Kamis, 11 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Renungan: Maaf lahir batin

Renungan: Maaf lahir batin
Tulisan yang terlampir dibawah ini saya tulis, bukan dari sudut segi
pandang agama melainkan dari sudut pandang budaya. Sebab sudah
merupakan satu tradisi di Indonesia dan di beberapa negara-negara
lainnya menjelang hari Raya Idul Fitri ini untuk saling mengucapkan
kalimat yang indah "Mohon maaf lahir dan batin ".

Entah ini diucapkan secara lisan, berupa SMS, email, maupun melalui
kartu Lebaran. Rasanya dunia ini menjadi begitu damai dan penuh
dengan rasa kasih menjelang Idul Fitri ini. Hanya yang menjadi
pertanyaan apakah mungkin setelah kita melewati hari Raya ini kita
benar-benar dapat memulai dari Nol atau dari lembaran putih bersih
lagi dengan prinsip a new beginning, a new chapter ? Saya yakin
sukar, sebab kita akan kembali ke dalam kehidupan seperti semula
lagi business as usual !

Lihat saja berapa banyak sudah kita menerima permohonan maaf tsb,
bukan saja dari orang yang kita kenal bahkan dari orang yang tidak
kita kenal sekalipun juga, jadi bagaimana kita dapat memaafkan
mereka, tahu juga tidak dimana letak kesalahannya. Dan believe it or
not, mereka mengirimkan bukan hanya sekedar basa-basi atau
lipservice saja, melainkan karena sudah dari sononya dicetak sebagai
dekorasi kartu saja, jadi maknanya kosong melompong sama sekali.

Kagak percaya, tanyalah sama diri sendiri, pernahkan Anda
merenungkan kalimat mohon maaf tsb sebelumnya Anda mengirimkan
kartu, email atau SMS tsb? Permohonan maaf tsb hanya berfungsi,
karena sudah dari sononya begitu, jadi bukannya karena keinginan
sipengirim ataupun ditulis khusus dengan tangan oleh sipengirim.

Kita mengirim kartu dan mengucapkan „Mohon maaf lahir batin" tanpa
perlu dipikirkan lagi, itu otomatis bisa keluar nyerocos begitu
saja, karena ini sudah merupakan tradisi atau karena sudah dicetak
di dalam kartunya. Jadi boro-boro minta maaf melalui batin, secara
lahiriah pun sudah tak tersirat lagi di otak kita, karena hanya
numpang lewat saja di jidat kita.

Memaafkan itu adalah satu soal yang sangat serious oleh sebab itulah
juga pada th 1994 - Dr. Robert Enright telah mendirikan satu
institut khusus buat penelitian mengenai "maaf dan memaafkan" dan
dari hasil penelitiannya terbuktikan, bahwa maaf dan memaafkan itu
bisa menghilangkan stress maupun menyembuhkan luka batin. Jadi
manfaatnya sangat besar sekali bagi lahir maupun batin. Hasil
penelitiannya diungkapkan dalam buku „Exploring Forgiveness".
Ungkapan yang sama diutarakan juga oleh filsuf Perancis Paul Ricoeur
(1913 – 2005) dalam artikelnya di majalah Esprit yang berjudul "Le
pardon, peut-il guérir?" = Apakah memaafkan dapat menyembuhkan?

Perkataan maaf itu sangat mudah sekali kita ucapkan, tetapi
pernahkah terpikirkan oleh Anda bagaimana rasanya perasaan dari
orang-orang yang pernah disakiti, sebagai akibat dari pembunuhan,
permerkosaan, penipuan & perselingkuhan. Jangankan untuk soal yang
berat-berat; baru dibohongi sekali saja kadang-kadang sudah ngambek
berat sehingga bisa musuhan bertahun-tahun. Bagi mereka perkataan
maaf itu besar sekali maknanya.

Apabila kita benar-benar mau memaafkan orang, kita harus bersedia
menguras dan mencuci bersih seluruh arsip kotor dari kesalahan-
kesalahan orang yang akan kita maafkan, jadi bukan hanya sekedar di
bibir saja, melainkan harus dikosek bersih sampai ke sudut bagian
yang paling dalam di batin kita. Ini hanya akan bisa terlaksana
apabila Anda bersedia melakukan tahapan-tahapan seperti yang
tercantum dibawah ini.

Change of Action - Perubahan dari segi lahir: dari muka yang
cemberut, bibir yang mencibir dan pandangan mata yang merendahkan,
kembali kepada tahapan yang normal, umpamanya dengan mulai menyapa
dan memberikan salam kembali seperti biasa. Merubah dan
mengembalikan penampilan lahiriah ini tidaklah mudah apalagi kalau
sudah lama bermusuhan.

Change of Mind – perubahan dalam pikiran: ini lebih sukar daripada
yang pertama sebab kita harus merubah pikiran maupun pandangan kita
terhadap orang tsb, hal ini hanya bisa terjadi apabila kita bersedia
dan mau mengosongkan pikiran negatif kita terhadap yang bersalah
dengan cara melupakannya kesalahan orang tsb, setelah ini kosong
baru bisa di isi dengan pikiran yang positif. Hal ini membutuhkan
waktu dan perjuangan diri sendiri untuk berperang dengan "our
inside", merubah paradigma bahwa ia melakukan kesalahan tsb hanya
karena khilaf dan bukan dengan tujuan untuk menyakiti, apalagi di
dunia ini "Nobody is perfect. Everyone can do wrong"

Change of Heart – perubahan dalam hati atau batin kita. Dimana sifat
bermusuhan kita bukan hanya sekedar hanya dihapus saja, bahkan
dirubah menjadi kasih, dari yang tadinya jauh sekarang menjadi
dekat, dari yang tadinya musuh sekarang menjadi sahabat. Yang
terpenting jangan sampai timbul maupun dikotori oleh pikiran "jangan-
jangan" ia akan melakukan hal yang sama lagi di kemudian hari. Jadi
kita harus benar-benar bisa memaafkan dengan tanpa syarat!

Apabila kita sudah dapat melaksanakan ketiga tahapan tsb, maka kita
akan bisa melihat dan merasakannya keindahan dari perkataan maaf
tsb, jadi bukan hanya sekedar bunyi-bunyian atau tulisan kosong saja.

Forgiveness Is a Choice, memaafkan itu adalah pilihan yang hanya
bisa ditentukan oleh Anda sendiri. Bagi mereka yang tidak bisa dan
tidak mau memaafkan, maka mereka akan tersiksa, karena pikiran dan
batinnya akan selalu kotor, disamping itu hubungan dengan yang
bersalah pun akan selalu tetap buruk sehingga luka batinnya hingga
kapan pun juga tidak akan mungkin bisa dipulihkan lagi.

Mang Ucup akhiri tulisan ini dengan ucapan Selamat Hari Raya Idul
Fitri 1428 Hijrah

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net
http://www.friendster.com/mangucup

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Get info and support

on Samsung HDTVs

and devices.

Best of Y! Groups

Check it out

and nominate your

group to be featured.

Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar