Selasa, 30 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: Istri Memiliki Income Lebih Tinggi

oooooh gitu? jadi cuma diasah ajah? gak pernah dipake motong? ha
hahahahhahaha [hendriiiiik, kemana aja kau? pulang kampung gak balik
lagi?]

salam,
goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "leonardo_rimba"
<leonardo_rimba@...> wrote:
>
> I just wanted to comment kalo saya GAK BISA ngasih solution kayak
Mas
> Goen. Sabar pisan, euy... Bener2 fatherly, kebapakan, uhhh pakde
> pakde,... bojoku kok slengehan wae, piye ???
>
> Dan itu very soothing, memang menyejukkan. Bacanya juga enak. Ehem,
> ulasan, ulasan,... bisa ditaruh di REVIEW tentang ulasan dari aku.
> Hmmm, ulasan tentang sapuan "energi" yang memancar dari Mas Goen.
Kalo
> tentang isinya no comment lah, aku kan belum peynah menikah. Gondal
> gandule beyom peynah dipake. Macih oyisiniy. Hmmm hmmm hmmm...
>
> Wis, gitu aja.
>
> Leo
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "goenardjoadi"
> <goenardjoadi@> wrote:
> >
> >
> >
> > Kami adalah suami istri yang keduanya bekerja untuk membiaya
hidup.
> > Kebetulan istri saya memiliki pendapatan yang lebih besar dari
saya
> > yang notabenenya adalah suaminya. Namun belakangan ini, kalau
saya
> > lihat dan rasa, istri saya sedikit sombong. Karena merasa bisa
> > bekerja dan mendapat penghasilan sendiri, dia sudah tidak begitu
> > menghiraukan hubungan suami istri dan perkawinan kita.
> >
> >
> >
> > Setiap kali bertengkar atau ada masalah, dia tidak segan-segan
untuk
> > minta berpisah. Dia menjadi tidak takut untuk berpisah, tidak
> > seperti istri-istri lain yang sehari-harinya hanya sebagai ibu
rumah
> > tangga dan mendapat kehidupan dari suaminya yang bekerja.
> >
> >
> >
> > Yang saya mau tanyakan, apakah kondisi wanita sekarang ini sudah
> > seperti itu. Apakah itu semua karena uang? Kalau memang begitu,
> > pantas saja banyak perceraian terjadi. Apa yang harus saya
lakukan,
> > apakah saya harus mencari pendapatan lain agar pendapatan saya
lebih
> > tinggi darinya? Apakah uang sudah mengalahkan segalanya,
termasuk
> > jalinan perkawinan? Mohon penjelasannya.
> >
> >
> >
> > Terima kasih
> >
> >
> >
> > JAWAB: Halo Bapak X, saya coba menggunakan nama samaran, supaya
> > identitas anda dapat terjamin. Disini ada 3 persoalan yang
Bapak
> > tanyakan,
> >
> > Pertanyaan pertama, apakah salah Ibu X memiliki penghasilan
lebih
> > daripada suami? Jawabannya tentu tidak salah, pak. Namun perlu
> > ditanyakan kembali, mengapa Ibu X kok berusaha ngotot mencari
> > tambahan? Apakah Bapak pernah mengecek, berapa belanja bulanan,
> > apakah sesuai dengan Nafkah yang Bapak sediakan? Berapa uang
masuk
> > sekolah anak-anak, uang gedung, uang buku, uang bangku, uang
pagar,
> > uang siluman? Pernahkah Bapak berapa bulan PLN sudah
menunggak?
> > Pernahkan Bapak menghitung mengapa genteng masih tetap bocor,
> > mengapa masih saja air banjir masuk rumah? Pernahkah Bapak
> > menghitung berapa harga susu Balita? Bagaimana rasanya kalau
tangal
> > belum habis sedangkan Nafkah sudah habis? Pernahkah Bapak
merasakan
> > pengorbanan Ibu, sudah harus menuruti kesombongan laki-laki,
> > sekaligus harus menyediakan roti tawar setiap hari, sedangkan
Nafkah
> > dari Bapak tidak cukup?
> >
> > Pertanyaan Bapak kedua, Mengapa istri menjadi sombong, tidak mau
> > melayani sex suami, bahkan menuntut cerai? Begini Pak, cobalah
> > bapak menghadapi tagihan dari Sumber Kredit, tagihan dari
Citibank,
> > tagihan dari PLN, dan malam-malam Bapak coba mengepel lantai
bocor,
> > lalu Bapak membayangkan bagaimana caranya bisa memiliki gairah
sex
> > di saat pinggang sudah sakit, saat kepala puyeng, saat anak-anak
> > menangis merengek sepatu, bagaimana kalau ditukar, Bapak yang
> > mengurusi tagihan dari Sumber Kredit, tagihan dari Citibank,
tagihan
> > dari PLN, dan malam-malam Bapak coba mengepel lantai bocor,
supaya
> > Bapak bisa menjaga perasaan Ibu, dan stamina Ibu supaya Ibu bisa
> > sedikit bahagia, dan bergairah?
> >
> > Pertanyaan ketiga, apakah harus bercerai? Begini lho pak. Apa
> > tujuan perkawinan? Mengapa Perkawinan diikat secara Ilahi?
Mengapa
> > kok tidak cukup seijin Mertua saja? Begini Pak, perkawinan itu
> > diikat secara Ilahi, karena menghasilkan makhluk hidup baru,
> > menghasilkan manusia baru, dan sebaiknya orang tua
mempertanggung-
> > jawabkan para makhluk hidup ini, atau bila tidak, maka berurusan
> > dengan Tuhan.
> >
> > Karena Tuhan telah sibuk mengurusi pada anak yatim, anak
terlantar,
> > anak gelandangan, anak yang terbuang, dan Tuhan sungguh sibuk
> > mengurusi teriakan minta tolong orang-orang yang sungguh
kesulitan,
> > tidak punya uang, tidak punya rejeki, teriakan istri yang
suaminya
> > selingkuh, teriakan istri yang suaminya ringan tangan, suka
memukul.
> >
> > Lalu anda sekarang masih mau merepotkan Tuhan? Dengan rengekan
> > anda, hanya karena Istri anda membantu mencari Nafkah? Lalu
anda
> > ingin menceraikan Istri anda yang sudah setengah nafas
berkejaran
> > dengan tagihan-tagihan PAM, PLN, Citibank?
> >
> > Lalu anda masih merengek kepada Tuhan mau mengorbankan masa
depan
> > anak-anak anda, hanya karena anda tidak mampu membuat kedamaian
di
> > perasaan istri anda?
> >
> > Setiap Relationship, selalu mengalami tahap-tahap sbb:
> >
> > 1. Pendekatan,
> > 2. Komitmen
> > 3. Bulan madu
> > 4. Independent
> > 5. Miserable
> > 6. Interdependent
> >
> > Pada tahap Pendekatan, amsing-masing pihak mengalami euphoria,
> > masing-masing berhidung mekar, merasa bahwa inilah pasangan
hidupku
> > selamanya. Pada masa Komitmen maka masing-masing merasa
beruntung,
> > sudah bisa menemukan jodohnya sehidup semati. Masa Bulan madu
> > adalah masa paling indah, lalu diikuti oleh perasaan
Independent.
> >
> > Kalau begini saya juga masih harus cari nafkah juga, maka lebih
baik
> > aku gak kawin, lebih baik aku kawin sama Bobby, atau Tukul,
mengapa
> > kok Istri tetangga lebih cantik? Maka timbullah pikiran bahwa
tanpa
> > pasanganpun kita bisa jalan sendiri.
> >
> > Pada masa Miserable, penderitaan ini berlanjut, dan kadung sudah
> > menikah, sudah memiliki anak, lengkaplah penderitaan.
Penderitaan
> > ini bisa berlangsung sampai 30 tahun. Hingga tiba saatnya,
masing-
> > masing menyadari bahwa pasangannya tidak sejelak, tidak seburuk
> > kedaaan orang lain, tidak kriminal, tidak judi, tidak mabok-
mabokan,
> > maka keduanya mulai saling menghargai. SALING MENGARGAI.
Itulah
> > tujuan akhir dari relationship, bukan kenikmatan, atau perasaan
> > bahagia, bukan. Saling menghormati, saling menjaga, saling
> > menghargai, saling memuji, saling bersyukur, bahwa pasangannya
> > sungguh berharga, sungguh berjasa menemani kehidupan yang penuh
> > rintangan ini.
> >
> > salam,
> > Goenardjoadi
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

Dog Groups

on Yahoo! Groups

discuss everything

related to dogs.

Yahoo! Groups

Women of Curves

Discuss food, fitness

and weight loss.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar