Selasa, 20 November 2007

[psikologi_transformatif] DEMO BALI (Oleh M. Isa, mantan pengajar Universitas Humboldt, Berlin)

DEMO BALI

PANCASILA LAWAN LIMA SILA GLOBALISASI

Oleh M. Isa, mantan pengajar Universitas Humboldt, Berlin; drmhisa@yahoo.com
 

”Lima Sila Globalisasi“

Globalisasi juga mempunyai „Lima Sila“nya, yaitu:
1. Penistaan Martabat Manusia  
2. Pelenyapan Peri Kemanusiaan (HAM)
3. Peracunan Udara
4. Pemanasan Suhu Dunia
5. Pemusnaan Kehidupan di Dunia
 
Manusia bukan menghadapi ke lima Sila itu, melainkan sudah berada di tengah-tengah prosesnya, malah mungkin telah melangkaui titik tanpa balik (point of no return). Pelaku/pimpinan Limasila Globalisasi itu ialah 8 Negara Industri (8N): Amerika Serikat (Bush), Russia (Putin), Jerman (Merkel), Inggris (Brown), Perancis (Sarkozy) dll. Mereka ditopang oleh 10 Negara (10N) dari seluruh dunia: Cina (Hu Jin Tao), Brasilia (Luli), India (Singh), Mesir (Mubarak) dll. Jadi yang menguasai dunia dalam mewujudkan Lima Sila tsb. di atas ialah 8N + 10N = 18N. Di Jerman, ada orang yang menamakan 18N itu "Heimliche Weltregierung" (HWR) yang berarti Pemerintah Dunia di Belakang Layar (PDBL), yang diam-diam menguasai dunia. Jadi pemerintah dunia bukanlah misalnya PBB, melainkan PDBL (HWR). "Der Spiegel", majalah terbesar di dunia (4-6-07), telah menulis tentang kedahsyatan akibat ulah "Heimliche Weltregierung" itu bagi umat manusia. Orang hanya bisa beristigfar dan mengusap dada membaca fakta-fakta yang berdokumentasi sempurna disertai angka-angka itu: mengerikan, memilukan. A.l. bahwa mayoritas umat manusia masih diperbudak, mereka bekerja setengah mati untuk bisa setengah hidup. Kita tahu bahwa di India ada Perhimpunan Buruh Tani, yaitu Perhimpunan Bunuh Diri, yang menuntut agar bila anggotanya bunuh diri, pemerintah harus membebaskan anaknya yang menjadi budak seumur hidup sejak usia 5 tahun. Kita tahu, bahwa Cina demi kepentingan ekonominya, memihak kepada penguasa Sudan yang telah membantai ratusan ribu manusia di Darfur, bahwa Cina dan Russia menyokong diktatur militer fasis di Birma, seraya mencekik leher Aung San Suu Kyi, wanita pemegang hadiah Nobel untuk Perdamaian yang selama 18 tahun ini masuk penjara keluar penjara, dipenjarakan oleh trio dikmilfas Than Shwe, Hu Jin Tao, Wladimir Putin. Fakta-fakta seperti itu menyebabkan banyak sekali orang, a.l. ilmuwan-ilmuwan sosial, berbalik pendapat: asal memihak globalisasi, menjadi penentangnya yang sengit. Dunia apa itu, sekelompok miliarder mampus karena kekenyangan, di tengah-tengah samudera manusia yang mati karena kelaparan?

Globalisasi di Indonesia

Dalam "Siapa bilang Indonesia miskin" (10.01.07), Imam Cahyono menulis: 1. Indonesia adalah salah satu negara termiskin: 100 juta jiwa (versi Bank Dunia), 2. majalah AS "Forbes Asia" menulis: 40 orang super kaya Indonesia, kekayaannya 22,7 miliar dollar AS (Rp 200 triliun), 3. Di Singapur ada 16.000 orang WNI yang tinggal di sana dengan kekayaan 87 juta dollar AS. Belum lagi kekayaan di negeri-negeri lain, 4. Dulu Indonesia dikuras Belanda (dan Jepang), sekarang oleh negara-negara lain, 5. miliarder-miliarder itu masih mencari untung dengan mengeruk kekayaan Indonesia, 6. Indonesia merupakan pangsa pasar yang potensial bagi luar negeri, 7. Freeport, Exxon, Mobile Inco, menguasai sumber-sumber kekayaan alam: emas, nikel, gas, minyak bumi, 8. Pemodal asing mencengkeram bank-bank: Bank Central Asia, Bank Niaga, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Bumiputera dll., malah juga bank-bank kecil, 9. Di negeri-negeri asing, kepemilikan saham asing dibatasi dari 30% - 50%, di Indonesia hingga 99%, 10. Industri tele-komunikasi, ritel dll. juga digempur pemain asing, 11. AS adalah negara dedengkot kapitalisme.
 
Prof. Dr. Amien Rais telah dengan jitu merumuskan peran Globalisasi di Indonesia dalam menghilangkan kedaulatan Indonesia: 1. Kedaulatan ekonomi berupa penjajahan terselubung terhadap Indonesia oleh IMF, International Monetary Fund: deregulasi, privatisasi, mekanisme pasar. 2. Kedaulatan atas kekayaan alam: minyak / gas bumi, nonmigas dalam tangan asing habis dikuras oleh pihak asing. 3. Kedaulatan atas wilayah Indonesia: DCA (Defence Cooperative Agreement) dengan Singapura, penggadaian sebagian wilayah Indonesia kepada Singapura, suatu penghinaan terhadap bangsa: Singapura bersama negara-negara asing lainnya boleh mempergunakan sebagian wilayah Indonesia sebagai latihan peperangan. DCA merupakan "kebodohan yang tidak bisa diampuni" dan paling "menggetarkan perasaan anak bangsa". Dalam Sinar Harapan Amien Rais pernah menulis bahwa IMF dan Bank Dunia mengangkangi kedaulatan ekonomi Indonesia, 50% perbankan nasional sudah dimiliki bank asing. Pemerintah telah melacurkan politik luar negeri kita kepada negara superbody seperti Amerika Serikat. Pancasila hanya dihafal saja, tidak dipraktekkan.
 
Dalam film yang kesohor (Die Mörder sind unter uns, Pembunuh-pembunuh ada di tengah-tengah kita) diceritakan tentang orang-orang fasis di Jerman yang disangka sudah musna, padahal masih ada yang bebas berkeliaran dalam masyarakat. DCA memungkinkan timbulnya situasi semacam di Jerman itu. Dalam tulisannya tsb. Amien Rais tidak menulis satu pun nama orang. Honi soit qui mal y pense! (Sungguh jahat orang yang menaruh buruk sangka!). Pada akhir tulisan itu Rais menuliskan harapannya yang benar-benar tulus ikhlas: agar Soesilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla membawa Indonesia ke negara yang adil dan makmur.

Pancasila

Kelima Sila dari Pancasila ialah: 
 
1. Ketuhanan, yaitu persatuan antara semua agama
2. Kemanusiaan. yaitu persatuan antara yang beragama dengan yang tidak beragama
3. Kebangsaan, yaitu persatuan antar-bangsa
4. Kerakyatan, yaitu persatuan seluruh rakyat, bahwa di setiap negara, yang berkuasa 
penuh
5. Masyarakat yang adil dan makmur, yaitu persatuan cara, jalan yang ditempuh untuk
mencapai tujuan terwujudnya masyarakat itu.
 
Kelima Sila Pancasila itu, baik secara keseluruhan maupun satu demi satu, adalah persatuan kaum yang ditindas, yang hendak melenyapkan globalisasi. Kebalikannya, globalisasi ialah persatuan kaum penindas, yang ditujukan untuk memusnakan kaum yang ditindas. Pancasila Sejati bertolak dari pandangan, bahwa manusia adalah makhluk yang termulia. Atas dasar ini dosa yang terbesar ialah menindas sesama manusia, sumber dari semua kejahatan dan semua penderitaan manusia. Kebalikannya, Lima Sila Globalisasi bertolak dari pandangan, bahwa mayoritas manusia adalah makhluk yang rendah dan hina dan karena itu adalah layak bila mereka ditindas oleh suatu kelompok kecil: rakyat jelita memperbudak rakyat jelata.
 
Keterangan Ringkas Setiap Sila Pancasila
 
ad 1: Ketuhanan. Dalam menghadapi kejahanaman Globalisasi, adalah absurd, bila ada agama yang merasa super dan memandang rendah kepada agama-agama lain. Ini menyerupai "Chauvinisme agama" yang sama jahatnya seperti sikap "bangsaku adalah super". Penindasan tidak pilih bulu, ia terdapat pada yang bertuhan satu atau tiga, yang bertuhan kepada Triniti, kepada Tuhan Buddha dan nirwana, kepada arwah nenek moyang. Tetapi toh agama Islam memang agama super dalam arti yang positip dan baik. Pertama, ia adalah satu-satunya agama yang dengan begitu tegasnya dan konsekwennya menentang penindasan dalam kata (kutukan terhadap Firaun) maupun dalam fakta (Nabi berperang). Kedua, karena Islamlah yang (mungkin) satu-satunya agama yang mengatakan: "Dalam agama tidak ada paksaan". Ajaran yang luhur dan mulia ini barangkali tidak terdapat dalam agama lain. Mungkin kedua ajaran tsb. merupakan sebab utama, kenapa Islam adalah agama yang paling cepat meluas di dunia dewasa ini.
 
ad 2: Kemanusiaan. Ada dua kategori umat manusia: 1). yang percaya akan adanya Tuhan dan 2). yang tidak percaya Tuhan itu ada, ateisme. Kedua kategori manusia itu menderita di bawah satu nasib; ditindas oleh sesama manusia. Adakah yang lebih logis daripada keharusan kerjasama antara kedua golongan besar itu dalam melawan kaum penindas? Seorang ateis adalah manusia juga, makhluk yang teringgi, sedangkan seorang Muslim / Kristen yang menistakan sesamanya, siapakah di antara kedua itu yang layak dicap sebagai "kafir"? Alangkah baiknya bila MUI mengeluarkan fatwa tentang hal ini. Betapapun, (tidak) dapat dibayangkan dahsyatnya malapetaka, bila terjadi perang antara kedua kategori itu: 4,5 milyar yang beragama memerangi 1,5 milyar ateis. Dan pula (tidak) dapat dibayangkan betapa cepat lenyapnya penindasan, bila kedua golongan manusia itu merupakan kawan seperjuangan (comrades-in-arms).
 
ad 3: Kebangsaan. "Tuhan menciptakan bangsa-bangsa agar saling mengenal masing-masing". Di sini tersimpul makna, bahwa antara bangsa-bangsa, berkat saling kenal itu, harus terdapat damai, rukun dan kerjasama. Dan bukannya untuk sampai kepada kesimpulan Chauvinisme: "Bangsaku ini ternyata super, bangsa-bangsa lain adalah tidak beradab, malah biadab. Dus kita berhak menjajah mereka". "Kita harus mengirimkan ke sana putera-putera kita yang terbaik untuk menangkap manusia yang dungu yang setengah kanak-kanak dan setengah setan (sajak Rudyard Kipling: Beban Orang Kulit Putih, The White Man's Burden)". Sugesti diri yang "paling beradab" itu ternyata justru bermuara kepada kebiadaban tanpa batas: kolonialisme, imperialisme, Hitlerisme, Tojoisme, Suhartoisme, Hirohitoisme.
 
ad 4: Kerakyatan atau Demokrasi. Demokrasi (demo = rakyat, krasi = memerintah) berarti bahwa di dalam negeri yang memonopoli kekuasaan ialah rakyat dan bukan dicengkeram oleh suatu kelompok elit kekuasaan. Di AS, baik 500 kursi parlemen maupun kursi menteri, tidak ada satu pun yang diduduki oleh buruh kecil, penyemir sepatu, prajurit krocokan, pengantar koran dsb. yang mewakili golongan-golongan masing-masing. Semua kursi diduduki oleh "rakyat jelita", bukan oleh rakyat jelata. Setelah mencengkeram kekuasaan, dengan leluasa mereka mencengkeram pula seluruh kekayaan rakyat, negara dan alam. Dalam demokrasi rakyat, rakyatlah yang 100% berkuasa, menguasai segala kekayaan, tapi tanpa jatuh kepada prinsip samarata dalam arti samamiskin. Sungguh mengejutkan, bahwa tanggal 12 â€" 14 November 2007 akan diselenggarakan upacara pemberian "Medali Demokrasi" oleh Asia Pacific Association of Political Consultants (APAPC) kepada Presiden Indonesia, yang juga dihadiri oleh Robert W. Murdoch, wakil ketua APAPC (Siapa sih yang tak kenal akan nama Murdoch?). Upacara itu memberi kesempatan yang bagus bagi Pemerintah RI untuk revans, membalas dendam terhadap "peristiwa celana pendek" (baca selanjutnya): Semua hadirin upacara tsb. seharusnyalah bercelana pendek. Kekecualian tentunya Presiden RI. Kalau tidak, itu akan sedikit memerosotkan gengsi beliau, bukan memerosotkan celana-celana pendek. Rakyat yang amat sakit hati justru akan berjingkrak ramai, andaikata yang merosot itu celana-celana pendek, gengsi Presiden RI tak boleh dimerosotkan.
 
ad 5: Kesatuan cara/jalan. Yang merupakan masalah utama bukanlah masyarakat yang adil/makmur itu sendiri, melainkan jalan mana yang harus ditempuh untuk mewujudkannya. Ringkasnya: jalan itu harus diarahkan kepada tujuan demokrasi kerakyatan, demokrasi terpimpin, yaitu dari demokrasi elit menjadi demokrasi rakyat. Hanya dengan demikian pula dilaksanakan ekonomi terpimpin, yaitu ekonomi yang dicengkeram oleh elit menjadi ekonomi yang 100% dikuasai oleh rakyat. Yaitu masyarakat yang makmur dan adil dalam distribusi kekayaan. Hanya dengan demikian pula kultur yang dekaden, membusuk, menjadi kultur yang dipimpin ke arah kultur yang sehat dan segar bugar. Kultur yang didasarkan "saling cengkeram" menjadi kultur yang layak bagi manusia sebagai makhluk Tuhan yang termulia. Jadi yang memimpin bukan si Polan / Badu, melainkan prinsip: Prinsip kultur Manusia adalah Makhluk Tertinggi, lawan kultur Manusia adalah Srigala. Demokrasi, Ekonomi, Kultur, semua dipimpin oleh prinsip, bukan oleh individu, demikian wasiat para leluhur pendiri NKRI.
Lima Rukun Islam
Yang juga menyebabkan agama Islam mempunyai kelebihan ketimbang agama lain ialah kewajiban setiap Muslim untuk menunaikan Lima Rukun Isalm. Upacara atau ritual itu terutama ditujukan kepada memperkuat jiwa dan karakter setiap Muslim secara perseorangan. Ibarat melatih setiap orang, individu, agar menadi seorang pejuang, “prajurit Islam”. Sedangkan Pancasila bukan membina orang, melainkan membina masyarakat yang diperjuangkan oleh setiap Muslim. Lima Rukun Islam adalah salah satu bidang, dimensi, dari mata uang logam, Pancasila adalah bidangnya yang lain. Keduanya dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Adanya “wajib latih” (“Wala”) dalam agama Islam itu adalah unik, tak ada yang semacam itu dalam agama-agama lain, sama uniknya seperti ketiadaan paksaan beragama dan uniknya anggapan, bahwa manusia adalah makhluk yang termulia. Penganut Pancasila bukanlah hanya kaum Muslim, melainkan seluruh umat manusia yang tertindas, yang tak pernah melakukan Lima Rukun Islam.
 
Kelima Rukun Islam itu ringkasnya ialah:
 
1. Mengakui kebenaran Kalimat Syahadat
2. Sholat
3. Berpuasa
4. Zakat
5. Ibadah Haji
 
ad 1: Kalimat Syahadat: Tiada tuhan melainkan Tuhan dan Muhamad adalah RasulNya.
Percaya kepada kebenaran kalimat Syahadat bukan hanya berarti percaya bahwa Tuhan itu Maha Esa, melainkan di atas segala-galanya kepada firmanNya. Berhalapun oleh pengikutnya dianggap “tuhan“, tapi ia tuhan yang bisu dan tak berguna apapun bagi manusia. Percaya kepada adanya Tuhan tanpa mengetahui firman-firmanNya, adalah semacam “berhalaisme“. Firman-firmanNya itu adalah: Pertama: pembasmian penindasan. Ini dinyatakan dalam Al Quran, yang banyak memuat ayat tentang tema itu. Malah ada 80 kutukan terhadap Firaun, lambang kaum penindas. Di sisi itu Tuhan telah menitahkan kepada Nabi Muhamad SAW untuk melawan dan mengalahkan kaum penindas. Titah itu dituruti Nabi dalam perang 20 tahun. Nurcholish Majid mengatakan, bahwa Muhamad termasuk tiga “Nabi Berperang“ dalam sejarah. Menurut Muzadi ("Islam dan Persaudaraan Universal", 12.10.07), menurut agama Islam, perang harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1. harus defensif, membela diri, jangan ofensif, menyerang 2. harus semata-mata ditujukan kepada perdamaian (Si vis pacem, para bellum, kalau mau damai, siaga untuk berperang) 3. tidak ekseksip, keterlaluan 4. tidak destruktip, menghancurkan 5. didasarkan HAM, yaitu tidak menganiaya orang sipil, anak-anak, perempuan, orang tua dan tawanan perang diperlakukan sesuai dengan HAM. 6. tidak merusak lingkungan alam, fasilitas umum, simbol-simbol agama (gereja, sinagoga dsb.) 7. tidak membunuh hewan. Sepatutnyalah syarat-syarat itu ditambahkan kepada piagam PBB, karena sifatnya yang universal itu. Kedua: Di samping tugas di atas, ada fungsi konstruktip: Nabi Muhamad diwajibkan mendirikan masyarakat yang sekarang sering dinamakan “masyarakat Madani“. Menurut ilmuwan-ilmuwan, masyarakat Madani itu mengandung unsur-unsur dasar Pancasila, walaupun masih redimenter (belum berkembang) dan masih ada pada proses “sedang lahir“ (in statu nascendi). A.l. dalam Piagam Madinah dikatakan, bahwa musuh yang sudah takluk, tetap merasa aman dan nyaman, gereja dan sinagoga boleh menyelenggarakan peribadahan tanpa ketakutan. Sebaiknyalah bila semua yang disebut di atas itu ditambahkan kepada Piagam PBB dan semua UUD di dunia.
 
ad 2: Sholat. Ada dua fungsi sholat, sembahyang: Pertama mengingatkan kepada Kalimat Syahadat beserta maknanya. Kedua: memohon kekuatan Ilahi untuk perjuangan melawan penindasan, di samping memohon kesejahteraan pribadi.
 
ad 3: Puasa. Fungsinya ialah menanamkan empati (turut merasakan penderitaan) kaum yang lapar, yang tertindas dan empati terhadap segala jenis/bentuk penderitaannya.
 
ad 4: Zakat, yaitu pemberian sedekah pada hari Idhul Fitri kepada kaum yang miskin yang berasaskan filantropi (fil = cinta, antropos = manusia). Berpuasa menanamkan sekedar empati rasa turut menderita kaum miskin. Ini dilengkapi dengan perbuatan, yaitu menolong dengan kongkrit secara material: beras, pakaian, uang. Kaum miskin dengan sendirinya dibebaskan dari memberi zakat. Ini mengandung pengakuan, bahwa dalam masyarakat ada kategori kaum miskin di amping kategori kaum kaya. Pemberian zakat termasuk ”Wajib Latih”, adalah ajaran Islam yang penting. Akan tetapi puluhan ribu filantrop, mustahil melenyapkan kelaparan bagi seluruh negara, negaralah yang seharusnya menjadi ”filantrop”. Ini berarti, bahwa Negara yang bertanggungjawab, selama masih ada yang kelaparan, meskipun hanya seorang. Kewajiban Negara sebagai ”filantrop” ini dinyatakan dalam Sila ke lima Pancasila: Negara harus membina masyarakat yang adil dan makmur. Suatu Negara berhak menyebut diri sebagai negeri Islam, terutama sekali bila di dalamnya tidak terdapat kelaparan. Ini adalah salah satu syarat di samping syarat-syarat lain bagi penyebutan negara islami. Menurut para ilmuwan, hingga dewasa ini tidak ada negara yang formalnya menyebut diri ”Negara Islam”, yang memang islami. Berarti semua ”Negara Islam” hingga kini sebenarnya tidak ada yang islami. Pada beberapa ”Negara Islam” dewasa ini malah terdapat kondisi-kondisi yang sungguh anti-islami, a.l. Pakistan, Emirat-emirat, Arab Saudi (yang berarti Arabia milik keluarga Saudi).
 
Ad 5:Ibadah Haji. Fungsi utama ibadah haji ialah membina persatuan antara semua Muslim di dunia. Setiap persatuan mempunyai tujuan. Kaum mafia bersatu dengan tujuan yang jahat, yang kriminal. Kaum Muslim bersatu dengan tujuan pembentukan masyarakat yang adil dan makmur, jadi Sila ke lima dari Pancasila. Hanya Pancasila yang mampu mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Tujuannya bukan turisme, bukan sekedar bersilaturahmi saling kenal secara pribadi: ”Kita saling mencintai karena sama-sama Islam. Nanti kita saling kirim surat pada hari Idul Fitri, ya”.
 
Ada minoritas kecil kaum Islam yang berpendapat: ”Aku berzikir, aku sembahyang, aku berpuasa, aku memberi zakat, aku sudah beribadah haji, semua upacara atau ritual itu kupenuhi. Dus aku ini seorang Muslim.” Padahal ia belum Muslim bila ia tidak memahami makna setiap ritual itu, bila dia hanya terfokus, kepada segi upacara tanpa makna, ritual tanpa isi itu. Sikap jiwa demikian bisa dinamakan ”ritualisme”, ”upacaraisme(?)”. Ritualisme bisa mengambil bentuk-bentuk yang ekstrim sehingga menjadi absurd, bertentangan dengan akal sehat: ”Aku Muslim karena tidak makan babi, tidak minum alkohol. Aku Muslim karena aku (maaf!) dikhitan". Ritualisme yang absurd dan vulgar/murahan semacam itu bisa dianggap sebagai pejoratip, merendahkan, bagi umat Islam.
 
Ritualisme mencolok mata sekali dalam soal ibadah haji. Minoritas yang sangat kecil di kalangan haji, seakan merupakan nila setitik dalam susu sebelanga. Minoritas dua persen itu bisa merusak nama seluruh golongan kaum haji. Tujuan ibadah haji sebenarnya ialah membina persatuan kaum Muslim sedunia dalam menentang penindasan manusia oleh manusia. Oleh minoritas yang keblinger tsb tadi, tujuan yang luhur itu samasekali tidak digubris. Mereka ke Mekkah hanya supaya pertama naik status sosial mereka di mata masyarakat sebagai Muslim teladan, dan kedua supaya akseptabel, dapat diterima, oleh Tuhan untuk masuk surga. Jadi tujuannya ialah: surga di dunia dan surga di akhirat. Ritual ibadah haji dengan demikian adalah ibarat membeli tiket masuk surga. Sebagian dari minoritas itu malahan ada yang membiayai ibadah haji dengan jalan korupsi, pemerasan dll. kejahatan. Uang korupsi untuk biaya ibadah haji, ini berarti melakukan kejahatan untuk membeli tiket ke surga, sungguh munafik. Untunglah semuanya itu belum mencapai tingkat sistem surat keterangan, sertifikat bebas dosa yang dalam abad-abad pertengahan dilakukan oleh gereja katolik. Sertifikat itu dijual kepada kaum berada, supaya dengan ”tiket” itu pintu surga dibuka oleh para penjaga baginya. Penjaga pintu itu ialah pastor-pastor dan petinggi-petinggi gereja lainnya. Dengan hasil penjualan ”tiket” itu mereka berpesta-ria: Wein, Weib und Gesang (anggur, cewek dan musik). Sistem sertifikat seperti itu tidak terdapat di Indonesia, calon haji bisa melakukan ibadahnya tanpa biaya ekstra selain biaya tiket. Kementerian Agama bukanlah kementerian pencoleng kocek calon haji.
 
5 Rukun Islam (RI) + 5 Sila Pancasila (PS) = 10 Firman Tuhan (FS)
 
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhlukNya yang tertinggi. Tersirat di dalamnya, bahwa sebagai makhluk yang tertinggi, manusia diberiNya kemampuan untuk menemukan pedoman hidup sekulernya, hidup di dunia ini.Atas dasar ini, pedoman sekuler yang lahir di bumi Indonesia itu adalah legitim (syah-syah saja) bila dianggap sebagai Firman Tuhan yang direstuiNya. Dengan demikian maka Firman Tuhan terdiri atas 5 Rukun Islam + 5 Sila Pancasila = 10 Firman Tuhan, 10 FS. 5PS dan 5RI adalah dua bidang dari mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan, tetapi bisa diperbeda-bedakan. Di atas telah dicoba diberi uraian tentang 10 FT itu, yang selain serupa dengan uraian-uraian tradisional, juga berbeda, bahkan bertentangan dengannya. Perbedaan yang paling besar ialah, bahwa dalam uraian yang tradisional, uraian Pancasila seakan secara dibuat-buat (artificial) dipisahkan dari uraian tentang 5 Rukun Islam, sehingga tidak terdapat pandangan yang menyeluruh serta komprehensip, ”ikhtisari”, melainkan pandangan itu bersifat dikotomis, malah dwikutub, bipolar. Kenyataannya ialah bahwa 10 FT adalah satu ”sesuatu” (entity) dengan dua seginya yang saling lengkapi (komplementer): 5RI + 5PS.
 
KH A. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU, dalam artikel JIL 12.10.07 menulis, bahwa menurut KH Achmad Siddiq Rais Aam PBNU era 1980an, ada 3 macam persaudaraan (ukhuwah): Pertama ukhuwah Islamiah, yaitu keagamaan dalam skala lokal / nasional / internasional. Kedua ukhuwah wathariah yang berdasarkan kebangsaan. Ketiga ukhuwah basyariah yang berdasarkan kemanusiaan. Keempat ukhuwah itu meliputi orang ateis. Jelas sekali bahwa keempat ukhuwah tsb. adalah pendant (serupa, sejalan) dengan lima Sila Pancasila (malah keduanya identik). Dan pendapat ini memperkuat pendapat, bahwa Pancasila adalah Firman Tuhan juga. Jadi ia membenarkan juga adanya Sepuluh Firman Tuhan tsb. di atas. Tetapi antara Sepuluh Firman Tuhan menurut Islam dan Sepuluh Titah (The Ten Commandments) menurut Kristen /Yahudi terdapat perbedaan-perbedaan / pertentangan-pertentangan yang besar (seakan ada "tiga Tuhan"). Lagi pula, menurut Lembaga Survei Indonesia Oktober 2006, Pancasila didukung oleh 95% rakyat. Suara Rakyat adalah Suara Tuhan, Vox Populi Vox Dei. Jadi Pancasila ialah Suara Tuhan. Ini memperkuat alasan, mengapa Pancasila harus diyakini sebagai Firman Tuhan. Dengan demikian, maka bagi seorang Muslim patuh kepada Sepuluh Firman Tuhan:

Sepuluh Firman Tuhan

1. Kesaksian akan benarnya Kalimat Syahadat
2. Sholat
3. Puasa
4. Zakat / Fitrah
5. Ibadah Haji
6. Persatuan antar Agama
7. Persatuan antar Umat Manusia
8. Persatuan antar Bangsa
9. Persatuan Rakyat
10. Persatuan Tujuan: Masyarakat adil / makmur
 
Bagi Non-Muslim, termasuk kaum ateis, hanya berlaku Firman ke 6 sampai 10.
FRONT PANCASILA = REAKSI TERHADAP SEPARATISME DAN GLOBALISASI
Separatisme sebagai fokus Front Pancasila
Separatisme. Banyak orang yang mengalami kejutan (shock) yang besar bila membaca esei cemerlang yang ditulis oleh Zaenal Ma'arif, mantan Wakil Ketua DPR (Republika online 26.09.07). Beberapa hal mencolok mata dalam karangan yang berani blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Kutipan-kutipan dari tulisan Zaenal Ma’arif: 1. Seharusnya pemerintahan Presiden SBY sudah mampu membaca skenario AS untuk menghancurkan NKRI. 2. Amerika Serikat merasa menjadi polisi dunia dan berlaku sewenang-wenang terhadap negara-negara lain. 3. Rakyat Afghanistan dan Irak menderita akibat keangkaraan rezim Presiden Gorge W. Bush. 4. NKRI akan dihancurkan secara diam-diam melalui ”silent operation” dengan membantu gerakan separatis Aceh, Papua, Maluku, Riau.
5. Intervensi asing terutama dilakukan oleh AS dan Australia. 6. Seharusnya aparat intelijen BIN, BIA dll sudah sejak dini memperhitungkan semuanya itu. 7. Tetapi mereka, TNI dan Polri memusatkan diri pada perlawanan memusnakan terorisme, perlawanan yang di bantu oleh AS dan Australia dengan dana jutaan dolar. 8. NGO, (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang dibantu oleh donatur Barat, secara diam-diam membantu gerakan separatisme.
 
Semua yang ditulis itu bukanlah retorik kosong, melainkan disertai fakta-fakta. A.l. bahwa pada awal Revolusi 17 Agustus, "agen AS sudah terlalu dalam dan lama beroperasi di Indonesia". Yang dimaksud penulis tentulah Sutan Syahrir yang tahun 1946 di gedung Taman Siswa di Jln. Matraman, Jakarta, menyerukan: "Indonesia berdasarkan geopolitisnya harus berada dalam wilayah pengaruh AS." Dengan demikian Syahrir merupakan tokoh pertama yang menggiring Indonesia kepada blok imperialisme. Ada juga tulisan Zaenal, yaitu bahwa si Eni Paleomavarga, utusan Bush, sebagai tokoh top diplomat, dengan memakai celana pendek, diterima oleh Presiden SBY di istana negara. Seharusnyalah Presiden SBY membalas dengan mengirimkan top diplomatnya (asal jangan Hasan Wirayuda) ke Presiden Bush dengan juga memakai celana pendek, tanpa kemeja , berdasi tok.
 
Untuk menghadapi skenario AS untuk “menghancurkan NKRI” itu, yang sudah begitu gawatnya, KH Hasyim Muzadi (NU) dengan tegas telah memproklamasikan “Front Pancasila”. Pengumuman tsb. seharusnya saat ini juga disertai tindakan-tindakan yang kongkrit: mengerahkan seluruh rakyat menghadapi ancaman separatisme itu, khususnya badan-badan intelijen BIN, BIA dan Tentara serta Polisi. Jangan sampai lengah karena terselewengkan oleh soal terorisme. Besar kemungkinan, bahwa terorisme itu malahan justru direkayasakan oleh AS dan Australia sendiri, yaitu sebagai suatu “manuver, penyelewengan” dari separatisme: “Hancurkanlah terorisme, bukan separatisme. Separatisme bukan musuhmu. Musuhmu ialah terorisme". Adalah sesuatu yang bisa fatal bila orang menganggap enteng kepada kejenialan Bush. Kejenialan itu dibuktikannya juga dengan peristiwa 11.9.01, pemboman gedung World Trade Center: Yang membom Bush, yang dituduh teror, Islam. Dengan alasan ini pula Bush membunuh rakyat Irak dan Afghanistan (dan tak lama lagi Iran) atas tuduhan melakukan teror. Kesimpulan: Adalah mutlak bagi dua mainstream, yaitu kaum agama dan nasional, untuk segera mendesakpaksa Presiden SBY agar sekarang ini juga mulai melawan gerakan separatisme dengan tindakan-tindakan yang kongkrit. Dengan desakpaksa tsb. Front Pancasila bukan sekedar slogan retorik, melainkan pasti menjadi kekuatan kongkrit yang telah meninggalkan taraf omong-omong dan masuk taraf operasional, taraf tindakan.
 
Globalisasi sebagai Fokus Front Pancasila
 
Globalisasi dengan Lima Sila tsb. terdahulu, jelas merupakan fokus yang sama penting seperti separatisme. Sebab antara kedua itu bukan hanya terdapat antarrelasi melainkan juga antaraksi, yang satu memperkuat yang lain. Oleh jeni semacam Bush, antaraksi itu bukan hanya transparan, tembuslihat, melainkan juga mudah dapat dipraktekkan. Yang ditugaskannya untuk mempraktekkannya ialah Cameron R. Hume, Dubes AS yang baru. Hume menjadi "trouble shooter", "pembasmi hama". "Hama" di sini dalam arti musuh yang menentang kepentingan AS. Dalam pidatonya yang pertama di Indonesia, Hume menguraikan strategi AS untuk membasmi hama, yaitu dalam rangka "menghancurkan NKRI" (istilah Zaenal). 1. Ia memuji upaya Indonesia karena "keikutsertaannya dalam Pertemuan Negara-negara Ekonomi Utama 8N (18N), juga sebagai tuanrumah Konperensi ke-13 (COP ke-13 UNF CCC) di Bali Desember yad." Bila Pemerintah RI "masuk perangkap" (istilah Amien Rais) pujian itu, maka Bush memperoleh tumpuan yang terkokoh, tumpuan politis. 2. Tumpuan kedua yang kokoh ialah tumpuan militer, yang telah dibicarakan antara Presiden RI dan Presiden AS di bawah 4 mata / 4 telinga di Sidney waktu KTT APEC Oktober 2007. Dalam rendez-vous di Sidney itu, dari mulut Bush terlontar (atau dilontarkan?) kata-kata yang pokoknya ialah antara AS dan NKRI harus diadakan "peningkatan pengiriman tentara dari Indonesia ke AS untuk dilatih". Kerjasama itu diperinci dalam DCA dengan Singapura, ujung barat. Di ujung RI yang satu untuk membantu GAM, dibantu oleh DCA (Defence Cooperation Agreement) dengan Singapur. Dan di ujung lain, ujung timur, dengan mitra AS, yaitu Australia, pemilik Papua Timur, yang geografis (dan etnis) merupakan kesatuan yang memudahkan pemasokan senjata / serdadu untuk membantu OPM. Dalam rangka proyek penghancuran NKRI itu, Bush sebagai panglima tertinggi "Heimliche Weltregierung" (Penguasa Dunia di Belakang Layar), dengan sendirinya cucitangan: "Itu kan soal dalam negeri Indonesia, aku ini sahabat Indonesia, lho". Argumen "lho" itu diperkuat oleh ucapan-ucapan Cameron dalam pidatonya. 3. "sektor swasta dan LSM akan mengikuti KTT di Bali itu". Yang dimaksud dengan "swasta" bukanlah penjual sate atau pedagang pecel, melainkan Lapindo dan lain-lain miliarder, yang a.l. bertanggungjawab atas "Lumpur Sidoarjo", umumnya bertanggungjawab atas kemelaratan rakyat yang diperas habis oleh mereka. Yang dimaksud dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ialah puluhan ribu ormas, NGO (Non-governmental Organisation) yang pada dasarnya semua penentang globalisasi. "No problem," kata Bush, lalau dibelinya mentah-mentah sejumlah NGO-NGO yang ditugaskan untuk mencegah / menumpas kegiatan-kegiatan patriotis anti-globalisasi itu, a.l. melalui demo-demo dalam kaitan dengan KTT Bali. 4. Negara-negara yang ekonominya kuat dan negara yang sedang berkembang. Inilah yang menurut Cameron yang merupakan dikotomi, dwibagi, di dunia. Negara yang sedang berkembang, dengan sendirinya berkembang menjadi negara-negara ekonomi kuat. Sedangkan pihak yang anti-globalisasi berpendapat, bahwa dunia ini di belah dua: kaum penindas dan kaum yang ditindas, dua kekuatan yang tak dapat dirukunkan. Kepalsuan pendapat Cameron/Bush dan kebenaran pendapat kekuatan anti-globalisasi, dibuktikan dengan jelas oleh terealisasinya Lima Sila globalisasi yang sudah lama sekali diramalkan ilmu-ilmu pengetahuan dan rakyat-rakyat sedunia. 5. Taktik Ganti Jubah, PDBL berjubah PBB. Konperensi Tingkat
 
Tinggi 18N di BAli itu nanti digelar atas nama Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP ke-13 UNFCC). Jadi atas nama PBB dan bukan atas nama PDBL (Pemerintah Dunia di Belakang Layar, Heimliche Weltregierung). Seakan yang telah dan sedang memanaskan planit itu adalah seluruh umat manusia, bukan melulu 18N. Jadi salah sekali memusuhi 18N. Kenapa 18N itu bisa menyusup dalam jubah PBB, itu pasti diketahui oleh Deplu RI. Demikian juga Deplu tentunya mengetahui tentang taktik ganti jubah yang mengelabui mata dunia itu. Kata mulut usil: Deplu layak juga mengetahui, kenapa PBB "menunjuk" Indonesia sebagai tuanrumah KTT. Indonesia adalah negara yang berdaulat, bukan Republik Pisang (Banana republic), baik Republik Pisang GAM, Papua atau Republik Pisang Ambon. Kata "menunjuk" itu menyiratkan adanya hubungan Tuan-bawahan à la "Suara Tuannya" (His Master's Voice). Honi soit qui mal y pense! Di atas segala-galanya, yang berdosa ialah AS. Sudah sejak awal, yaitu tahun 1985, AS menolak mentah-mentah Protokol Montreal tentang pengurangan emisi CO2 Gas Rumah Kaca (GRK). Selanjutnya dalam setiap KTT tentang hal itu, AS setiap kali menjadi negara pembangkang: Rio de Janeiro (1992), Kyoto (1997). KTT yang akan datang, yaitu yang ke-13, akan diadakan
3 â€" 14 Desember 2007 di Bali. Ia akan dikunjungi oleh 10.000 peserta dari 189 negara dan 2000 wartawan. Di Jerman, tahun ini (2007) pagar besi yang menyelamatkan Bush tingginya 2,20 meter, di Sidney 2,50 meter dan di Bali (kalau Bush berani datang) mungkin pasti 3 meter. Menurut Republika Online pagar besi di Sidney itu pintu masuknya digamblok dan dirantai, jalan banyak yang ditutup. 6. Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menolak mengutuk dikmilfas di Birma. Dengan demikian Indonesia bisa dianggap sebagai perusak kesetiakawanan ASEAN. Qui bono? Ini menguntungkan Bush dalam kasak-kusuknya di Indonesia dalam separatisme.

Agenda Pokok: Memperluas NEFO baru

Perlawanan terhadap globalisasi oleh Heimliche Weltregierung yang kekuatannya begitu gigantis (seperti raksasa) itu, tidak cukup oleh satu negara saja. Melainkan ia harus dilakukan secara bersama, kolektip, oleh sejumlah negara. Dan ini telah terjadi di benua Amerika Latin yang diprakarsai oleh Hugo Chavez, Venezuela. Di sana sejak beberapa tahun ini sudah bermunculan tokoh-tokoh / negara-negara yang melawan AS, karena AS telah puluhan tahun meluaskan kelaparan, pengangguran, penyakit dsb. Untuk menahan rasa lapar, hampir 100 juta orang setiap hari harus mengunyah daun kola. Negara-negara / tokoh-tokoh yang bermunculan baru itu, dewasa ini sudah meluas jumlahnya: Amos Morales (Bolivia), Daniel Ortega (Nikaragua), Rafael Correra (Equador), Fernando Lugo (Paraguay) dan jangan lupa Maradona (Argentina). Di AS sendiri malahan Madonna telah membuat Anti-Bush Album ("American Life") yang laku sebagai goreng pisang. Kekuatan yang muncul baru itu boleh kita namakan New Emerging Forces (kekuatan-kekuatan yang muncul baru) atau NEFO. NEFO telah membuktikan kehebatan dayatempurnya di benua Amerika Latin. Logis, bahwa ia harus menjadi agenda pokok bagi kekuatan anti-globalisasi, yaitu meluaskan dan mengokohkannya di dunia, bukan hanya terbatas di Amerika Latin. Di Russia Putih (Lukasyenko), Mahmud Ahmadinejad (Iran) telah masuk kubu NEFO itu. Demikian juga Aung San Suu Kyi (Birma), tokoh anti fasis yang hampir tak ada taranya itu, dapat diharapkan akan masuk NEFO. Kalau ini terjadi, NEFO seakan mendadak diperkuat dengan satu divisi yang dayatempurnya sangat besar.Indonesia dengan sendirinya memihak NEFO, paling tidak tiga tokoh: Megawati (nasionalisme), Amien Rais (Islam) dan
Muzadi (NU), tiga tokoh yang selalu membuktikan kemampuan dan keandalannya pada rakyat. Bertolak dari adanya Konfrontasi Mega/Chavez melawan Bush/Merkel itu memungkinkan orang dapat memahami dunia dewasa ini. Titik tolak lain pun mungkin: Chavez lawan Bush, Fernando Lugo lawan Benedikt. Titik tolak-titik tolak ini pun dapat merupakan kunci yang membuat kita dapat memahami dunia.

STRATEGI BUSH: MENDISORIENTASIKAN UMAT MANUSIA

Indonesia, tempat lahirnya NEFO Pertama
 
Indonesia ialah tempat lahirnya Pancasila dan NEFO, dua gagasan yang oleh sementara ilmuwan disebut gagasan yang paling jenial sesudah gagasan tentang Kelima Syahadat.
NEFO adalah anak kandung, pewujudan kongkrit, dari Pancasila; Front Pancasila adalah Frontnya NEFO. NEFO terletak pada dimensi operasional, tindakan, sedangkan Pancasila masih terletak pada dimensi ideologi. Tetapi kaum imperialis tidak kurang jenialnya: mereka menyadari bahwa selama sejarah dunia, baru NEFOlah yang merupakan bahaya yang benar-benar mengancam kelanjutan sistem kemasyarakatan mereka, yaitu sistem yang bersendikan prinsip "manusia adalah srigala bagi sesamanya". Lalu tahun 1950an, Dubes AS di Indonesia, Marshall Green, trouble shooter, menciptakan strategi besar, "Grand Strategy". Gerakan ini kemudian oleh satu harian Australia disebut "triade McNamara-Suharto-Soemitro". Triade inilah yang dalam peristiwa "G30S" atau "Gestapu" menimbulkan satu dari 6 drama terbesar dalam sejarah umat manusia. Bila bencana G30S dengan sejuta korban itu ditambah dengan malapetaka urbanisasi puluhan juta orang akibat revolusi hijau, ditambah pula dengan tanam paksa, transmigrasi dan perampasan tanah milik yang luasnya kurang dari setengah hektar serta ditambah keterlantaran para "ex-tapol", maka pasti malapetaka rekayasa Suharto itu secara keseluruhannya, mengakibatkan malapetaka yang terbesar dalam sejarah dunia, suatu these yang tidak berlebih-lebihan. Dengan demikian hancurluluhlah gagasan NEFO yang baru terdiri atas beberapa negara itu, bersama dengan kehancuran penggagasnya, hancurlah ideologi bersama dengan ideolognya. Pancasila pun telah diludahi oleh Suharto, ketika ia berseru: "Siapa yang menentang aku, menentang Pancasila". Dan baru pada awal milenium ke-20 ini lahir "NEFO BARU" sebagai inkarnasi NEFO LAMA yang menjadi pengilham NEFO BARU. Sic transit gloria mundi! Demikianlah lenyapnya kejayaan dunia!. Tetapi dunia baru yang lebih jaya sedang dilahirkan: dunia Chavez, Ahmadinejad, Megawati, Aung San Suu Kyi, Benazir. Untuk dapat memahami dunia, kita harus bertitik tolak dari perumusan ini. Perumusan ini adalah persis yang "kebetulan" terkandung dalam intisari ajaran pokok agama Islam, yaitu Kalimat Syahadat. Intisari Kalimat Syahadat itu ialah:
 
1. Di dunia ini ada penindasan manusia oleh manusia, biangkeladi dari semua
kejahatan.
 
2. Atas dasar itu, manusia harus melawan dan melenyapkannya serta harus 
menciptakan dunia baru yang bebas dari penindasan, yang adil dan makmur.
 
Kita hanya dapat memahami dan mengubah dunia, bila kita bertolak dari pandangan tsb., yaitu konfrontasi yang ditindas lawan yang menindas. Inilah pada dasarnya mengapa tokoh-tokoh Islam yang terkemuka di Indonesia, Mega, Muzadi, Rais yang memelopori perwujudan Kalimat Syahadat itu. Pancasila adalah ibarat jembatan pertama yang secara konsepsional menghubungkan Kalimat Syahadat dengan bumi. Dan NEFO merupakan jembatan kedua yang secara kongkrit yang menghubungkan Pancasila dengan bumi. Pejuang NEFO adalah Pejuang Pancasila. Dan Pancasila lahir dari Kalimat Syahadat.
Tanpa memahami dunia, orang pasti akan mengalami disorientasi, grogi, pusing kepala karena tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini, ke arah mana sejarah akan membawa umat manusia, ke dalam jurang penderitaan atau ke taman firdusi. Disorientasi ini disalahgunakan oleh Bush: Katanya yang menyebabkan penderitaan manusia bukanlah penindasan, seperti yang dirumuskan dalam Kalimat Syahadat tsb. di atas. Melainkan teror (yang dilakukan oleh Islam) yang dilawan oleh anti-teror (yaitu Bush). "Oleh karena itu marilah kita bersama melawan Islam, Islam hilang, kita senang". Jadi bagi Bush yang menentukan jalan sejarah bukanlah konfrontasi (atau antagonisme) Chavez lawan Bush, bukan konfrontasi NEFO lawan Globalisasi, melainkan konfrontasi anti-teror sebagai juruselamat dunia melawan teror sebagai perusak dunia. Dan Bush adalah satu-satunya kekuatan anti-teror, satu-satunya juruselamat. Ini sebaliknya sekali dengan tuduhan Amos Morales: Satu-satunya teroris di dunia ini ialah Bush. Banyak lagi konfrontasi isapan jempol Bush yang tujuannya ialah menyelewengkan perhatian dunia dari konfrontasi yang sebenarnya tsb. Yang terkenal di antaranya ialah 1. konfrontasi "Barat lawan Timur",
2. konfrontasi "Agama Kristen lawan Agama Islam", 3. konfrontasi antara "Islam lawan Barat", antara 4. "Dunia Pertama" dan "Dunia Ketiga", 5. konfrontasi AS lawan Iran, malahan 6. konfrontasi Sunnah lawan Syiah. Pokoknya konfrontasi siapa lawan siapa pun boleh dikarang-karang, asal dunia tetap butatuli terhadap konfrontasi yang sebenarnya: NEFO lawan Heimliche Weltregierung. Dusta-dusta Bush dkk. tsb. di atas ditambah dengan dusta Komisi Pemberi Hadiah Nobel: ia telah memberi hadiah Nobel bagi Perdamaian kepada PBB, yaitu kepada IPCC, salahsatu badannya. Hadiah itu diboncengkan kepada hadiah penerima yang sebenarnya, yaitu kepada Al Gore. Demikian nama PBB turut meroket tinggi, padahal PBB bukannya banyak jasanya, melainkan banyak dosanya dalam soal perdamaian. Terutama PBB selalu membiarkan diri menjadi jubah yang menyelubungi Heimliche Weltregierung. Al Gore sendiri, lepas dari soal-soal lainnya, memang telah sangat berjasa dalam membangkitkan / meluaskan peka krisis dunia terhadap akan timbulnya apokalipse (malapetaka yang mahadahsyat). Film kreasinya yang apodiktip itu telah menyadarkan dunia akan globalisasi dengan lima Silanya. Ramalan apokadiktip itu didasarkan kepada data-data ilmiah yang solid, tak dapat dipungkiri. Dengan sendirinya William G. Bush menentangnya, sebab pengurangan pemanasan suhu dunia, pasti akan mengurangi laba perindustrian AS yang begitu astronomisnya (60% dari pemanasan suhu dunia dilakukan oleh AS). (Catatan: Juga Karl Marx telah berdusta besar, meski tanpa niat jahat, malah mungkin sebaliknya. Katanya: Musuh umat manusia bukan imperialisme (penindasan) tok, melainkan juga agama dan nasionalisme. Ini berarti, bahwa segenggam
( 150 juta) komunis melawan 6 milyar umat manusia, ibarat "seorang diri melawan dunia", alone against the world. Dengan sendirinya "Kerajaan Lenin" itu hanya singkat sekali hidupnya di dunia ini, hanya 70 tahun. Kemudian ia hilang tak tentu rimbanya, meninggalkan suara tangisan nostalgik oleh segenggam bekas penganutnya).
Di antara isapan-isapan jempolkaki Bush itu ada yang mencolok mata karena absurdnya. Tetapi Bush toh berhasil juga menipu dunia, malah termasuk menipu kaum intelek. Mereka semua telah keblinger kena sihir "ilmuwan-ilmuwan besar" seperti Huntington, gurubesarnya Bush.
 
Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP) baru-baru ini mulai nampak pelan-pelan menggeliat-geliat dari tidurnya yang pules. Pejuang-pejuang NEFO menghimbau agar NAASP tidak terus-menerus menggeliat keenakan dalam ranjang bayinya. Melainkan akan lekas bangkit dan menanamkan peka krisis pada 107 negara AA asuhannya. Yaitu peka krisis terhadap amukan globalisasi dan semangat / tekat melawannya. Kalau tidak, bisa-bisa orang yakin, bahwa NAASP itu suatu rekayasa Bush: "NAASP adalah mitra, NEFO adalah musuh". NAASP harus berteladan kepada pendiri-pendiri (founding fathers) NEFO tahun 1960an, kepada Aung San Suu Kyi, ke Amerika Latin. Noblesse oblige!
 
DEMO BALI MEMBANGKITKAN PEKA KRISIS
 
Antara 3 â€" 14 Desember 2007 di Bali akan digelar Konperensi Tingkat tinggi PBB tentang perubahan iklim (COP ke-13 UNFCCC). KTT tsb. memberikan kesempatan yang benar-benar unik dan “super” (par excellence) untuk menyelenggarakan demonstrasi. Ia merupakan suatu tes, uji coba, yang pertama kali bagi Front Pancasila untuk menguji hak hidupnya, kekuatannya, dayatempurnya. Tujuan-tujuan utama Demo itu ialah:
 
1. Menanamkan kesadaran dan perasaan, bahwa dewasa ini seluruh dunia sedang berada dalam suatu krisis, situasi yang gawat. Dunia harus “peka krisis” (sense of crisis), yaitu merasakan sedang berada dalam situasi krisis. Adanya atau tidak adanya sense of crisis itulah yang menentukan akan berada atau tidak beradanya dunia dan umat manusia (to be or not to be). Peka krisis tsb. Dilahirkan oleh praksis globalisasi dengan kelima Silanya. KTT Bali adalah KTT Heimliche Weltregierung dan bukannya KTT PBB.
 
2. Khususnya, peka krisis itu harus ditanamkan kepada bangsa Indonesia yang sedang mengalami bahaya separatisme: to be or not to be sebagai bangsa dan negara. Antara globalisasi dengan separatisme terdapat interaksi. Ini menyebabkan perlawanan terhadap keduanya harus simultan , serempak, mungkin dengan penandasan kepada melawan separatisme.
 
3. Pemikir di belakang layar (auctor intellectualis) sekaligus pimpinannya ialah Bush. Sedangkan auctor intellectualis separatisme ialah Si Anu, yaitu hasil persekongkolan Memorandum Of Understanding (MoU) antara Si Anu (Indonesia) dan Martti Ahtisaari, waktu itu Presiden Finlandia. Dan Martti ini lalu menyerahkan mandate kepada si Tiga Kuat dalam Kesatuan Eropa. Yaitu Jerman, Inggris dan Perancis, yang untuk selanjutnya menangani soal Aceh. Atas dasar semuanya itu, “Demo Bali” harus diujungtombakkan kepada Bush sebagai lambang serta dedngkot globalisasi dan kepada Si Anu sebagai lambang dan dedengkot separatisme.
 
4. Demo Damai. Demo Bali itu harus identik dengan “Demo Damai”, untuk mendemonstrasikan kepada dunia, bahwa kita cinta damai, dan bukan cinta teror seperti yang dipropagandakan oleh Bush dkk. Demo tenang berarti Demo menang. Di atas telah dikatakan, bahwa di sinilah letak kemunafikan ucapan Dubes AS: “Kita harus mengikutsertakan LSM ke dalam KTT Bali.” Yang dimaksudnya ialah menyewa sejumlah LSM untuk menyusup ke dalam Demo itu dan memprovokasikan kekerasan dalam segala bentuk, malah termasuk terhadap para tamu. Yang dirusak namanya, didiskreditkan, bukan hanya keseluruhan LSM (NGO, Lembaga Swadaya Masyarakat), melainkan juga seluruh bangsa. Alat-alat negara harus dikerahkan untuk mencegah pengkhianatan LSM sewaan itu. Ini adalah tugas yang sama mendesaknya (crash-programm) dengan melawan separatisme.
 
5. Demo lingkup negara (nation wide). Demo Bali yang dilakukan di seluruh Negara , di setiap kota, akan menjadi pemicu / katalisator bagi demo lingkup dunia (world-wide). Dan ini pasti akan menyuburkan lahan bagi lahirnya / tumbuhnya NEFO di dunia. Demo Bali berhasil, NEFO berhasil, NEFO berhasil, Dunia Pancasila terwujud. Ini adalah suatu ideal yang kedengarannya muluk-muluk, bombastis, tapi toh harus kita jadikan tujuan terakhir. Sebab tujuan itu realistis, adalah benar-benar dapat diwujudkan. Alternatip lain tidak ada, kecuali “alternatip” Globalisasi. Dan juga tidak dapat dikatakan pendapat yang bombastis, bila ada yang berkata, bahwa Demo Bali merupakan langkah yang pertama
kearah memPancasilakan dunia, meskipun langkah yang kecil. Jarak sejauh 100 km pun harus diawali oleh jarak satu meter.
 
Slogan-slogan Demo Bali: Demo ini adalah Demo Damai
 
Slogan tsb. itulah yang seharusnya mendominasi seluruh Demo Bali. Kita harus ingat kepada Nelson Mandela yang berhasil menggulingkan resim fasis-rasis Afrika Selatan dengan cara damai. Lebih-lebih lagi kepada Mahatma Gandhi yang dengan cara-cara yang damai tapi unik, melakukan langkah pertama kepada kehancuran imperialisme Inggris, meski dia sendiri wafat karena kekerasan. PBB telah mengumumkan hari wafat Gandhi sebagai “Hari Perikemanusiaan” sedunia. Di samping didominasi slogan tsb. Di atas, tentulah Demo membawa juga slogan-slogan yang mengenai keseluruhan antagonisme NEFO lawan Globalisasi. Bebarapa saran:
 
Megawati + Chavez, Yes! Merkel + Bush, No! ....... Amien Rais, Muzadi, Yes! S. Anu + Si Anu, No! ....... SoekarnoPUTRI, Yes! Aung San PUTRI, Yes! ....... Chavez, Yes! Bush, No! ....... Globalisasi, No! ....... Ban, No! Ki, No!,Moon, No! ....... Ban Ki Moon, NO! Madonna, YES! ....... Hari wafat Munir jadikan Hari Perikemanusiaan! ....... Benazir Bhutto, YES! Musharaf, NO! ....... Sunnah dan Syiah: Bersatulah Dalam Pancasila! .......
Jaringan Islam Liberal, bersatulah Dalam Rangkulan Islam Pancasila! ....... Gunduli Maha Boss Penggundul Hutan! ....... Bush = satu-satunya Teroris di dunia! ....... Islam menentang Teror. Teror menentang Islam! ....... Islam menentang Bush, Bush menentang Islam! ....... Yang duluan mati Pohon, sesudah itu Manusia! ....... PBB = Jubah Globalisasi! ....... Yankee, go home! ....... Gringo, go home! ....... Kami cinta damai! ....... Stop penghancuran Dunia, Stop Globalisasi! ....... Teroris, go home! ....... Helsinki, NO! ....... Ahmadinejad, YES! ....... Lukasyenko, YES! ....... Hu Jin Tao, Mubarak, Luli, NO! ....... Al Gore, YES! ....... Bush, NO! ....... Jaringan Islam Liberal sama dengan Panacsila! ....... Megawati Taufik Kiemas, NO!  Megawati Bung Karnoputri, YES!.......Muslihat yang jitu: Koruptor diburu, Miliarder dicumbu!.......Kalau berani gundulin koruptor, gundulin dulu Miliarder, dong!.......Gundulin Mahapelindung Miliarder!.......Musuh = imperialisme + agama + nasionalisme? Nyet!.......Musuh = Globalisasi? Daaa!.......
 
Ban Ki Moon, Ketua PBB telah menyerukan, agar semua kepala negara menghadiri KTT Bali. NEFO pun harus menyerukan kepada negara-negara dan tokoh-tokoh petensial NEFO, agar menghadiri KTT tsb., setidaknya memberi sumbangan politis atau moral: Chavez, Morales, Madonna, Maradona, Ortega, Correa, Lugo, Ahmadinejad, Lukasyenko, Aung San Suu Kyi, Benazir, LSM-LSM sedunia. Pengundang: Megawati, Muzadi, Rais, LSM sebagai pimpinan Komite Demo Bali. Program mendesak: mengorganisasi Demo Bali yang lingkup negara. Front Pancasila tidak layak berpangku tangan selaku penonton, membiarkan kaum Globalisasi mengerahkan dana dan tenaga untuk mencemarkan bumi Ibu Pertiwi. Front Globalisasi harus dihadapi oleh Front Pancasila: oleh Mega, Muzadi, Rais sebagai wakil-wakil mainstream Agama dan Nasionalisme, serta oleh patriot-patriot LSM sebagai motor pendorong, motivasi setiap kegiatan. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya dan untuk Dunia Raya!
 
RINGKASAN
 
Globalisasi telah menyebabkan malapetaka sosial dan alamiah yang terbesar selama sejarah. Globalisasi itu dipimpin oleh satu kelompok negara yang pucuk pimpinannya akan mengadakan KTT di Bali. Menghadapi KTT itu adalah tugas Front Pancasila untuk mengorganisasi Demonstrasi yang tujuannya ialah untuk membangkitkan peka krisis dalam ukuran nasional / internasional. Demo itu merupakan langkah pertama bagi meluaskan / mengokohkan kekuatan NEFO, yaitu kekuatan-kekuatan yang muncul baru. Hanya NEFO yang akan mampu mengakhiri penindasan manusia oleh manusia. Kalimat Syahadat dibumikan oleh Pancasila dan selanjutnya Pancasila dibumikan oleh NEFO. Pancasila dan NEFO adalah dua jembatan yang berturut-turut menghubungkan Kalimat Syahadat dengan bumi / manusia. Pejuang NEFO adalah Pejuang Pancasila, Pejuang Islam.
 
Empat Kera dan bigbosbus
 
kau
yang dari kumpulannya terbuang, yang telah
melanda bumi kami sayang, yang telah
memperkosa Ibu Pertiwi tersayang
yang telah merenggut jiwa sejuta spartakus
sejuta gandhi, sejuta munir,
kau yang ingin hidup seribu tahun lagi,
besok akan melihat sosok tubuhmu sendiri
terdedah hangus di atas lumpur Sidoarjo
di atas planit gersang milik kau ini
aku kera pertama, yang buta, tapi
menampak kau yang hantu berjubah pastor
aku kera kedua, yang tuli, tapi
aku dengar geram suaramu yang psikopatis
aku kera ketiga, yang bisu, tapi
kalbuku melaknat kau yang hedonis-sizofrenis
namun,
kami bertiga plus seekor kunyuk, hanyalah kera, dan kau adalah mahakunyuk
dan kami merangkak mengemis sekerat roti
dari kau, boss kami yang agung:
BIG BOSS BUSH!.....................
 
(oleh Andi Pramono setelah mengunjungi Sidoarjo)
 



sastra-pembebasan@yahoogroups.com
milisgrup opini alternatif

http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/
penerbit buku sejarah alternatif

http://progind.net/
kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan


Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Holidays with Y!

Fly home on us.

Win free airline

tickets now.

Stay in Shape

on Yahoo! Groups

Find a fitness Group

& get motivated.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar