Sabtu, 27 Oktober 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: Carrot and Stick > P. Jusuf

Pak Harez,

Sebenarnya China menggunakan ajaran Konfusius ' jangan melakukan sesuatu pada orang lain yang kamu tidak mau orang lain melakukannya kepadamu " digabung dengan stcik and carrot.
Kalau stick and carrot saja dan diterapkan hanya pada orang di lapisan bawah, tapi yang di atas tidak, maka tidak akan berhasil.
Di China pernah ada kata-kata tersohor dari pemimpinnya sendiri yang kasih perintah : sediakan 100 peti mati dan satu buat saya !
Inilah landasan spiritual nya.

Tapi soal di negara kita tidak sesederhana itu  karena luasnya terbentang seperti dari London s/d Afghanistan, lagian negara kepulauan yang sangat plural. Dari dulu sudah terbiasa dengan sistem sentralistis sehingga mekanisme auto-poesis, self regulation tidak jalan.
Eropa terdiri dari negara-negara dan jumlah penduduk masing2 yang terbatas, misalnya Holland +/- 12 jutaan, Jerman +/- 70 juta  Negara dengan penduduk besar, seperti Jerman, sistemnya juga sudah terdesentralisasi.
Karena nation building nya jalan, maka tidak menimbulkan disintegrasi.
Apalagi Singapura yang tidak lebih besar dari Jakarta. 

Di negara kita sekarang sedang terjadi proses gerak pendulum : dulu gaya centripetal sangat dan bahkan terlampau kuat, sehingga setelah mengalami pelapukan, reaksi gaya centrifugal menjadi berlebihan dan bingung sendiri bagaimana mengendalikannya karena terjadi Titik Balik (Fu) seperti dijelaskan dalam Kitab I Ching yang seharusnya itulah kesempatan untuk kembali ke musim semi lagi yang menjanjikan kehidupan di masa depan akan berkelanjutan.
Tapi karena pemahaman ini sudah lama kita tinggalkan dan diberi stigma kuno lalu diganti dengan konsep2 ' modern' maka yang terjadi beginilah !

Pendekatan stick and carrot, sebaiknya dibarengi dengan The Learning Organization supaya tidak muncul issue seperti tebang pilih.
Karena fakultas Psikologi belum tercerahkan, maka muncullah voluntir2 seperti Stephen Covey dsb. yang hanya dalam tataran sikap mental saja. Di  Indonesia lalu muncul ajakan2 bersifat menakut-nakuti seperti " berubah atau mati "
Dalam  The Learning Organization pendekatannya komprehensif  dan sistemik mirip dengan TQC nya Jepang.
Syukurlah idea ini sudah mulai disemaikan di UI
Mari energi kita diarahkan ke hal yang sangat penting ini dan jangan dihamburkan untuk urusan yang ecek2 .
(Bersambung)

Salam,
Jusuf Sutanto

----- Pesan Asli ----
Dari: sinagahp <sinagahp@yahoo.com>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Sabtu, 27 Oktober, 2007 10:52:26
Topik: [psikologi_transformatif] Re: Carrot and Stick > P. Jusuf

Yupp !!!  Pernah pak Jusuf :)

Di fakultas psikologi UI telah dikembangkan program studi SDM-KM (SDM-Knowledge Management).  Setahu saya, program studi ini adalah program studi formal pertama tentang KM di Indonesia.

Pendekatan yang lebih banyak dikaji adalah 3rd generation knowledge management, "Agile Knowledge Workers". Dari waktu ke waktu, peminatnya semakin meningkat. Komunitasnya juga sudah terbentuk Pak dan secara berkala mengadakan round table.

Nonaka pernah datang ke F.Psi.UI (2005) dan menyampaikan pemikirannya soal KM. Apakah waktu itu bapak ikut seminarnya ?

Fotonya bisa dilihat di:
http://f9g.yahoofs. com/groups/ g_10594859/ .HomePage/ __sr_/939f. jpg?grAKSJHBcPZk d9O0 

JS:
> Melalui cara ini barangkali kita bisa mengembangkan The Learning Nation
> sehingga masalah KKN bisa diatasi seluruh bangsa, bukan hanya urusan
> penegak hukum saja.. Solusi ini lebih berbudaya daripada sekedar stick and carrot,
> meski kita perlu law enforcement juga ya !

harez:
Menurut Kwik Kian Gie, keberhasilan pemberantasan korupsi di Singapura dan China justru berhasil karena mempergunakan pendekatan carrot and stick.

salam,
harez


--- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto <jusuf_sw@...> wrote:
>
> Pak Harez,
> Apakah anda pernah mendengar nama Peter Senge , pakar manajemen The Learning Organization ?
> Itulah sistem manajemen yang mengajak ' dari raja sampai rakyat jelata supaya mau terus belajar '
> Sistem manajemen ini berdasarkan konsep Konfusianism yang tentu kental dengan psikologi transpersonal dan transformatif.
> Ini yang saya mau ajak Fakultas Psikologi di Indonesia karena melalui ini kompetensi yang anda pelajari bisa disalurkan.
> Konfusianism bersifat universal dan bisa diterima oleh siapa saja karena bukan agama.
> Melalui cara ini barangkali kita bisa mengembangkan The Learning Nation sehingga masalah KKN bisa diatasi seluruh bangsa, bukan hanya urusan penegak hukum saja..
> Solusi ini lebih berbudaya daripada sekedar stick and carrot, meski kita perlu law enforcement juga ya !
>
> Salam,
> Jusuf Sutanto
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: sinagahp sinagahp@...
> Kepada: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> Terkirim: Sabtu, 27 Oktober, 2007 8:59:38
> Topik: [psikologi_transfor matif] Re: Carrot and Stick > P. Jusuf
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Pak Jusuf Yth.,
>
> Terima kasih untuk pembukaan cakrawala yang pak Jusuf berikan :)
>
> Pada dasarnya, saya menangkap ada dua hal yang perlu diperhatikan dari tulisan bapak tersebut.
> 1. Perlunya pembinaan diri dan sumbangsih psikologi untuk itu.
> 2. Sumbangsih psikologi (ie. solusi konseptual) untuk pemberantasan korupsi.
>
> JS:
> > Komunitas psikologi, bukan sosial politik atau hukum sehingga merasa awam
> > untuk memberikan solusi konseptual bagaimana sistem memberantas KKN.
>
> harez:
> Sekitar satu tahun yang lalu, saya pernah menelusuri skripsi, tesis dan disertasi di F.Psi.UI. Saya hanya menemukan satu skripsi (Dede Andarso) dan satu tesis (Adrianus Meliala) yang mengkaji tentang korupsi. Hal tersebut tampaknya sejalan dengan apa yang pak Jusuf kemukakan ... :) :( Setelah itu saya belum pernah menelusurinya lagi.
>
> Dari kedua kajian tersebut, saya relatif tidak menemukakan solusi konseptual yang komprehensif tentang pemberantasan korupsi. Keduanya lebih merupakan studi eksploratif/ deskriptif.
>
> Karenanya, saya tertarik dengan gagasan carrot dan stick yang dikemukakan oleh Kwik Kian Gie ini.
>
> Ditunggu pencerahannya lebih lanjut pak Jusuf. Khususnya mengenai prinsip-prinsip kearifan timur yang mendasari gagasan "Carrot & Stick" serta prinsip "reward & punishment" sebagaimana yang saya kemukakan pada tulisan saya yang terdahulu. Terima kasih sebelumnya
>
> salam,
> harez
>
> NB:
> Ajaran kuno Kitab Thay Hak / The Great Learning :
> > Dengan hati yang lurus , akan dapat membina dirinya sehingga dapat
> > membereskan rumahtangganya dan setelah itu mengatur negaranya
> > sehingga tercapailah damai di dunia.
>
> Rasanya koq agak "loncat" ya pak, dari tingkat keluarga, langsung ke negara. Lebih afdol rasanya kalau ada tingkatan di bawah negara. Misal rumah tangga, lingkungan/komunita s, baru negara. Apa aslinya memang begitu pak ?
>
> ============ ========= ========= ========= ========= ========= ===
>
> --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto jusuf_sw@ wrote:
> >
> >
> > Mas Harez,
> > Anda mulai membawa angin segar dengan melontarkan issue baru yang sangat penting spy kita tidak terus menerus ngurusin orang yang bernafas dalam lumpur seperti anjing yang mengerubuti tulang.
> > Sebagai langkah pembukaan dialog ini saya mencoba membuka cakrawala spy kita bisa semakin memahami masalahnya.
> > Jika dan hanya jika masalahnya sdh dipahami, maka jawabannya sdh ada di dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada pohon '. Banyak seminar yang gagal karena sebelum masalahnya jelas, kita sudah beradu mulut untuk mencari penyelesaiannya.
> > Kita bisa mengacu pada ajaran kuno Kitab Thay Hak / The Great Learning sbb. :
> >
> > " Orang zaman dulu yang hendak menggemilangkan kebajikan yang bercahaya pada tiap umat di dunia,
> > Ia lebih dulu berusaha mengatur negaranya ; untuk mengatur negerinya ia lebih dulu membereskan rumah tangganya.
> > Untuk membereskan rumah tangganya , ia lebih dulu membina dirinya.
> > Untuk membina dirinya, ia lebih dulu meluruskan hatinya.
> > Untuk meluruskan hatinya , ia lebih dulu memantapkan tekadnya.
> > Untuk memantapkan tekadnya, ia lebih dulu mencukupkan pengetahuannya.
> > Dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakikat tiap perkara.
> >
> > Dengan meneliti hakikat tiap perkara, maka cukuplah pengetahuannya.
> > Dengan cukup pengetahuannya, ia dapat memantapkan tekadnya
> > Dengan memantapkan tekadnya, akan dapat meluruskan hatinya.
> > Dengan hati yang lurus , akan dapat membina dirinya sehingga dapat membereskan rumahtangganya dan
> > setelah itu mengatur negaranya sehingga tercapailah damai di dunia.
> >
> > Karena itu dari raja sampai rakyat jelata, ada satu kewajiban yang sama yaitu mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok.
> > Adapun dari pokok yang kacau itu, tidak akan pernah dihasilkan penyelesaian yang teratur baik,
> > karena hal itu seumpama menipiskan benda yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis.
> > Hal ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi "
> >
> > Komunitas psikologi, bukan sosial politik atau hukum sehingga merasa awam untuk memberikan solusi konseptual bagaimana sistem memberantas KKN.
> > Yang bisa dikerjakan dan justeru sangat penting adalah membina orang supaya bisa memahami masalahnya secara benar dan membina dirinya seperti yang diajarkan oleh kearifan kkuno di atas.
> > Betapapun sempurnanya sebuah senjata, akhirnya sangat tergantung pada the man behind the gun !
> > (Bersambung )
> >




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Food Lovers

Real Food Group

on Yahoo! Groups

find out more.

Summer Shape-up

on Yahoo! Groups

Trade weight loss

and swimsuit tips.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar