Jumat, 19 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: Pemetaan (Range and Scale),,RALAT

RALAT:
SEBERAPA MAMPU PARA PENDEKON MENERIMA "INFORMASI SEMIOTIK" DAN
BAGAIMANA MENGUJI BAHWA "INFORMASI YANG DITERIMA BENAR", BUKAN
PROYEKSI DARI PENDEKON?

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "pabrik_t"
<pabrik_t@...> wrote:
>
> SEBERAPA MAMPU PARA TERDEKON MENERIMA "INFORMASI SEMIOTIK" DAN
> BAGAIMANA MENGUJI BAHWA "INFORMASI YANG DITERIMA BENAR", BUKAN
> PROYEKSI DARI PENDEKON?
>
> Ini sebagai bahan renungan dan perbaikan kompatiologi:
>
> hoeget wijaya: pas aku ke jakarta
> hoeget wijaya: ikutan dekon
> hoeget wijaya: malamnya diare berat saya
> hoeget wijaya: lha wong teh model2 di suruh minum
> hoeget wijaya: ngga iso makan enak krn mencret sampe besoknya
> hoeget wijaya: hahahhahahha
> hoeget wijaya: iyo
> hoeget wijaya: buat saya ngga masuk akal iku
> hoeget wijaya: mosok teh di campur
> hoeget wijaya: trus feeling pengen rasa apa
> hoeget wijaya: situasi apa
> hoeget wijaya: ada yg lebih penting lagi pak
> hoeget wijaya: pas saya dekon kan dg salah ayah boss saya
> hoeget wijaya: you know what
> hoeget wijaya: without medical check first
> hoeget wijaya: even just asking
> hoeget wijaya: padahal sang ayah punya diabetes
> hoeget wijaya: pas minum bermacam macam teh
> hoeget wijaya: mata nya langsung merah dan mengantung
> hoeget wijaya: saya langsung sms ke boss saya
> hoeget wijaya: ngantung pak
> hoeget wijaya: spt bengkak
> hoeget wijaya: dan merah
> hoeget wijaya: saya sendiri edan edanan pas dekok iku
> hoeget wijaya: tak campur yg asem dan manis
> hoeget wijaya: krn iseng saja
> hoeget wijaya: cuman pas melihat ayah nya boss aku spt itu
> hoeget wijaya: panik juga saya
> hoeget wijaya: lha klo setelah dekon trus bablas
> hoeget wijaya: ?
> hoeget wijaya: krn gula nya tdk terkontrol
>
> pabrik_t
> "aku yang mengaku-aku"
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Vincent Liong
> <vincentliong@> wrote:
> >
> > Note: forwarded message attached.
> >
> >
> > Send instant messages to your online friends
> http://au.messenger.yahoo.com
> > >
> > >
> > > Pemetaan (Range and Scale)
> > >
> > > Pada Sistem Pengobatan Komplementer
> > >
> > >
> > >
> > > Istilah Pengobatan Komplementer diperkenalkan oleh biarawan Bruder
> > > Yanuar Husada, SS.CC. (d/h Jan Heuts) seorang herbalis, tepatnya
> > > "complementary healer" yang memakai media obat-obatan herbal
> khususnya
> > > dedaunan (folium). Pada tanggal 9 September 2007 beliau
merayakan 50
> > > tahun hidup membiara. Sekaligus dirayakan 25 tahun pengobatan
> > > komplementer dan 5 tahun terakhir dalam naungan suatu lembaga yaitu
> > > Yayasan Yanuar Husada.
> > >
> > >
> > >
> > > Komplementer maksudnya bersifat melengkapi. Dengan demikian ia
tidak
> > > memposisikan metode pengobatannya sebagai sisi lawan daripada
sistem
> > > pengobatan Barat. Namun demikian tetap saja sifat pengobatannya
ialah
> > > holistik (menyeluruh) dan subyektif. Holistik : dalam arti hal
itu
> > > tidak hanya berkaitan dengan matra fisik pasien, tetapi juga matra
> > > psikis dan spiritualnya. Subyektif : merujuk pada makna bahwa
> > > pengobatan itu disesuaikan dengan kebutuhan nyata subyek tersebut
> pada
> > > waktu tertentu dan bukan berlaku untuk semua pasien pada sembarang
> > > waktu lainnya.
> > >
> > > Subyektif : juga berarti pengobatan itu mulai dari infomasi
semiotik
> > > yang disampaikan oleh fisik pasien itu sendiri tentang kekurangan
> atau
> > > disfungsi yang dialaminya. Karena berangkat dari informasi semiotik
> > > dari tubuh pasien itu sendiri maka dari seorang penyembuh
> komplementer
> > > seperti bruder Yan mutlak dibutuhkan suatu kepekaan intuisi yang
> mampu
> > > menerima, membaca, serta menafsirkan informasi semiotik tersebut.
> > >
> > >
> > >
> > > Saat seorang pasien datang dengan keluhan simtomatis tertentu maka
> > > penyembuh segera mencoba menangkap sinyal-sinyal dari tubuhnya yang
> > > memberikan informasi semiotik tertentu. Dari kisah bapak Andri
> > > Kristian pernah datang kepada bruder Yan datang satu keluarga
dengan
> > > anak bayi yang sakit-sakitan terus dan tidak bisa tidur tenang.
> Kepada
> > > orang tua bayi tersebut alih-alih diberi resep ternyata hanya satu
> > > kalimat pada kertas resep yang berbunyi: "Terlalu banyak warna
merah
> > > di sekitar tempat tidur ." 1)
> > >
> > > Dengan mengubah tata warna di kamar bayi tersebut maka "penyakit"
> aneh
> > > itupun sembuh. Mana mungkin pada pengobatan medis hal seperti itu
> > > dapat terjadi. Kepada bayi tersebut mungkin malah akan diberikan
obat
> > > penenang supaya ia dapat tidur. Jika terjadi demikian, maka kepada
> > > bayi tersebut telah diberikan "racun" yang sebenarnya sama sekali
> > > tidak dibutuhkan oleh tubuh si bayi.
> > >
> > >
> > >
> > > Teori dasar yang dianut oleh penyembuh komplementer ini ialah bahwa
> > > "... semua yang ada, yang hidup dan berkembang mengeluarkan
getaran".
> > > 2) Getaran ini dapat dideteksi oleh mereka yang memiliki kepekaan
> khusus.
> > >
> > > Menurut fisika kuantum tentu penjelasan ini tidak keliru. Setiap
> benda
> > > apapun memiliki sel dan inti sel sub-atomik. Di dalam inti sel itu
> > > terdapat getaran dan bukan massa (disebut sebagai non-mass
neutrino)
> > > 3). Getaran tersebut dikatakan "memiliki kecerdasan" yang lebih
> > > tepatnya disebut sebagai "membawa suatu informasi" tertentu.
> Informasi
> > > yang dibawa tersebut bersifat semiotik dan hanya dapat ditangkap
dan
> > > dimengerti maknanya oleh mereka yang memiliki kepekaan khusus.
Memang
> > > ada yang mampu "merasakan getaran" tersebut namun tidak "mampu
> > > memahami" makna semiotikanya. Namun, biasanya mereka yang mampu
> > > merasakan getaran tersebut "dapat dibimbing" untuk mampu
menafsirkan
> > > makna semiotikanya. Juga karena untuk keperluan itu tidak
diperlukan
> > > pertama-tama "kecerdasan rasional" (otak kiri) melainkan jenis
> > > kecerdasan yang lain yaitu "kecerdasan intuitif" (otak kanan) yang
> > > sifatnya lebih reseptif; daripada aktif mencari solusi sintesis
dari
> > > pertarungan data tesis dan antitesis. Itulah sebabnya mengapa para
> > > shaman 4) sudah sejak dari zaman dahulu kala mampu memahami makna
> > > semiotik seperti itu walaupun perkembangan kecerdasan rasional sama
> > > sekali masih belum memadai.
> > >
> > > Ketrampilan ini disebut "radiestesi" yang berasal dari dua kata.
> > > Yaitu, radio yanga artinya "sinar" (rays) atau "getaran" dan
> "estesia"
> > > artinya "merasakan". Seorang "radiesteet" mampu menerima dan
> merasakan
> > > getaran yang dipancarkan oleh suatu benda atau makhluk hidup.
> > >
> > >
> > >
> > > Dalam rangka penyembuhan maka kemampuan untuk mendeteksi disfungsi
> > > atau defisiensi pada organ merupakan syarat mutlak. Seorang dokter
> > > memiliki alat stethoscope untuk "mendengar" detak jantung, udara di
> > > paru-paru atau udara di lambung. "Mendengar" mulainya detak jantung
> > > pada saat jantung menguncup (sistolik) dan hilangnya detak jantung
> > > pada saat jantung mengendur (diastolik). Dari situ dokter
menentukan
> > > kondisi seseorang pada skala detak jantung seseorang antara range
> > > angka tertinggi dan angka terendah (umpamanya dari 220 maksimal
> sampai
> > > 50 minimal). Misalnya seorang pasien berada pada skala 150 -- 100
> yang
> > > artinya ia mengidap penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
> > > Seorang penyembuh komplementer yang handal tanpa alat stethoscope
> > > langsung dapat membaca informasi semiotika yang disampaikan oleh
> tubuh
> > > pasien dan mengatakan detak jantungnya antara 150 -- 110 dan karena
> > > itu ia terkena hipertensi. Pada zaman dahulu mana mungkin seorang
> > > shaman mempunyai alat yang namanya stethoscope? Tentu saja tidak.
> > > Namun ia mampu pula mengamati "aura" merah muka pasiennya,
> menonjolnya
> > > nadi di pelipis dsb. Maka iapun mungkin akan memberikan daun "kumis
> > > kucing" yang bersifat diuretik (bersifat melancarkan kencing)
kepada
> > > pasiennya sehingga tekanan darahnya menurun. Dari mana datangnya
> > > "kearifan lokal" (local genius) seperti itu? Tentunya dari
kemampuan
> > > membaca informasi semiotika baik dari tubuh pasien itu sendiri
maupun
> > > dari daun obat. Kemudian dibaca juga kesesuaian/ keserasian tubuh
> > > pasien dengan jenis ramuan tertentu. Tidak selamanya keduanya
> > > kompatibel. Ada jenis obat yang sama-sama mempunyai unsur
terapeutik
> > > yang sejalan namun belum tentu tepat untuk pasien tertentu.
Dalam hal
> > > ini ternyata para dokterpun melakukan terapi secara "trial and
> > > error". Bila pasien tidak cocok dengan jenis preparat tertentu
maka
> > > pada kunjungan berikutnya obatnya diganti. Sayangnya juga tanpa
> > > kepastian akan kesesuaian antara obat pengganti tersebut dengan
> pasien
> > > yang bersangkutan. Pihak pabrikan di Indonesia belum ada -- setahu
> > > penulis -- yang pernah melakukan "absorbability test" preparat yang
> > > dikeluarkan pabriknya. Belum tentu obat-obat yang diketemukan di
> > > negara Barat pasti sesuai untuk digunakan untuk pasien orang
lokal di
> > > sini karena perbedaan lingkungan, keunikan etnik, iklim dsb. Selain
> > > itu pabrikan lokal juga tidak pernah melakukan "post marketing
test"
> > > yaitu dengan mengambil sampel secara random di sembarang Apotik
atau
> > > Toko Obat yang menjual produknya dan kemudian menguji ulang khasiat
> > > obat tersebut. Kebanyakan pabrik hanya merasa perlu menyesuaikan
cara
> > > produksi obatnya sesuai ketentuan DepKes (CPOB). Di luar itu segala
> > > test lainnya dianggap sebagai pemborosan uang saja. Jarang ada yang
> > > peduli apakah obatnya memang dapat diserap atau tidak oleh para
> > > pemakai obat mereka. Pabrik obat adalah instusi komersial.
> > >
> > >
> > >
> > > Cara menentukan bagian tubuh mana yang membutuhkan perhatian
> dilakukan
> > > dengan menentukan range organ-organ tubuh manusia dengan skala 1
> > > sampai 10, umpamanya. Dalam range itu skala 1 ialah sistem
peredaran
> > > darah, 2 sistem pernapasan, 3 sistem syaraf, 4 sistem pencernaan
dan
> > > ekskresi, 6 sistem reproduksi, 7 sistem filtrasi, 8 sistem
hormon, 9
> > > sistem otot, kulit dan tulang, 10 sistem lain-lainnya. Skala ini
> > > ditentukan berbeda-beda (artinya tidak harus sama) antara seorang
> > > penyembuh dengan lainnya.
> > >
> > > Sebelum memasuki sistem range dan skala ini terlebih dulu
ditentukan
> > > apakah tubuh mendapat gangguan skala 1 sifatnya internal atau
skala 2
> > > yaitu eksternal. Gangguan seperti "terlalu banyak warna merah" di
> atas
> > > sifatnya termasuk skala 2. Sehingga tubuh tidak memerlukan
pengobatan
> > > apapun kecuali "pengaturan kembali" atau harmonisasi warna (colour
> > > healing) di kamar bayi tersebut. Umpamanya dengan dominasi warna
biru
> > > muda yang sejuk sebagai pengganti warna merah. Namun tidak selalu
> > > harus demikian. Bagi anak-anak yang penakut dan tidak bisa tidur
> > > nyenyak karena takut hantu dan sebagainya, justru diperlukan
dominasi
> > > warna merah di sana.
> > >
> > > Setelah diketemukan sistem organ mana yang membutuhkan penanganan
> > > selanjutnya dibuat range yang baru. Misalnya dalam sistem
pernapasan
> > > ditentukan range dan skala tersendiri. Mulai dari skala 1 hidung, 2
> > > tenggorokan, 3 trachea dan bronchioli, 4 paru-paru kiri, 5
paru-paru
> > > kanan, dengan variasi 4a 4b, 5a 5b untuk paru-paru bagian atas dan
> > > bawah, dst. Pembuatan skala dapat diteruskan seperlunya misalnya
> > > apakah gangguan itu 1 sifatnya internal atau 2 sifatnya eksternal.
> > > Paru-paru luka infeksi (tuberculosis) berbeda dengan paru-paru
> > > kemasukan gas beracun, nikotin, terserang kanker, tumor atau jamur.
> > >
> > >
> > >
> > > Tahap selanjutnya ialah menentukan obat yang sesuai dengan
kebutuhan
> > > tubuh pasien tersebut. Misalnya untuk indikasi penyakit tertentu
> > > terdapat 10 variasi preparat. Maka dicari kesesuaian preparat mana
> > > dengan kebutuhan pasien pada saat itu. Kemudian ditentukan dosis
> > > pemakaiannya. Dibuat range antara 1 hari sampai 40 hari misalnya.
> > > Sehingga obat dapat disediakan untuk jangka waktu yang tepat dan
> tidak
> > > ada yang terbuang. Bahkan seorang penyembuh komplementer dapat
> > > "membaca" apakah pasien akan menghabiskan obatnya atau berhenti
> > > setengah jalan. Biasanya penyembuh menolak memberikan obat kepada
> > > pasien yang "dibaca" tidak akan menghabiskan obat sepanjang masa
> > > terapinya. Ia dinilai tidak sungguh-sungguh berniat utnuk sembuh.
> Juga
> > > ditentukan skala 1 untuk obat kering dalam kapsul atau bubuk, dan
> > > skala 2 untuk obat cair yang harus diseduh dengan air panas
(rebusan).
> > >
> > >
> > >
> > > Dalam pengobatan komplementer masalah "absorbability" obat sangat
> > > penting. Mereka yakin bahwa ada semacam "katup-katup" pada dinding
> > > usus manusia yang terbuka dan tertutup secara siklikal pada jam-jam
> > > tertentu. Maka beberapa obat diberikan selang beberapa saat sebelum
> > > makan atau sesudah makan, atau sebelum tidur. Maka mereka
membutuhkan
> > > informasi semiotik dari tubuh pasien yaitu pada jam-jam berapa
> > > tubuhnya akan mampu menyerap ramuan. Di luar jam-jam tersebut maka
> > > ramuan itu akan "menumpang lewat" saja dan keluar melalui sistem
> buang
> > > air besar atau kecil. Untuk itu ditentukan range 1 untuk siang
yaitu
> > > jam 6.00 pagi sampai jam 6.00 sore dan range 2 yaitu selewat jam
6.00
> > > sore sampai 12.00 malam.
> > >
> > > Dalam masing-masing range ditetapkan skala per jam atau
mendetail per
> > > menit. Misalnya 15 menit sebelum atau 15 menit sesudah makan.
> > >
> > > Dalam pengobatan medis hanya ditentukan bahwa obat harus diminum 1
> > > sampai 4 kali dalam sehari dan tidak ditentukan jamnya. Sebelum
atau
> > > sesudah makan tanpa disebutkan berapa menitnya. Mengapa? Karena
> mereka
> > > tidak mengenal sistem range dan skala seperti itu.
> > >
> > >
> > >
> > > Dalam sistem "dekon kompatiologi" penyembuhan komplementer sama
> sekali
> > > tidak membutuhkan obat sesungguhnya seperti obat paten atau obat
> jamu.
> > > Yang diperlukan hanyalah "perlambang" atau isyarat semiotik untuk
> > > menyeimbangan kembali defisiensi tertentu. Misalnya, pasien dengan
> > > gangguan maag dilambangkan dengan kelebihan "acid" atau rasa asam.
> > > Maka diberikan konternya yaitu perlambang rasa manis atau kalau mau
> > > ilmiah "lambang antasid" seperti "sedikit" cairan atau bubuk
> > > polisyloxan dsb. Partikel sub-atomik hanya memerlukan "informasi"
> > > (baru) atau "memori" (informasi lama) tentang obat tertentu. Ia
> > > sesungguhnya tidak membutuhkan obat dalam pengertian fisik yang
> > > mutlak. Oleh karena itu kerap kali cukup diberi dengan "air putih"
> > > yang dimasukkan afirmasi "memori" atau "informasi" yang dibutuhkan
> > > termasuk juga sugestinya.
> > >
> > >
> > >
> > > Dengan demikian maka ilmu kedokteran Barat tidak dapat disamakan
> > > dengan pengobatan alternatif manapun. Maka memang tepatlah
dikatakan
> > > bahwa pengobatan alternatif itu sifatnya komplementer. Saling
mengisi
> > > sifatnya. Apa yang dapat dilakukan oleh kedokteran medis misalnya
> > > memberi zat aktif, infusi dan injeksi tidak dapat dan tidak boleh
> > > dilakukan oleh pengobatan komplementer. Sebaliknya, apa yang dapat
> > > dilakukan oleh penyembuhan komplementer banyak yang tidak mampu
> > > dilakukan oleh ilmu medis Barat. Umpamanya kemampuan untuk membaca
> > > secara intuitif sinyal semiotik yang dipancarkan oleh tubuh pasien
> itu
> > > sendiri, terutama bila pasien tersebut tidak dapat atau kehilangan
> > > kemampuan berkomunikasi secara verbal. Misalnya, bagaimana
mendengar
> > > keluhan simtomatik dari seorang bayi, seorang bisu tuli, seorang
> > > setengah waras, seorang yang pingsan, seorang autis, seorang yang
> > > mengidap amnesia atau "dementia mentis", pikun dsb? Keduanya
> > > dibutuhkan tetapi tetap saja metode penyembuhan komplementer
sifatnya
> > > lebih klasik (sudah eksis sejak zaman purba) dan lebih terjangkau
> oleh
> > > rakyat kecil terutama di daerah terpencil.
> > >
> > >
> > >
> > > Jakarta, 18 Oktober 2007.
> > >
> > > Cum misericordia et compassione,
> > >
> > > Mang Iyus
> > >
> > > Rujukan:
> > >
> > > 1) "Tugasku Adalah Panggilanku", Buku Kenangan Perayaan 50 th hidup
> > > membiara, edisi khusus, hlm. 101,102.
> > >
> > > 2) ibid. hlm.37.
> > >
> > > 3) Nigel Hawkes, Neutrino Discovery Could Solve Massive
Cosmological
> > > Riddle, News America Digital Publishing, June 5, 1958.
> > >
> > > 4) Core Shamanisme, Wikipedia,
> http://en.wikipedia.org/wiki/Core_Shamanism
> > >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals

w/ Real Food lovers.

HDTV Support

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar