Jumat, 19 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: TENTANG ORISINALITAS (WARNA) PRO TUHANTU, GOTHO, AUDI

Hehehe... Pertanyaannya adalah apakah ½originalitas½ itu serta merta adalah ½absolute½? Yah, kan beda dong, orginilatias (konteks warna) dan ½absolute½ iku?...

Nah, Mas Haute ini masuk ke bahasa ½html½ warna... Beyond the colour, istilahne Audi ½melampaui½... Kalau masuk ke medan ini, yah wes ewes ewes bablas angine:)... Alias nggak ada yang absolute.

Tentang Prime Colour dan originalitas warna (merah, kuning,biru) adalah sifat yang -memang- telah ter/diterjemahkan dalam/oleh monitor kita (mata, sel ½cone½)... Mirip-miriplah dengan proses pantulan cahaya melalui piramid bening itu lho...  Dan dari warna yg ½termonitor½ (pantulan yg di/terjemahkan oleh mata) ada cem-macem... Dan dari cem-macem warna itu hanya kuning, biru dan merah tidak bisa diurai kedalam format warna-warna lain. Di sini konteks yg saya maksud ½originalitas½...

Kasus prime colour pada photography (sesuai penjelasan Mas Haute) adalah sesuai dengan kontek teknologinya, namun warna-warna tersebut bisa terurai, oranye (merah + kuning) hijau (kuning + biru) violet (merah + biru). Jadi kita amati dalam konteks teknologi photography, ½prime colour½ yg digunakannya ialah menggunakan warna ½secondary colors½ atau warna-warna ½generasi kedua½ (perpaduan warna ½generasi pertama½)...

Luncat-luncatan penggunaan term ini, mungkin mirip dengan term ½Floor Plan½, awalnya term tersebut digunakan dalam olah space (denah ruangan) pada dunia Arsitektur. Oleh perkembangannya kemudian bisa juga diaplikasikan ke dalam restaurant management (people and space organizing units-nya). Sesuai analogy Arsitektur dan Restaurant management, maka, dalam hal ini penggunaan term ½prime colour½ juga diaplikasikan kedalam teknologi (dalam hal ini photography, demikian halnya penggunaan warna-warna primer pada teknologi printing untuk kertas ataukah untuk screen, warna primernya berbeda-beda)

Quote: Sungguh kebetulan sebelum diskusi ini, Pabrik_t, Adyat, Audi, Anwar, dan Jeni berkoferensi (konferensi ini sesungguhya aku yang memulai tapi harus kutinggalkan karena urusan pekerjaan) tentang "hyle" Husserl, dalam sebuah pertanyaan besar, "Adakah yang disebut kualitas dalam dirinya sendiri pada suatu benda? Sehingga persepsi adalah sebuah dialektika antara pikiran manusia dan kualitas-kualitas benda tersebut?"  End of quote.

Tuhantu: Yah, haha... Saya ½mengkarikatur½kannya dalam term ½neuron chit-chat½ itu... Dan kesimpulan -yg juga karikatural- adalah: HOLE SPIRIT. Kualitas-kualitas yg dimaksud juga bukankah -tak lebih dan tak kurang- berupa persepsi pula? Everyone is somebody´s bitch...:-) Lalu muncullah isme-isme, agama, logy-logy, untuk mencoba merapikannya... ? Yang susah diterima pada umumnya adalah bagaimana memahami manusia sebagai suatu fenomena semesta tanpa batas, contohnya: Manusia seringkali selalu menunggu dan mengharapkan datangnya guru-guru, pemimpin, panutan, penyelamat, messiah dll. Kenapa tidak mudah untuk bertekad S.O.S. (save our own shits?...:-)

Quote: Pabrik, dengan mendasarkan doxa bahwa partikel terkecil kehidupan lahir dan mati pada saat yang bersamaan dan bahwa 99,99% adalah ruang hampa, maka "hyle" tidak ada. "Hyle" tak lebih dari konvensi-konvensi yang disuntikan ke suatu benda, dinaturalisasi, sehingga terasa sebagai sesuatu yang sudah dari sononya, absolut. End of quote.

Tuhantu: Saya sebenarnya sangat tertarik dengan pandangan Pabrik T di atas, kebetulan sedang nulis beberapa cerita-cerita (dalam bentuk novel) sebuah penjabaran/deskripsi dalam bentuk ½sketsa½ dengan ½mengkarikatur½kan pertanyaan-pertanyaan seperti ½what is the highest intelligence½?  Karena menurut saya, partikel terkecil tersebut tidak mati seketika semuanya, tetapi ada bagian yg ½hilang½ (persepsi ini, saya singgung dalam tulisan ½Titik Hilang½)

Mungkin -dan saya sangat berharap- kelak jika ke Indonesia bisa ketemu langsung dan ½minum kopi secara berjamaah½ membicarakan berbagai persepsi-persepsi atau pandangan-pandangan. (ofcourse kalau ½Anda, Pabrik t, dkk), tidak sedang sibuk berat...

Be Fun

Tuhantu

http://hole-spirit.blogspot.com

 

 


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "hautesurveilance" <hautesurveilance@...> wrote:
>
> Sebenarnya aku sudah nulis semalam, tapi ketika diposting kok lenyap
> tak berbekas. Soale nulis untuk tuhantu_hantuhan kali ye?
>
> - Bagi Goethe hanya ada 2 warna primer: kuning dan biru
>
> - Fotografi awal punya 3 warna primer: Oranye, Hijau, Violet.
>
> - Warna primer bukanlah properti fundamental dari cahaya namun lebih
> berkaitan dengan respon fisiologis mata pada cahaya.
>
> - Pada dasarnya cahaya adalah spektrum tak berujung dari panjang
> gelombang yang bisa dideteksi oleh mata manusia, sebuah ruang rangsang
> dimensional tak terbatas, namun mata manusia normalnya hanya berisi
> tiga tipe reseptor warna yang disebut sel "cone". Respon pertama
> kebanyakan pada panjang gelombang yang panjang, memuncak pada warna
> kuning. Tipe respon kedua, kebanyakan pada cahaya dari panjang
> gelombang menengah, memuncak pada warna hijau. Tipe ketiga merespon
> panjang gelombang pendek, yaitu warna violet atau "merah" menurut
> Tuhantu_Hantuhan.
>
> - KESIMPULAN: WARNA PRIMER ITU ARBITRER, TIDAK ABSOLUT.
>
> - Sungguh kebetulan sebelum diskusi ini, Pabrik_t, Adyat, Audi, Anwar,
> dan Jeni berkoferensi (konferensi ini sesungguhya aku yang memulai
> tapi harus kutinggalkan karena urusan pekerjaan) tentang "hyle"
> Husserl, dalam sebuah pertanyaan besar, "Adakah yang disebut kualitas
> dalam dirinya sendiri pada suatu benda? Sehingga persepsi adalah
> sebuah dialektika antara pikiran manusia dan kualitas-kualitas benda
> tersebut?"
>
> - Pabrik, dengan mendasarkan doxa bahwa partikel terkecil kehidupan
> lahir dan mati pada saat yang bersamaan dan bahwa 99,99% adalah ruang
> hampa, maka "hyle" tidak ada. "Hyle" tak lebih dari konvensi-konvensi
> yang disuntikan ke suatu benda, dinaturalisasi, sehingga terasa
> sebagai sesuatu yang sudah dari sononya, absolut. Dalam kesempatan itu
> pula pabrik memberikan 2 contoh menarik yang diambil dari How to Know
> God Dheepak: menonton film sambil menaiki kereta yang berjalan cepat,
> sehingga penonton dapat menangkap jeda-jeda gelap di antara
> gambar-gambar, serta bagaimana siput/keong tak mampu melihat
> perpindahan manusia dari titik A ke titik B, sehingga ia melihat si
> manusia itu menghilang dan tiba-tiba berada di titik B.
>
> - AYO DILANJUTKAN, INI MENARIK!
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> tuhantu_hantuhan@ wrote:
> >
> >
> > Hehehe diskusi tentang orisinal, dll... Kalau aku sih, kita sederhanai
> > dulu: Original, New, Unique itu adalah term-term yg tidak sama.
> >
> > 1. Original (Asli):
> >
> > Misale, merah adalah warna yang ORISINIL. Kenapa? Karena merah adalah
> > warna yang tidak bisa lagi diurai kedalam warna-warna lainnya (Bukan
> > proses cut & fill, tidak seperti warna ungu dalam contoh sebelumnya.)
> > Karena sifatnya yang orisinil inilah maka merah menjadi salah satu (dari
> > tiga macam warna) yg mendapatkan predikat ½PRIME COLOUR½.
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Best of Y! Groups

Discover groups

that are the best

of their class.

Yahoo! Groups

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar