Jumat, 26 Oktober 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: Psikologi ala Pak Jusuf Sutanto - untuk Swas

Mbak Swas,

Tanggapan anda sangat panjang dan bagi saya yang rada kurang trampil dengan komputer, mengalami kesulitan untuk menanggapi dalam satu tulisan. Karena itu saya coba menanggapi secara bertahap.
Ada baiknya diketahui latar belakang mengapa saya tertarik pada psikologi.
Saya berkecimpung dalam bisnis.Dengan demikian ketatnya persaingan bisnis, maka manusia diberi tempat semakin tinggi dalam manajemen. Dulu cuma diberi nama Bagian Personalia dan diurus oleh SH krn utamanya spy bisa mentaati peraturan dan UU Ketenagakerjaan. Lalu meningkat menjadi Human Resources Development, disamakan dengan resources lain ....dan sekarang disebut Human Capital Development. Saya tahu bahwa kompetensi ilmu yang diperlukan adalah psikologi, tapi saya sadar bahwa  seperti kondisi  yang ada  di millis, betapa jauhnya gap antara harapan dan kenyataan.

Inilah motif saya nyemplung di Psikologi, bukan kok mau pindah profesi, tapi membantu supaya terjadi perubahan dalam pendidikan psikologi, karena saya tidak melihat adanya kemungkinan dalam disiplin ilmu yang lain.
Masalah krisis kepemimpinan harus dipecahkan secara sistemik melalui pendidikan.
Saya merujuk F Capra dan Zen karena keduanya bisa memberikan inspirasi untuk hal ini.

Saya pernah memfasilitasi seminar berantai membahas ini dan hasilnya diterbitkan menjadi buku VISI BARU KEHIDUPAN, Kontribusi F.Capra dalam Revolusi Pengetahuan dan Implikasinya pada Kepemimpinan, Penerbit PPM 2002.
Dilanjutkan dengan seminar melalui dunia maya internet bersama 45 pakar lintas disiplin menjadi buku REVITALISASI PERTANIAN DAN DIALIG PERADABAN, Penerbit Buku Kompas 2006.
Dalam buku ini, Prof. Gumilar menulis tentang Konvergensi dari Ilmu-ilmu.
Karena itu buku saya terbaru diberi judul Kearifan Timur dalam Etos Kerja dan Seni Memimpin.
Ada baiknya anda mencoba mengikuti jalan  pikiran F.Capra tentang the hidden connections sebagai ilmu pengetahuan masa depan, dan bukan spesialisasi ketat berdasarkan logi-logi.

Mengenai augmentative knowledge, tentu saja konstituennya harus dalam peringkat yang sama, supaya kualitasnya tidak sebatas hanya main timpuk2 kan aja.
Kendatipun demikian, perseteruan sengit yang terjadi di millis ini bukan tidak ada harganya, bagi saya sungguh berharga karena merupakan indikasi bahwa kondisinya malah jauh lebih parah dari yang saya duga. Tanpa ikut millis ini maka saya benar2 disinformasi !
Kalau Mbak Swas sungguh berminat untuk ikut bersama memperbaiki pendidikan psikologi dalam arah supaya bisa membantu mengatasi masalah kepemimpinan, maka saya akan kirim kedua buku itu.
=======
Kalau saya mengamati pendidikan psikologi sekarang, maka orang  dididik untuk mengenal berbagai pohon di hutan psikologi sehingga cocok untuk bekerja di bagian penerangan dari sebuah pameran, tempat bertanya mengenai booth apa saja yang ikut pameran atau ada yang menjadi penjaga dari salah satu booth, tapi tidak mau tahu kiri kanannya.
Dalam bahasa Arab, kosa kata " Kuliah " berarti keseluruhan / universe untuk membedakan dengan kosa kata "ayat".
Perguruan Tinggi kita sudah menjadi kumpulan ayat dan bukan kesatuan yang saling berinteraksi.

Salam,
Jusuf Sutanto

----- Pesan Asli ----
Dari: was_swas <was_swas@yahoo.com>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Jumat, 26 Oktober, 2007 6:16:54
Topik: [psikologi_transformatif] Re: Psikologi ala Pak Jusuf Sutanto - untuk Swas

Pak Jusuf yth,

Kalau soal konstruktif, memang concern saya & Mas Wolker sejak dulu adalah mengenai konstruksi isi message di milis ini. Tapi karena yang empunya milis sudah menjelaskan visinya tentang milis ini, saya menghormati visinya walaupun berbeda dengan saya. Jadi, kemarin2 sih lebih banyak mengamati daripada nyemplung :)

Saya jawab sedikit saja yang saya mengerti ;). Yang lainnya agak berputar dan membingungkan kapasitas prosesor di kepala saya yang terbatas ini :)

> Wawasan Fuad Hassan, tentu jgn diartikan mau dijadikan ideologi seperti halnya berbagai isme yang ada dsb, tapi menurut saya membuka cakrawala hakikat dari Psikologi Transpersonal karena berani passing over aku/kami masuk ke dalam tataran KITA tanpa takut kehilangan identitasnya. Dia (40 tahun lalu lho) sudah berani passing over dari konsep faali neurosis menjadi sociosis.
> Ini menegaskan bahwa psikologi bukan psikiatri !!!
> Itu berarti juga mematahkan konsep eksistentialisme yang mempertentangankan aku dan lingkungan sebagai penghambat pengembangan self dan jua secara implisit dengan konsep eternal becoming, menghidarkan short cut reduksionistis bahwa jiwa itu dipenjara oleh badan sehingga harus dibebaskan.
> Adalah CG Jung yang berani mengkoreksi gurunya Freud bahwa materi dan spirit harus didamaikan ( hal 198)
> Konfusius seperti dijelaskan dalam buku Kearifan Timur memberikan skema pertumbuhan ' self " ( hal 56)
> =========
> Kalau pandangan Fuad Hassan digabungkan dengan Emil Salim, maka terjadilah Psikologi Transformatif ' we are just a part of the mighty whole ". Dan ini oleh artist digambar dalam taoist painting dimana alam ditampilkan sebagai back ground manusia yang digores sebagai dot kecil (hal 57)
> Ajaran ' hamemayu hayuning bawana ' juga mengatakan bahwa hayunung manusia tergantung pada hayuning bawana ; hayuning bawana tergantung pada hayunung samudoyo "
> Ini semua yang kemudian diramu oleh Mpu Tantular dalam bentuk Bhinneka Tunggal Ika.
> Oleh Bung Karno kemudian disebut nasionalisme di dalam tamansarinya internationalism.
> Jadi bukan nasionalism vis a vis internationalism.
> ============ ==

Saya mengerti maksud Bapak, dan tidak menentang hal itu. Saya hanya mempertanyakan usul Bapak bahwa pendidikan S1 difokuskan pada hal itu. Pencerahan bukanlah sesuatu yang bisa diajarkan. Pencerahan adalah sesuatu yang harus dicapai dengan usaha dan kesadaran pribadi :) Menurut saya, kita belum bisa meng-klaim pencerahan seperti ini sebagai tujuan pendidikan formal. As hard as it is, mau nggak mau kita harus mengakui bahwa dunia pendidikan formal sedikit banyak harus berkompromi dengan tuntutan dunia bisnis.

Beberapa waktu lalu, Bapak mempertanyakan apakah orang tua masih mau menyekolahkan anaknya ke Fakultas Psikologi jika mereka melihat [meminjam istilah Bapak] "debat pepesan kosong" di milis ini sebagai benchmark pendidikan psikologi. Well, saya rasa pertanyaan yang sama juga dapat diajukan jika Fakultas Psikologi menawarkan pencerahan sebagai apa yang didapat dalam pendidikan psikologi :). It's something good, Pak, but it's too good to be true.

Tapi kalau Pak Jusuf bisa menjabarkan dengan jelas dan spesifik tentang bagaimana mewujudkan ide Bapak, mungkin ide ini bisa lebih mudah diterima. Ide Bapak baik, tapi terus terang saya sendiri bingung dan tidak dapat membayangkan bagaimana hal itu diwujudkan dalam kenyataan :) Mohon pencerahannya :)

> Apakah Freud disebut behavoursitik atau psikoanalis, mereka semua masuk dalam rumpun reductive knowledge yang mengisolir kasus dan menerapkan logika untuk menganalisanya sehingga realitas dianggap sebagai penjumlahan dari logi-logi.
> Psikologi Transpersonal dan Transformatif termasuk augmentative knowledge, mencari hidden connections dari berbagai pandangan.

Untuk yang ini saya tidak mau berkomentar panjang :). Cukup saya sampaikan ulang pada Pak Jusuf saran yang sudah disampaikan oleh Mas Wolikertajiwa tentang memperluas wawasan :) 

> Suatu realitas dibiarkan dibahas sehingga ditemukan hubungan terkaitnya ( hal 81)
> Misalnya saja nasi, bukan hanya soal sumber karbohidrat, tapi diberi arti bahwa kalau tidak ada maka orang baik pun bisa bertengkar (hal 77). Harmoni, bukan sekedar demokrasi, tapi dikaitkan dengan mulut dan padi artinya baru bisa terjadi kalau ada makanan yang cukup untuk seluruh rakyat.

Komentar kecil saja: jika memang Bapak percaya bahwa "suatu realitas dibiarkan dibahas sehingga ditemukan hubungan terkaitnya", mengapa Bapak menganggap ada debat pepesan kosong di milis ini ;)? Mengapa tidak diterima saja hal ini sebagai realitas, dan kita lihat nanti dimana hubungan terkaitnya ;)?

Dari sudut tempat saya melihat, pernyataan Bapak tersebut adalah sebuah bentuk "menerapkan logika untuk menganalisa sehingga realitas dianggap sebagai penjumlahan dari logi-logi" ;). Hanya saja, di kasus ini, mungkin lebih dapat dikatakan sebagai "penjumlahan dari interpretasi terhadap cerita2 Zen/Kearifan Kuno" :)

> =======
> Ilmuwan harus bisa menarik benang merah, menemukan the hidden connections, bukan sekedar kolektor dan penjaga kiosk ilmu yang dipelajarinya saja !

Setuju :) Itu sebabnya saya mencoba mencari the hidden connection di balik apa yang Bapak klaim sebagai sekedar debat pepesan kosong ;)

*walaupun.. sumpah, saya bukan ilmuwan.. hehehe.. *

Salam,




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Athletic Edge

A Yahoo! Group

to connect w/ others

about fitness goals.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Learn how others are

shedding the pounds.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar