Selasa, 02 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: Surat Keberatan Media Watch --swastinika

Salam, Swastinika. Untung masih ada orang periklanan yang sejeli dan sepeka
Anda. Saya sih optimis bahwa semua orang akan bisa menarik pelajaran, meski
pelan dan makan waktu lama. Saya juga yakin bahwa kepekaan gender akan makin
lama makin bisa dimasyarakatkan, seberapapun besar resistensinya pada saat ini.

Terima kasih banyak untuk masukan-masukannya yang bermutu dan membuat saya
berpikir. You've helped me learn.

manneke

Quoting swastinika <swastinika@yahoo.com>:

>
> Saya garis bawahi saja satu kalimat menawan dari Pak Manneke :)
>
> > Tapi, realitasnya adalah iklan itu pendek, minim kata, dan utuh dalam
> dirinya
> > sendiri. Kalaupun ada sesuatu "beyond" the text, yah sangat
> disayangkan karena
> > yang tertangkap indera dan persepsi orang hanya apa yang ada di teks.
> Itu
> > sebabnya, membuat iklan perlu kepekaan ekstra: karena iklan itu
> sebagai teks
> > sudah utuh.
>
> Setuju sekali :). Iklan itu pendek, sehingga memang butuh kepekaan
> ekstra dalam membuat iklan supaya "pesannya (tentang produk yang dijual
> itu) sampai", tapi juga mengurangi kemungkinan interpretasi lain yang
> melenceng jauh dari sasaran.
>
> Ini mungkin yang luput diantisipasi oleh Account Manager di biro iklan
> pembuatnya dan/atau Brand Manager-nya. Sejauh pengalaman saya, seorang
> AM atau BM yang baik bisa mengantisipasi hal2 seperti ini, dan
> membicarakannya dengan creative team. Kalau perlu, sebelum diluncurkan,
> dilakukan penelitian konsumen terlebih dahulu terhadap storyboard dari
> "calon iklan" itu. Dengan demikian, bisa diantisipasi sejak dini
> masalahnya dan tidak menjadi berlarut seperti ini.
>
> Balik lagi, itulah yang namanya persepsi. Creative Team memandang
> sesuatu di ranah ide, sementara mungkin konsumen akan memandangnya
> berbeda. AM & BM-lah yang sebenarnya harus bisa menjembatani ini. Jadi,
> justru di sini yang perlu dipertanyakan: AM dan BM-nya ngapain aja, kok
> nggak mengantisipasi yang seperti ini ;)? Apakah AM & BM-nya kurang
> memahami konsumen ;)?
>
> Anyway.. nice discussion, Pak Manneke. Senang bisa sampai di tahap ini
> :)
>
> Salam,
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@... wrote:
> >
> > Banyak point Swastinika yang saya setujui, kecuali satu: perbandingan
> iklan
> > dengan naratif, yang dijadikan apologia untuk memaklumi kedangkalan
> message
> > sebuah teks iklan. Saya pikir, membuat iklan tidak lebih mudah
> daripada membuat
> > teks naratif atau puisi, justru karena ia ringkas. Jika iklan boleh
> berpanjang
> > lebar, pembuatnya bisa memberi macam-macam penjelasan untuk
> meminimalkan
> > ketersinggungan orang.
> >
> > Tapi, realitasnya adalah iklan itu pendek, minim kata, dan utuh dalam
> dirinya
> > sendiri. Kalaupun ada sesuatu "beyond" the text, yah sangat
> disayangkan karena
> > yang tertangkap indera dan persepsi orang hanya apa yang ada di teks.
> Itu
> > sebabnya, membuat iklan perlu kepekaan ekstra: karena iklan itu
> sebagai teks
> > sudah utuh. Kurang lebihnya, ya semuanya ada di situ. Betul bahwa
> sebuah teks
> > macam iklan bisa mengandung makna berbeda dalam tataran literal dan
> simbolik.
> > Namun, yang tertangkap orang mula-mula adalah yang literal karena ini
> yang
> > tersurat. Sedang yang simbolik, maknanya bisa macam-macam dan dari
> satu orang
> > ke orang lain bisa berbeda.
> >
> > Maka itu, dalam mendesain iklan, sekali lagi, dibutuhkan kepekaan
> ekstra.
> > Kerjanya lebih menantang, karena ruang untuk membangun makna yang
> berlapis
> > tidaklah luas. Di samping itu, makna simbolik apapun yang hendak
> disertakan, ia
> > kan konon tak boleh sampai menafikan tujuan utama iklan itu sendiri,
> yaitu
> > jualan produk. Tegangan antara dua sasaran ini yang sebaiknya tidak
> menjadi
> > sesuatu yang taken for granted bagi kalangan iklan.
> >
> > manneke
> >
> > Quoting swastinika swastinika@...:
> >
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@ wrote:
> > > >
> > > > Masalahnya, apakah pembuat iklan Pro XL ini ingin membuat kita
> > > "melihat beyond
> > > > the literal meaning" atau justru secara sistematik, lewat desian
> > > iklannya,
> > > > berusaha menggiring penikmat iklannya untuk melihat analogi yang
> > > mengusik
> > > > antara perempuan dan Rp.1,-/dtk itu?
> > >
> > > Hehehe.. Pak Manneke, kalau dilihat dari gaya beriklannya, serta
> dilihat
> > > dari positioning Pro XL selama ini, saya kok yakin bahwa target yang
> > > dituju adalah mereka2 yang "diharapkan" bisa melihat beyond the
> literal
> > > meaning :) Mirip2 dengan iklan A Mild yang kalau buat sebagian orang
> > > adalah iklan paling tidak jelas sedunia ;).
> > >
> > > Mungkin kesalahannya the creative team adalah mereka kurang
> > > memperhitungkan bahwa "tubuh perempuan" itu termasuk salah satu isyu
> > > yang bisa bikin gerah sebagian orang :).
> > >
> > > Terima kasih dikatakan pengamat yang kritis.. ini karena sering
> ngurusin
> > > iklan aja kok ;)
> > >
> > > > Dalam filem Star Trek yang kemarin diobrolin itu, banyak juga yang
> > > berpendapat
> > > > bahwa busana 7-of-9 atau T'pol terlalu menonjolkan tubuh
> perempuan.
> > > Dan ini
> > > > sangat betul. Hanya saja, citra yang dibangun dalam filem itu
> lebih
> > > kompleks
> > > > karena kedua perempuan tak hanya digambarkan bagus bentuk tubuhnya
> > > saja, tapi
> > > > otaknya juga cemerlang, gesit membuat keputusan, dan tak kalah
> dalam
> > > segala hal
> > > > dari laki-laki.
> > >
> > > Hehehe.. kalau kita mengikuti Star Trek secara berkesinambungan, dan
> > > berkesempatan melihat perkembangan karakter Seven of Nine atau
> Deanna
> > > Troi, memang kita akan melihat beyond their gorgeous body :). Tapi
> kalau
> > > ada seseorang yang gak gemar nonton Star Trek, dan hanya nonton 1-2
> > > episode, atau Star Trek tidak dijadikan film seri, besar
> kemungkinannya
> > > yang teringat ya hanya body indah mereka saja :)
> > >
> > > > Bandingkan dengan iklan Pro XL, yang tampaknya tak punya message
> lain
> > > di luar
> > > > visual yang ditampilkannya tentang perempuan itu. Inilah yang
> disebut
> > > dengan
> > > > stereotipe. Citra cuma dikemas dalam dimensi hitam dan putih saja.
> > > Dangkal.
> > >
> > > Sebagai sebuah iklan pendek, memang tidak memungkinkan perkembangan
> > > karakter. Kita dituntut memaknai sesuatu dari sebuah cerita singkat
> yang
> > > hanya 15 - 30 detik, bahkan kadang lebih singkat lagi. Kalau
> > > dibandingkan dengan film, apalagi film seri, ini memang keadaan yang
> > > sangat tidak menguntungkan bagi iklan.
> > >
> > > Tapi, kalau menurut saya, justru memang kita tidak bisa
> memperlakukan
> > > iklan seperti film seri yang penuh narasi. Kita dituntut untuk
> memahami
> > > beyond the story tanpa harus mendengar story-nya diceritakan lebih
> > > dahulu :)
> > >
> > > Ibaratnya memahami cerita bersambung, dengan memahami puisi, kan
> memang
> > > nggak bisa sama. Tapi.. bukan berarti suatu puisi itu tidak punya
> > > message lain :)
> > >
> > > Salam,
> > >
> > >
> >
>
>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Fitness Challenge

on Yahoo! Groups

Get in shape w/the

Special K Challenge.

Yahoo! Groups

Be a Better Planet

Share with others

Help the Planet.

Athletic Edge

A Yahoo! Group

to connect w/ others

about fitness goals.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar