu, kamu sebagai anak perempuan yang berbakti, dan
> aku sebagai ayah yang kamu cintai sampai seperti suami
> sendiri. Suatu hari aku pergi sendirian ke tempat yang
> jauh lalu karena sakit aku mati dan tidak bisa kembali
> lagi tanpa memberi kabar apa-apa.
>
> Narasi fiktif ini jelas dibuat (dan diyakini) Vincent Liong
benar-benar terjadi. Kenapa narasi ini dibuat? Udang di balik
rempeyeknya kelihatan pada lanjutan narasinya:
> Kamu menunggu
> kepulanganku hingga tua dengan setia dan tetap tidak
> mendapat jawaban bagaimana nasibku hingga kau mati
> juga.
> ......
> Kalau bicara karma, Hautesurveilance (Widhi) itu ada
> dalam 'kehidupan ini' (Now –1) sebagai orang yang
> pernah aku kenal meski tidak terlalu dekat, yang
> kebetulan singgah dalam perjalanannya, yang berusaha
> mendekatimu dan menolongmu ketika aku pergi dan tidak
> pernah kembali tsb. kau tetap bersikeras untuk
> menunggu sehingga Hautesurveilance sebal padaku,
> menganggapku mentelantarkanmu karena kalian sama-sama
> tidak tahu bahwa aku mati di negeri orang tanpa ada
> yang mengetahui dan menemani. Sesuatu yang terjadi di
> luar kuasaku, mati.
>
> Nah, dalam lanjutan narasi itu, jelas ada pelemparan tanggung
jawab yang bukan hanya fiktif, tapi juga pengecut. Mengarang-ngarang
cerita untuk menyembunyikan ketakmampuan diri bertanggung jawab.
>
> Tapi barangkali kita bisa membongkar lebih jauh kepengecutan
dari Vincent Liong. Coba perhatikan apa yang pernah ditulis Vincent
pada esei "Perhitungan Logika Untung-Rugi dan Perasaan yang Ikhlas-
Pasrah"
>
> Cinta itu bukanlah ketakutan yang membuat kita harus
> menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko
> di masa depan dengan alat ukur yaitu sudutpandang,
> keyakinan, dogma yang ditanamkan kepada kita oleh yang
> berkepentingan.
>
> Tentu logika yang sama bisa juga ditujukan pada narasi Vincent
tentang masa lalu (fiktif). Apakah jika Vincent mengatakan bahwa:
Cinta itu bukanlah ketakutan yang membuat kita harus menghayal,
berpikir, berhitung tentang resiko-resiko di masa depan, apakah
lantas bisa dibenarkan jika Cinta itu adalah ketakutan yang membuat
kita harus menghayal, berpikir, berhitung tentang resiko-resiko di
masa LALU?.
>
> Ketika Vincent mengkritik orang yang melarikan diri dari
kekinian dengan melarikan pada khayalan di masa depan, ternyata
Vincent melakukan pelarian sama menuju masa lalu. Vincent TIDAK
MAMPU BERTANGGUNG JAWAB ATAS MASA KINI DAN LARI DENGAN MENGKHAYAL,
BERPIKIR, BERHITUNG RESIKO DI MASA LALU!
>
> Ini menunjukkan bahwa sosok bernama Vincent Liong ini:
> 1. Cacat pikiran. Tidak mampu berpikir logis.
> 2. Cacar moral. Tidak mampu bertanggungjawab secara moral
>
> Khayalan Vincent Liong masih dilanjutkan dengan menarasikan Now-
2 atau kehidupan yang terjadi dua kehidupan sebelumnya. Mari kita
lihat dan kita buktikan bahwa Vincent mengalami cacat pikiran dan
moral. Simak narasi berikut:
> Now –2
> Dua kehidupan sebelum yang sekarang.
>
> Kamu dan aku menikah sebagai suami isteri di umur yang
> tidak berbeda. Kita tinggal dan bekerja serumah
> sebagai peneliti atau semacam itu yang berhubungan
> dengan pengembangan ilmupengetahuan. Kita tinggal di
> benua eropa, kita juga punya rumah bergaya eropa.
> Tidak banyak masalah yang membuat karma baru di
> kehidupan yang ini. Kita bertemu sebagai orang
> seprofesi, menikah punya anak seperti keluarga biasa,
> tua dan mati. Dalam kehidupan ini keintiman tercipta
> karena memang kita tinggal dan bekerja banyak di dalam
> rumah berdua saja tanpa ada intervensi pihak lain.
>
> Now –3, -4, -5, ... tidak jauh berbeda dengan Now –2.
>
> Hal pertama yang perlu dipertanyakan adalah: Bagaimana kehidupan
dengan setting mongoloid kuno yang nomaden bisa terletak satu
kehidupan sebelum kehidupan sekarang sementara kehidupan bergaya
Eropa modern justru terletak di dua kehidupan, tiga kehidupan, empat
kehidupan sebelum sekarang????
>
> Nah, kita bukan hanya mendapatkan buki bahwa fiksi ini sebagai
fiksi sudah cacat setting, namun konfirmasi bahwa Vincent cacat
pikiran dan moral juga bisa kita dapatkan. Jelas cerita itu Cuma
dikarang untuk menyembunyikan apa yang mesti dipertanggungjawabkan
oleh Vincent di masa sekarang.
>
> Bentuk ketidakmampuan bertanggungjawab itu yang makin bisa
dilihat pada analisa Vincent Liong (yang semakin menunjukkan bahwa
Vincent cacat pikiran):
> ......
> Maafkan aku Cornelia Istiani karena dulu aku
> meninggalkanmu, aku akan berusaha menebus kesalahanku
> dengan berusaha melepas fear-mu yang begitu banyak
> satu demi satu hingga akhirnya di dalam bungkus kado
> yang kesekian aku menemukan kamu. Meninggalkanmu saat
> itu bukanlah kuasaku, tetapi alam yang mengambilku
> dari hidup ini tanpa sempat mengucapkan salam
> perpisahan denganmu.
>
> Jelas di atas Vincent meminta pemaafan untuk sesuatu yang fiktif
dan bukan atas apa yang senyatanya dilakukan. Itupun, permintaan
maaf itu masih dibungkus arogansi seolah-olah Vincent melakukan
sesuatu yang menolong Istiani.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> [1] Link:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/28696
>
> [2]
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/28777
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel
today!
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

Your one stop

for beauty & fashion

tips and advice.

Fitness Zone

on Yahoo! Groups

Find Groups all

about healthy living.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar