Rabu, 14 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: 1 - BERPIKIR DAN KECERDASAN

Quote: Tanpa menjelaskan hal-hal yang paling mendasar ini, diskusi hanya
sekedar omdo. End of quote.

Tuhantu: Hehe, Mas The Great Alexander, ketemu lagi untuk ... Omdo! :-)... Anu eh Mas, Kembali ke ½Catism½, itu lho... Kalau dihubung-hubungkan dengan FALLING... Nah, guru atau ilmu terjatuh itu saya cuman tertarik mempelajarinya dari... KUCING!...

Soale, aku dibilangin kagak ngarti apa dan bagaimana itu ½jatuh½ oleh Mas Goen tuh... Nggak tahu jenis jatuh bagaimana lagi maksudnya, mungkin jenis ½jatuh omdo½...:-D... Wakaka...

Be Fun

Tuhantu

http://hole-spirit.blogspot.com
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Alexander" <alexanderkhoe@...> wrote:
>
> Untuk bisa berdiskusi yang baik perlu dijelaskan beberapa definisi
> pokok yang menjadi topik diskusi, disini mengenai berpikir. Berikut
> beberapa PR yang harus dipahami bersama mengenai beberapa definisi
> dasar, yaitu:
> 1. Pikiran (Thought) ?
> 2. Batin (Mind) ?
> 3. Proses Kognitif (Cognition) ?
> 3. Berpikir (Thinking) ?
> 4. Bernalar (Rationing) ?
> 5. Kecerdasan (Intelligence) ?
>
> Tanpa menjelaskan hal-hal yang paling mendasar ini, diskusi hanya
> sekedar omdo.
>
> Salam,
> Alexander
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, audifax -
> audivacx@ wrote:
> >
> > 1
> > Berpikir dan Kecerdasan
> >
> > How many roads
> > must a man walk down
> > before you call him a man?
> > The answer my friend
> > is blowing in the wind
> > The answer is...blowing in the wind
> >
> > Bob Dylan
> > --Blowin ' in the Wind—
> >
> > Apa yang membuat manusia menjadi manusia? Jawabannya barangkali
> sama dengan apa yang diutarakan Bob Dylan: The asnwer is blowing in
> the wind. Namun pencarian jawaban itu, meski tak pernah menghasilkan
> suatu jawaban final, tak boleh berhenti. Dan salah satu rumpun
> pemikiran yang mencoba menjelaskan bagaimana manusia bisa menjadi
> manusia, adalah mereka yang menganggap pikiran sebagai kunci. Rumpun
> pemikiran ini berdampingan dengan rumpun pemikiran lain seperti:
> Hati, Perasaan, Insting, Intuisi, Spiritual, dsb.
> >
> >
> > Bagaimana pikiran dianggap sebagai kunci yang memanusiakan
> manusia ini akan saya bahas dalam serangkaian esai. Saya akan mulai
> dari apa yang oleh Aristoteles disebut Nous. Apa itu Nous? Secara
> sederhana Nous bosa diterjemahkan sebagai mind atau 'pikiran'.
> Aristoteles mendefinisikan Nous sebagai bagian dari jiwa yang membuat
> manusia tahu dan memahami.
> >
> >
> > Filsuf lain, Rene Descartes, mencoba berangkat ke arah pentingnya
> komponen 'pikiran' melalui bagaimana meragukan persepsi inderawi.
> Pancaindera kerap menipu dan karenanya Descartes mengandaikan bahwa
> tak ada hal yang menampakkan diri sebagaimana adanya. Maka itu,
> ketika aku meragukan dan kemudian memikirkan ulang tentang Ada-ku
> maka di situlah Aku Ada. Descartes dipandang sebagai bapak filsafat
> modern. Julukan ini tak berlebihan karena sejak Descartes, pikiran
> sebagai penentu kesadaran benar-benar digumuli lebih dalam.
> >
> >
> > Kecerdasan dan Berpikir
> > Ketika kita bicara tentang kecerdasan, maka tak bisa dilepaskan
> dari berpikir dan apa yang telah diawali Descartes tentang berpikir
> dan Ada. Ketika anda mencoba menjawab pertanyaan psikotes yang
> mengukur kecerdasan, seperti: "Apa yang anda lakukan ketika tersesat
> di hutan pada siang hari?", maka saat anda berusaha menemukan jawaban
> terbaik, saat itu jugalah anda melakukan apa yang disebut berpikir.
> Bahkan bukan hanya berpikir, namun anda juga menempatkan 'Ada'-nya
> anda pada konteks seolah-olah andalah yang tengah tersesat di hutan.
> >
> >
> > Ada kasus menarik di sini. Berkenan dengan pertanyaan tes IQ
> tersebut. Jawaban dengan nilai 'kecerdasan' tertinggi adalah 'melihat
> matahari untuk memetakan arah'. Dalam buku panduan skoring, selain
> jawaban itu ada juga sejumlah jawaban lain yang telah diidentifikasi
> dan dibobot kecerdasannya. Namun, pada sejumlah kasus yang benar-
> benar saya temui, ada jawaban-jawaban lain yang nyleneh dan tak ada
> di buku panduan skoring, namun bisa jadi dalam konteks tertentu
> justru cerdas. Misal:
> > - Saya akan menemui tukang kebun di sekitar situ, karena tukang
> kebun pasti tahu arah
> > - Saya akan mencari pohon kelapa tertinggi dan memanjat
> > Jawaban-jawaban itu tidak ada di buku panduan skoring dan bisa
> jadi bakal diskor nol. Tapi jelas jawaban-jawaban itu tak menyalahi
> aturan karena di pertanyaannya tak disebutkan batasan situasi, apakah
> ada tukang kebun atau tidak, apakah ada pohon kelapa atau tidak, dsb.
> >
> >
> > Apa yang mau saya sampaikan di sini adalah bagaimana berpikir itu
> berkaitan dengan 'Ada' di suatu kondisi dan sebuah pembacaan atas
> kondisi tersebut. Pembacaan ini ternyata begitu kompleks dengan
> berbagai kemungkinannya. Jika mau dikaitkan dengan pemahaman bahwa
> berpikir adalah Nous atau bagian jiwa yang membuat manusia tahu dan
> memahami, maka di sini kita mesti mawas bahwa 'tahu dan memahami' di
> sini bisa begitu plural.
> >
> >
> > Bagus Takwin (2005) dalam buku "Kesadaran Plural-Sintesis antara
> Rasionalitas dan Kehendak Bebas" mengemukakan suatu pendapat menarik:
> >
> >
> > "Kesadaran adalah sebuah fakultas mental pada diri manusia yang
> memberikannya kemampuan memahami realitas dan berkehendak bebas yang
> memungkinkan adanya pelbagai penafsiran tentang realitas" (hal. 238)
> >
> >
> > Lebih jauh, Takwin menjelaskan bahwa kesadaran analog dengan
> pengambilan keputusan. Dalam kesadaran yang analog dengan pengambilan
> keputusan itu terdapat lima tahap"
> >
> > (1) Identifikasi
> > (2) Encoding
> > (3) Menemukan perbedaan implikasi
> > (4) Menyelesaikan perbedaan-perbedaan implikasi
> > (5) Penentuan keputusan
> >
> > Dijelaskan lebih jauh bahwa kelima tahap dalam dinamika kesadaran
> tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara kesadaran manusia
> dengan peningkatan keterbukaan manusia. Jika masing-masing tahap
> dilakukan secara cermat, maka manusia dapat menampilkan keterbukaan
> terhadap berbagai perbedaan.
> >
> >
> > Sampai di sini, saya melihat ada dua kata penting dalam
> kesadaran, yaitu Diferensialitas dan Referensialitas. Referensialitas
> meliputi identifikasi dan encoding karena dalam dua hal tersebut
> terkandung referensi. Sedangkan dalam Diferensialitas terkait
> bagaimana keterbukaan terhadap kemungkinan penafsiran. Lalu, kita
> bisa melihat bahwa Diferensialitas dan Referensialitas adalah kunci
> dari Dekonstruksi.
> >
> >
> > Dari pemahaman itu, saya mencoba berspekulasi dengan menarik
> Dekonstruksi pada pemahaman mengenai konsep kecerdasan dan berpikir.
> Bagaimana orang mampu secara cerdas berpikir mengenai 'Ada'-nya di
> dunia, akan ditentukan oleh bagaimana ia mampu terbuka pada perbedaan
> dan kemawasan bahwa segala sesuatunya selalu memiliki rujukan pada
> apa yang telah lebih dulu ada.
> >
> >
> > Ada pendapat lain?
> >
> >
> >
> >
> >
> > ---------------------------------
> > Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail.
> See how.
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Win free airfare

from Yahoo!

Fly home for the

Holidays on us.

Yahoo! Groups

Endurance Zone

A Yahoo! Group

for better endurance.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar