Senin, 29 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] worldview politik partai

Worldviews Politik Partai

Partai-partai politik kini telah mengambil ancang-ancang, walau arena kompetisi
bangku legislatif dan kepresidenan belum dibuka secara resmi. Koalisi dari setiap
partaipun dibangun, berbagai upaya untuk menampilkan keunggulan tokoh pemimpin
partai menjadi prioritas, sedangkan perhatian terhadap worldviews politik partai
diabaikan!
Citra partai merupakan modal utama bagi sebuah organisasi politik untuk berjaya
dalam pemilu, sebab variabel tersebut merupakan bahan pertimbangan pintas bagai
anggota masyarakat dalam memilih sebuah partai. Untuk itu, partai-partai politik tidak
segan-segan mengeluarkan uang banyak dalam rangka memperoleh penilaian positif dari
masyarakat. Wujudnya adalah padatnya ruang media dan publik oleh slogan-slogan yang
menunjukkan eksistensi partai. Selain itu, partai juga akan menampilkan sosok-sosok
individu unggulan sebagai magnet bagi masa yang haus akan kepemimpinan politik yang
segar. Sedangkan, secara sporadis partai akan melakukan persuasi secara regional dengan
berbagai acara hiburan, rapat kerja, kunjungan, serta kegiatan sosial.
Dengan berjalannya waktu para pemilih di tanah air sepertinya masih belum
memiliki orientasi yang jelas dalam menentukan pilihan partai yang diminati. Kita bisa
mengingat bahwa pada masa orde baru perilaku memilih jatuh secara deterministik ke
sebuah partai tunggal yang berkuasa. Sedangkan, pada masa reformasi masyarakat mulai
berani untuk memilih partai-partai dengan aura reformatif, namun masih banyak juga
masa yang belum terlepas dari belenggu komitmen kelompok orde baru. Kini, perubahan
tren dalam pilihan politik masyarakat berubah lagi, terdapat kecenderungan terhadap
partai-partai yang tampil paling istiqomah dalam aspek moral. Namun, tren ini masih bisa
berubah lagi menjelang 2009.
Partai yang peduli pada masa depan politiknya akan mulai menaruh perhatian yang
lebih terhadap pencitraan moral, karena pencintraan moral merupakan sesuatu yang
didambakan secara sosial. Hal tersebut muncul dari kekecewaan serta ketidakpercayaan
masyarakat terhadap prestasi politik dan moril sosok-sosok baru dalam kancah politik
pasca jatuhnya rezim orde baru. Kondisi tersebut akan digunakan oleh beberapa partai
politik yang menunjukkan kesensitifan dan kepedulian terhadap perkara moril. Sebagai
contoh, sebuah kelompok dengan moto "Dakwah" menampilkan hasil yang sangat luar
biasa, yaitu mereka berhasil memunculkan kembali harapan masyarakat terhadap
pemerintahan yang jujur dan adil dengan menampilkan slogan-slogan perjuangan religius.
Masapun dengan mudah menunjukkan penilaian positif, serta berbondong-bondong
tertarik kepada partai tersebut. Namun, tren ini juga masih bisa berubah lagi menjelang
2009.
Sesungguhnya, terdapat sebuah cara konvensional yang mudah jika para partai ingin
menarik masa untuk 2009, yaitu dengan membangun worldview partai yang jelas dan
konsisten. Worldview politik adalah cara untuk memandang dunia politik mengenai apa
yang benar dan tidak benar, apa yang ada dan apa yang seharusnya ada serta tidak ada.
Worldview politik juga melibatkan epistemologi mengenai dunia politik yang meliputi
pemahaman mengenai kekuasaan, keadilan, nilai-nilai, dan kesejahteraan. Selain itu,
worldview politik harus dapat ditemukan di dalam segenap lingkungan sistem dan budaya
dari partai tersebut. Pada level individual worldview politik mesti terinternalisasi pada
setiap kegiatan politik anggota partai.
Sayangnya, di Indonesia kita tidak bisa menemukan adanya kejelasan mengenai
worldview partai politik yang akan menduduki bangku pemerintahan. Akan tetapi, yang
kita ketahui hanya logo-logo, slogan-slogan, serta tokoh-tokoh masyarakat yang terdapat
di dalam partai. Maka, ketika para anggota masyarakat memilih sebuah partai ia tidak
mengetahui secara pasti bagaimana worldview dari partai tersebut, dan bagaimana partai
memperjuangkan worldview yang dimilikinya. Sehingga, tidak pernah terdapat sebuah
posisi simetris antara worldview individual dari para pemilih dengan worldview kolektif
dari partai. Jika hal ini masih tetap terjadi, masyarakat akan terus merasakan tidak
tersalurkannya aspirasi politik mereka di dalam pemerintahan.
Partai-partai di Indonesia lebih suka untuk mengambil jalan aman dan praktis
dengan tidak menentukan worldview politik tertentu. Sehingga partai dapat secara
fleksibel mengubah tujuan, gaya, maupun anggotanya untuk kepentingan politik. Kondisi
tersebut merupakan determinan dari begitu pluralistiknya anggota setiap partai, dan tidak
persistennya partai dalam mencapai sebuah visi politik ketika menduduki bangku
kekuasaan.
Jika partai-partai politik di Indonesia memiliki kepedulian terhadap apa yang
diinginkan oleh masyarakat, maka sebaiknya partai politik mencoba untuk membangun
sebuah worldview politik yang benar-benar merupakan cerminan dari worldview individual
para anggotanya. Lalu, partai mengkomunikasikan worldvidew tersebut kepada publik
sebagai agenda dari pemilu, bukan dengan melontarkan slogan-slogan dan sosok-sosok
yang selalu membuat para pemilih terkecoh. Dengan kejelasan worldview politik dari
setiap partai, maka masyarakat dapat memilih seusai dengan worldview individual yang
mereka miliki. Selain itu, masyarakat juga dapat menilai apakah aspirasi mereka
tersalurkan atau tidak ketika anggota partai tersebut menduduki jabatan struktural
pemerintah. Sudah saatnya masyarakat mengetahui apa yang terdapat di balik bendera-
bendera partai dan tidak membeli kucing di dalam karung.

Muhammad Faisal
Jurusan Psikologi
Universitas Paramadina


__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Fitness Edge

on Yahoo! Groups

Learn how to

increase endurance.

Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar