Selasa, 20 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: DEMO BALI (Oleh M. Isa, mantan pengajar Universitas Humboldt, Berlin)

globalisasi itu biasa...
pengusaha singapura menguasai industri telekomunikasi di indonesia
juga gak masalah asal rakyat indonesia tambah makmur bukan tambah
ancur. sekalian kita bisa titip pesan sama tamasek untuk menyampaikan
iklan di Tv singapura yang berisi :

" warga singapura ,anda ini sudah menghisap oksigen dari hutan
indonesia bertahun tahun.. harus ikut nyumbang dana dong untuk
reboisasi hutan"

globalisasi untuk kebaikan .. saya setuju.

salam,
edy
pekalongan

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, heri latief
<herilatief@...> wrote:
>
> DEMO BALI
> PANCASILA LAWAN LIMA SILA GLOBALISASI Oleh M. Isa, mantan
pengajar Universitas Humboldt, Berlin; drmhisa@...
>
> ”Lima Sila Globalisasi“ Globalisasi juga mempunyai „Lima
Sila“nya, yaitu:
> 1. Penistaan Martabat Manusia
> 2. Pelenyapan Peri Kemanusiaan (HAM)
> 3. Peracunan Udara
> 4. Pemanasan Suhu Dunia
> 5. Pemusnaan Kehidupan di Dunia
>
> Manusia bukan menghadapi ke lima Sila itu, melainkan sudah berada
di tengah-tengah prosesnya, malah mungkin telah melangkaui titik tanpa
balik (point of no return). Pelaku/pimpinan Limasila Globalisasi itu
ialah 8 Negara Industri (8N): Amerika Serikat (Bush), Russia (Putin),
Jerman (Merkel), Inggris (Brown), Perancis (Sarkozy) dll. Mereka
ditopang oleh 10 Negara (10N) dari seluruh dunia: Cina (Hu Jin Tao),
Brasilia (Luli), India (Singh), Mesir (Mubarak) dll. Jadi yang
menguasai dunia dalam mewujudkan Lima Sila tsb. di atas ialah 8N + 10N
= 18N. Di Jerman, ada orang yang menamakan 18N itu "Heimliche
Weltregierung" (HWR) yang berarti Pemerintah Dunia di Belakang Layar
(PDBL), yang diam-diam menguasai dunia. Jadi pemerintah dunia bukanlah
misalnya PBB, melainkan PDBL (HWR). "Der Spiegel", majalah terbesar di
dunia (4-6-07), telah menulis tentang kedahsyatan akibat ulah
"Heimliche Weltregierung" itu bagi umat manusia. Orang hanya bisa
beristigfar dan mengusap dada membaca
> fakta-fakta yang berdokumentasi sempurna disertai angka-angka itu:
mengerikan, memilukan. A.l. bahwa mayoritas umat manusia masih
diperbudak, mereka bekerja setengah mati untuk bisa setengah hidup.
Kita tahu bahwa di India ada Perhimpunan Buruh Tani, yaitu Perhimpunan
Bunuh Diri, yang menuntut agar bila anggotanya bunuh diri, pemerintah
harus membebaskan anaknya yang menjadi budak seumur hidup sejak usia 5
tahun. Kita tahu, bahwa Cina demi kepentingan ekonominya, memihak
kepada penguasa Sudan yang telah membantai ratusan ribu manusia di
Darfur, bahwa Cina dan Russia menyokong diktatur militer fasis di
Birma, seraya mencekik leher Aung San Suu Kyi, wanita pemegang hadiah
Nobel untuk Perdamaian yang selama 18 tahun ini masuk penjara keluar
penjara, dipenjarakan oleh trio dikmilfas Than Shwe, Hu Jin Tao,
Wladimir Putin. Fakta-fakta seperti itu menyebabkan banyak sekali
orang, a.l. ilmuwan-ilmuwan sosial, berbalik pendapat: asal memihak
globalisasi, menjadi penentangnya yang
> sengit. Dunia apa itu, sekelompok miliarder mampus karena
kekenyangan, di tengah-tengah samudera manusia yang mati karena kelaparan?
> Globalisasi di Indonesia Dalam "Siapa bilang Indonesia miskin"
(10.01.07), Imam Cahyono menulis: 1. Indonesia adalah salah satu
negara termiskin: 100 juta jiwa (versi Bank Dunia), 2. majalah AS
"Forbes Asia" menulis: 40 orang super kaya Indonesia, kekayaannya 22,7
miliar dollar AS (Rp 200 triliun), 3. Di Singapur ada 16.000 orang WNI
yang tinggal di sana dengan kekayaan 87 juta dollar AS. Belum lagi
kekayaan di negeri-negeri lain, 4. Dulu Indonesia dikuras Belanda (dan
Jepang), sekarang oleh negara-negara lain, 5. miliarder-miliarder itu
masih mencari untung dengan mengeruk kekayaan Indonesia, 6. Indonesia
merupakan pangsa pasar yang potensial bagi luar negeri, 7. Freeport,
Exxon, Mobile Inco, menguasai sumber-sumber kekayaan alam: emas,
nikel, gas, minyak bumi, 8. Pemodal asing mencengkeram bank-bank: Bank
Central Asia, Bank Niaga, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Bumiputera
dll., malah juga bank-bank kecil, 9. Di negeri-negeri asing,
kepemilikan saham asing dibatasi dari
> 30% - 50%, di Indonesia hingga 99%, 10. Industri tele-komunikasi,
ritel dll. juga digempur pemain asing, 11. AS adalah negara dedengkot
kapitalisme.
>
> Prof. Dr. Amien Rais telah dengan jitu merumuskan peran
Globalisasi di Indonesia dalam menghilangkan kedaulatan Indonesia: 1.
Kedaulatan ekonomi berupa penjajahan terselubung terhadap Indonesia
oleh IMF, International Monetary Fund: deregulasi, privatisasi,
mekanisme pasar. 2. Kedaulatan atas kekayaan alam: minyak / gas bumi,
nonmigas dalam tangan asing habis dikuras oleh pihak asing. 3.
Kedaulatan atas wilayah Indonesia: DCA (Defence Cooperative Agreement)
dengan Singapura, penggadaian sebagian wilayah Indonesia kepada
Singapura, suatu penghinaan terhadap bangsa: Singapura bersama
negara-negara asing lainnya boleh mempergunakan sebagian wilayah
Indonesia sebagai latihan peperangan. DCA merupakan "kebodohan yang
tidak bisa diampuni" dan paling "menggetarkan perasaan anak bangsa".
Dalam Sinar Harapan Amien Rais pernah menulis bahwa IMF dan Bank Dunia
mengangkangi kedaulatan ekonomi Indonesia, 50% perbankan nasional
sudah dimiliki bank asing. Pemerintah telah melacurkan
> politik luar negeri kita kepada negara superbody seperti Amerika
Serikat. Pancasila hanya dihafal saja, tidak dipraktekkan.
>
> Dalam film yang kesohor (Die Mörder sind unter uns,
Pembunuh-pembunuh ada di tengah-tengah kita) diceritakan tentang
orang-orang fasis di Jerman yang disangka sudah musna, padahal masih
ada yang bebas berkeliaran dalam masyarakat. DCA memungkinkan
timbulnya situasi semacam di Jerman itu. Dalam tulisannya tsb. Amien
Rais tidak menulis satu pun nama orang. Honi soit qui mal y pense!
(Sungguh jahat orang yang menaruh buruk sangka!). Pada akhir tulisan
itu Rais menuliskan harapannya yang benar-benar tulus ikhlas: agar
Soesilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla membawa Indonesia ke negara
yang adil dan makmur.
> Pancasila Kelima Sila dari Pancasila ialah:
>
> 1. Ketuhanan, yaitu persatuan antara semua agama
> 2. Kemanusiaan. yaitu persatuan antara yang beragama dengan yang
tidak beragama
> 3. Kebangsaan, yaitu persatuan antar-bangsa
> 4. Kerakyatan, yaitu persatuan seluruh rakyat, bahwa di setiap
negara, yang berkuasa
> penuh
> 5. Masyarakat yang adil dan makmur, yaitu persatuan cara, jalan
yang ditempuh untuk
> mencapai tujuan terwujudnya masyarakat itu.
>
> Kelima Sila Pancasila itu, baik secara keseluruhan maupun satu
demi satu, adalah persatuan kaum yang ditindas, yang hendak
melenyapkan globalisasi. Kebalikannya, globalisasi ialah persatuan
kaum penindas, yang ditujukan untuk memusnakan kaum yang ditindas.
Pancasila Sejati bertolak dari pandangan, bahwa manusia adalah makhluk
yang termulia. Atas dasar ini dosa yang terbesar ialah menindas sesama
manusia, sumber dari semua kejahatan dan semua penderitaan manusia.
Kebalikannya, Lima Sila Globalisasi bertolak dari pandangan, bahwa
mayoritas manusia adalah makhluk yang rendah dan hina dan karena itu
adalah layak bila mereka ditindas oleh suatu kelompok kecil: rakyat
jelita memperbudak rakyat jelata.
>
> Keterangan Ringkas Setiap Sila Pancasila
>
> ad 1: Ketuhanan. Dalam menghadapi kejahanaman Globalisasi, adalah
absurd, bila ada agama yang merasa super dan memandang rendah kepada
agama-agama lain. Ini menyerupai "Chauvinisme agama" yang sama
jahatnya seperti sikap "bangsaku adalah super". Penindasan tidak pilih
bulu, ia terdapat pada yang bertuhan satu atau tiga, yang bertuhan
kepada Triniti, kepada Tuhan Buddha dan nirwana, kepada arwah nenek
moyang. Tetapi toh agama Islam memang agama super dalam arti yang
positip dan baik. Pertama, ia adalah satu-satunya agama yang dengan
begitu tegasnya dan konsekwennya menentang penindasan dalam kata
(kutukan terhadap Firaun) maupun dalam fakta (Nabi berperang). Kedua,
karena Islamlah yang (mungkin) satu-satunya agama yang mengatakan:
"Dalam agama tidak ada paksaan". Ajaran yang luhur dan mulia ini
barangkali tidak terdapat dalam agama lain. Mungkin kedua ajaran tsb.
merupakan sebab utama, kenapa Islam adalah agama yang paling cepat
meluas di dunia dewasa ini.
>
> ad 2: Kemanusiaan. Ada dua kategori umat manusia: 1). yang percaya
akan adanya Tuhan dan 2). yang tidak percaya Tuhan itu ada, ateisme.
Kedua kategori manusia itu menderita di bawah satu nasib; ditindas
oleh sesama manusia. Adakah yang lebih logis daripada keharusan
kerjasama antara kedua golongan besar itu dalam melawan kaum penindas?
Seorang ateis adalah manusia juga, makhluk yang teringgi, sedangkan
seorang Muslim / Kristen yang menistakan sesamanya, siapakah di antara
kedua itu yang layak dicap sebagai "kafir"? Alangkah baiknya bila MUI
mengeluarkan fatwa tentang hal ini. Betapapun, (tidak) dapat
dibayangkan dahsyatnya malapetaka, bila terjadi perang antara kedua
kategori itu: 4,5 milyar yang beragama memerangi 1,5 milyar ateis. Dan
pula (tidak) dapat dibayangkan betapa cepat lenyapnya penindasan, bila
kedua golongan manusia itu merupakan kawan seperjuangan
(comrades-in-arms).
>
> ad 3: Kebangsaan. "Tuhan menciptakan bangsa-bangsa agar saling
mengenal masing-masing". Di sini tersimpul makna, bahwa antara
bangsa-bangsa, berkat saling kenal itu, harus terdapat damai, rukun
dan kerjasama. Dan bukannya untuk sampai kepada kesimpulan
Chauvinisme: "Bangsaku ini ternyata super, bangsa-bangsa lain adalah
tidak beradab, malah biadab. Dus kita berhak menjajah mereka". "Kita
harus mengirimkan ke sana putera-putera kita yang terbaik untuk
menangkap manusia yang dungu yang setengah kanak-kanak dan setengah
setan (sajak Rudyard Kipling: Beban Orang Kulit Putih, The White Man's
Burden)". Sugesti diri yang "paling beradab" itu ternyata justru
bermuara kepada kebiadaban tanpa batas: kolonialisme, imperialisme,
Hitlerisme, Tojoisme, Suhartoisme, Hirohitoisme.
>
> ad 4: Kerakyatan atau Demokrasi. Demokrasi (demo = rakyat, krasi =
memerintah) berarti bahwa di dalam negeri yang memonopoli kekuasaan
ialah rakyat dan bukan dicengkeram oleh suatu kelompok elit kekuasaan.
Di AS, baik 500 kursi parlemen maupun kursi menteri, tidak ada satu
pun yang diduduki oleh buruh kecil, penyemir sepatu, prajurit
krocokan, pengantar koran dsb. yang mewakili golongan-golongan
masing-masing. Semua kursi diduduki oleh "rakyat jelita", bukan oleh
rakyat jelata. Setelah mencengkeram kekuasaan, dengan leluasa mereka
mencengkeram pula seluruh kekayaan rakyat, negara dan alam. Dalam
demokrasi rakyat, rakyatlah yang 100% berkuasa, menguasai segala
kekayaan, tapi tanpa jatuh kepada prinsip samarata dalam arti
samamiskin. Sungguh mengejutkan, bahwa tanggal 12 â€" 14 November 2007
akan diselenggarakan upacara pemberian "Medali Demokrasi" oleh Asia
Pacific Association of Political Consultants (APAPC) kepada Presiden
Indonesia, yang juga dihadiri oleh Robert W.
> Murdoch, wakil ketua APAPC (Siapa sih yang tak kenal akan nama
Murdoch?). Upacara itu memberi kesempatan yang bagus bagi Pemerintah
RI untuk revans, membalas dendam terhadap "peristiwa celana pendek"
(baca selanjutnya): Semua hadirin upacara tsb. seharusnyalah bercelana
pendek. Kekecualian tentunya Presiden RI. Kalau tidak, itu akan
sedikit memerosotkan gengsi beliau, bukan memerosotkan celana-celana
pendek. Rakyat yang amat sakit hati justru akan berjingkrak ramai,
andaikata yang merosot itu celana-celana pendek, gengsi Presiden RI
tak boleh dimerosotkan.
>
> ad 5: Kesatuan cara/jalan. Yang merupakan masalah utama bukanlah
masyarakat yang adil/makmur itu sendiri, melainkan jalan mana yang
harus ditempuh untuk mewujudkannya. Ringkasnya: jalan itu harus
diarahkan kepada tujuan demokrasi kerakyatan, demokrasi terpimpin,
yaitu dari demokrasi elit menjadi demokrasi rakyat. Hanya dengan
demikian pula dilaksanakan ekonomi terpimpin, yaitu ekonomi yang
dicengkeram oleh elit menjadi ekonomi yang 100% dikuasai oleh rakyat.
Yaitu masyarakat yang makmur dan adil dalam distribusi kekayaan. Hanya
dengan demikian pula kultur yang dekaden, membusuk, menjadi kultur
yang dipimpin ke arah kultur yang sehat dan segar bugar. Kultur yang
didasarkan "saling cengkeram" menjadi kultur yang layak bagi manusia
sebagai makhluk Tuhan yang termulia. Jadi yang memimpin bukan si Polan
/ Badu, melainkan prinsip: Prinsip kultur Manusia adalah Makhluk
Tertinggi, lawan kultur Manusia adalah Srigala. Demokrasi, Ekonomi,
Kultur, semua dipimpin oleh prinsip, bukan
> oleh individu, demikian wasiat para leluhur pendiri NKRI.
> Lima Rukun Islam Yang juga menyebabkan agama Islam mempunyai
kelebihan ketimbang agama lain ialah kewajiban setiap Muslim untuk
menunaikan Lima Rukun Isalm. Upacara atau ritual itu terutama
ditujukan kepada memperkuat jiwa dan karakter setiap Muslim secara
perseorangan. Ibarat melatih setiap orang, individu, agar menadi
seorang pejuang, “prajurit Islam”. Sedangkan Pancasila bukan
membina orang, melainkan membina masyarakat yang diperjuangkan oleh
setiap Muslim. Lima Rukun Islam adalah salah satu bidang, dimensi,
dari mata uang logam, Pancasila adalah bidangnya yang lain. Keduanya
dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Adanya “wajib
latih” (“Wala”) dalam agama Islam itu adalah unik, tak ada yang
semacam itu dalam agama-agama lain, sama uniknya seperti ketiadaan
paksaan beragama dan uniknya anggapan, bahwa manusia adalah makhluk
yang termulia. Penganut Pancasila bukanlah hanya kaum Muslim,
melainkan seluruh umat manusia yang tertindas, yang tak pernah
> melakukan Lima Rukun Islam.
>
> Kelima Rukun Islam itu ringkasnya ialah:
>
> 1. Mengakui kebenaran Kalimat Syahadat
> 2. Sholat
> 3. Berpuasa
> 4. Zakat
> 5. Ibadah Haji
>
> ad 1: Kalimat Syahadat: Tiada tuhan melainkan Tuhan dan Muhamad
adalah RasulNya.
> Percaya kepada kebenaran kalimat Syahadat bukan hanya berarti
percaya bahwa Tuhan itu Maha Esa, melainkan di atas segala-galanya
kepada firmanNya. Berhalapun oleh pengikutnya dianggap “tuhan“,
tapi ia tuhan yang bisu dan tak berguna apapun bagi manusia. Percaya
kepada adanya Tuhan tanpa mengetahui firman-firmanNya, adalah semacam
“berhalaisme“. Firman-firmanNya itu adalah: Pertama: pembasmian
penindasan. Ini dinyatakan dalam Al Quran, yang banyak memuat ayat
tentang tema itu. Malah ada 80 kutukan terhadap Firaun, lambang kaum
penindas. Di sisi itu Tuhan telah menitahkan kepada Nabi Muhamad SAW
untuk melawan dan mengalahkan kaum penindas. Titah itu dituruti Nabi
dalam perang 20 tahun. Nurcholish Majid mengatakan, bahwa Muhamad
termasuk tiga “Nabi Berperang“ dalam sejarah. Menurut Muzadi
("Islam dan Persaudaraan Universal", 12.10.07), menurut agama Islam,
perang harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1. harus defensif,
membela diri, jangan ofensif, menyerang 2.
> harus semata-mata ditujukan kepada perdamaian (Si vis pacem, para
bellum, kalau mau damai, siaga untuk berperang) 3. tidak ekseksip,
keterlaluan 4. tidak destruktip, menghancurkan 5. didasarkan HAM,
yaitu tidak menganiaya orang sipil, anak-anak, perempuan, orang tua
dan tawanan perang diperlakukan sesuai dengan HAM. 6. tidak merusak
lingkungan alam, fasilitas umum, simbol-simbol agama (gereja, sinagoga
dsb.) 7. tidak membunuh hewan. Sepatutnyalah syarat-syarat itu
ditambahkan kepada piagam PBB, karena sifatnya yang universal itu.
Kedua: Di samping tugas di atas, ada fungsi konstruktip: Nabi Muhamad
diwajibkan mendirikan masyarakat yang sekarang sering dinamakan
“masyarakat Madani“. Menurut ilmuwan-ilmuwan, masyarakat Madani
itu mengandung unsur-unsur dasar Pancasila, walaupun masih redimenter
(belum berkembang) dan masih ada pada proses “sedang lahir“ (in
statu nascendi). A.l. dalam Piagam Madinah dikatakan, bahwa musuh yang
sudah takluk, tetap merasa aman dan
> nyaman, gereja dan sinagoga boleh menyelenggarakan peribadahan
tanpa ketakutan. Sebaiknyalah bila semua yang disebut di atas itu
ditambahkan kepada Piagam PBB dan semua UUD di dunia.
>
> ad 2: Sholat. Ada dua fungsi sholat, sembahyang: Pertama
mengingatkan kepada Kalimat Syahadat beserta maknanya. Kedua: memohon
kekuatan Ilahi untuk perjuangan melawan penindasan, di samping memohon
kesejahteraan pribadi.
>
> ad 3: Puasa. Fungsinya ialah menanamkan empati (turut merasakan
penderitaan) kaum yang lapar, yang tertindas dan empati terhadap
segala jenis/bentuk penderitaannya.
>
> ad 4: Zakat, yaitu pemberian sedekah pada hari Idhul Fitri kepada
kaum yang miskin yang berasaskan filantropi (fil = cinta, antropos =
manusia). Berpuasa menanamkan sekedar empati rasa turut menderita kaum
miskin. Ini dilengkapi dengan perbuatan, yaitu menolong dengan
kongkrit secara material: beras, pakaian, uang. Kaum miskin dengan
sendirinya dibebaskan dari memberi zakat. Ini mengandung pengakuan,
bahwa dalam masyarakat ada kategori kaum miskin di amping kategori
kaum kaya. Pemberian zakat termasuk ”Wajib Latih”, adalah ajaran
Islam yang penting. Akan tetapi puluhan ribu filantrop, mustahil
melenyapkan kelaparan bagi seluruh negara, negaralah yang seharusnya
menjadi ”filantrop”. Ini berarti, bahwa Negara yang
bertanggungjawab, selama masih ada yang kelaparan, meskipun hanya
seorang. Kewajiban Negara sebagai ”filantrop” ini dinyatakan dalam
Sila ke lima Pancasila: Negara harus membina masyarakat yang adil dan
makmur. Suatu Negara berhak menyebut diri sebagai
> negeri Islam, terutama sekali bila di dalamnya tidak terdapat
kelaparan. Ini adalah salah satu syarat di samping syarat-syarat lain
bagi penyebutan negara islami. Menurut para ilmuwan, hingga dewasa ini
tidak ada negara yang formalnya menyebut diri ”Negara Islam”, yang
memang islami. Berarti semua ”Negara Islam” hingga kini sebenarnya
tidak ada yang islami. Pada beberapa ”Negara Islam” dewasa ini
malah terdapat kondisi-kondisi yang sungguh anti-islami, a.l.
Pakistan, Emirat-emirat, Arab Saudi (yang berarti Arabia milik
keluarga Saudi).
>
> Ad 5:Ibadah Haji. Fungsi utama ibadah haji ialah membina persatuan
antara semua Muslim di dunia. Setiap persatuan mempunyai tujuan. Kaum
mafia bersatu dengan tujuan yang jahat, yang kriminal. Kaum Muslim
bersatu dengan tujuan pembentukan masyarakat yang adil dan makmur,
jadi Sila ke lima dari Pancasila. Hanya Pancasila yang mampu
mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Tujuannya bukan turisme, bukan
sekedar bersilaturahmi saling kenal secara pribadi: ”Kita saling
mencintai karena sama-sama Islam. Nanti kita saling kirim surat pada
hari Idul Fitri, ya”.
>
> Ada minoritas kecil kaum Islam yang berpendapat: ”Aku berzikir,
aku sembahyang, aku berpuasa, aku memberi zakat, aku sudah beribadah
haji, semua upacara atau ritual itu kupenuhi. Dus aku ini seorang
Muslim.” Padahal ia belum Muslim bila ia tidak memahami makna setiap
ritual itu, bila dia hanya terfokus, kepada segi upacara tanpa makna,
ritual tanpa isi itu. Sikap jiwa demikian bisa dinamakan
”ritualisme”, ”upacaraisme(?)”. Ritualisme bisa mengambil
bentuk-bentuk yang ekstrim sehingga menjadi absurd, bertentangan
dengan akal sehat: ”Aku Muslim karena tidak makan babi, tidak minum
alkohol. Aku Muslim karena aku (maaf!) dikhitan". Ritualisme yang
absurd dan vulgar/murahan semacam itu bisa dianggap sebagai pejoratip,
merendahkan, bagi umat Islam.
>
> Ritualisme mencolok mata sekali dalam soal ibadah haji. Minoritas
yang sangat kecil di kalangan haji, seakan merupakan nila setitik
dalam susu sebelanga. Minoritas dua persen itu bisa merusak nama
seluruh golongan kaum haji. Tujuan ibadah haji sebenarnya ialah
membina persatuan kaum Muslim sedunia dalam menentang penindasan
manusia oleh manusia. Oleh minoritas yang keblinger tsb tadi, tujuan
yang luhur itu samasekali tidak digubris. Mereka ke Mekkah hanya
supaya pertama naik status sosial mereka di mata masyarakat sebagai
Muslim teladan, dan kedua supaya akseptabel, dapat diterima, oleh
Tuhan untuk masuk surga. Jadi tujuannya ialah: surga di dunia dan
surga di akhirat. Ritual ibadah haji dengan demikian adalah ibarat
membeli tiket masuk surga. Sebagian dari minoritas itu malahan ada
yang membiayai ibadah haji dengan jalan korupsi, pemerasan dll.
kejahatan. Uang korupsi untuk biaya ibadah haji, ini berarti melakukan
kejahatan untuk membeli tiket ke surga, sungguh munafik.
> Untunglah semuanya itu belum mencapai tingkat sistem surat
keterangan, sertifikat bebas dosa yang dalam abad-abad pertengahan
dilakukan oleh gereja katolik. Sertifikat itu dijual kepada kaum
berada, supaya dengan ”tiket” itu pintu surga dibuka oleh para
penjaga baginya. Penjaga pintu itu ialah pastor-pastor dan
petinggi-petinggi gereja lainnya. Dengan hasil penjualan ”tiket”
itu mereka berpesta-ria: Wein, Weib und Gesang (anggur, cewek dan
musik). Sistem sertifikat seperti itu tidak terdapat di Indonesia,
calon haji bisa melakukan ibadahnya tanpa biaya ekstra selain biaya
tiket. Kementerian Agama bukanlah kementerian pencoleng kocek calon haji.
>
> 5 Rukun Islam (RI) + 5 Sila Pancasila (PS) = 10 Firman Tuhan (FS)
>
> Tuhan menciptakan manusia sebagai makhlukNya yang tertinggi.
Tersirat di dalamnya, bahwa sebagai makhluk yang tertinggi, manusia
diberiNya kemampuan untuk menemukan pedoman hidup sekulernya, hidup di
dunia ini.Atas dasar ini, pedoman sekuler yang lahir di bumi Indonesia
itu adalah legitim (syah-syah saja) bila dianggap sebagai Firman Tuhan
yang direstuiNya. Dengan demikian maka Firman Tuhan terdiri atas 5
Rukun Islam + 5 Sila Pancasila = 10 Firman Tuhan, 10 FS. 5PS dan 5RI
adalah dua bidang dari mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan,
tetapi bisa diperbeda-bedakan. Di atas telah dicoba diberi uraian
tentang 10 FT itu, yang selain serupa dengan uraian-uraian
tradisional, juga berbeda, bahkan bertentangan dengannya. Perbedaan
yang paling besar ialah, bahwa dalam uraian yang tradisional, uraian
Pancasila seakan secara dibuat-buat (artificial) dipisahkan dari
uraian tentang 5 Rukun Islam, sehingga tidak terdapat pandangan yang
menyeluruh serta komprehensip,
> ”ikhtisari”, melainkan pandangan itu bersifat dikotomis, malah
dwikutub, bipolar. Kenyataannya ialah bahwa 10 FT adalah satu
”sesuatu” (entity) dengan dua seginya yang saling lengkapi
(komplementer): 5RI + 5PS.
>
> KH A. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU, dalam artikel JIL 12.10.07
menulis, bahwa menurut KH Achmad Siddiq Rais Aam PBNU era 1980an, ada
3 macam persaudaraan (ukhuwah): Pertama ukhuwah Islamiah, yaitu
keagamaan dalam skala lokal / nasional / internasional. Kedua ukhuwah
wathariah yang berdasarkan kebangsaan. Ketiga ukhuwah basyariah yang
berdasarkan kemanusiaan. Keempat ukhuwah itu meliputi orang ateis.
Jelas sekali bahwa keempat ukhuwah tsb. adalah pendant (serupa,
sejalan) dengan lima Sila Pancasila (malah keduanya identik). Dan
pendapat ini memperkuat pendapat, bahwa Pancasila adalah Firman Tuhan
juga. Jadi ia membenarkan juga adanya Sepuluh Firman Tuhan tsb. di
atas. Tetapi antara Sepuluh Firman Tuhan menurut Islam dan Sepuluh
Titah (The Ten Commandments) menurut Kristen /Yahudi terdapat
perbedaan-perbedaan / pertentangan-pertentangan yang besar (seakan ada
"tiga Tuhan"). Lagi pula, menurut Lembaga Survei Indonesia Oktober
2006, Pancasila didukung oleh 95% rakyat. Suara
> Rakyat adalah Suara Tuhan, Vox Populi Vox Dei. Jadi Pancasila ialah
Suara Tuhan. Ini memperkuat alasan, mengapa Pancasila harus diyakini
sebagai Firman Tuhan. Dengan demikian, maka bagi seorang Muslim patuh
kepada Sepuluh Firman Tuhan:
> Sepuluh Firman Tuhan 1. Kesaksian akan benarnya Kalimat Syahadat
> 2. Sholat
> 3. Puasa
> 4. Zakat / Fitrah
> 5. Ibadah Haji
> 6. Persatuan antar Agama
> 7. Persatuan antar Umat Manusia
> 8. Persatuan antar Bangsa
> 9. Persatuan Rakyat
> 10. Persatuan Tujuan: Masyarakat adil / makmur
>
> Bagi Non-Muslim, termasuk kaum ateis, hanya berlaku Firman ke 6
sampai 10.
> FRONT PANCASILA = REAKSI TERHADAP SEPARATISME DAN GLOBALISASI
> Separatisme sebagai fokus Front Pancasila Separatisme. Banyak
orang yang mengalami kejutan (shock) yang besar bila membaca esei
cemerlang yang ditulis oleh Zaenal Ma'arif, mantan Wakil Ketua DPR
(Republika online 26.09.07). Beberapa hal mencolok mata dalam karangan
yang berani blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Kutipan-kutipan dari
tulisan Zaenal Ma’arif: 1. Seharusnya pemerintahan Presiden SBY
sudah mampu membaca skenario AS untuk menghancurkan NKRI. 2. Amerika
Serikat merasa menjadi polisi dunia dan berlaku sewenang-wenang
terhadap negara-negara lain. 3. Rakyat Afghanistan dan Irak menderita
akibat keangkaraan rezim Presiden Gorge W. Bush. 4. NKRI akan
dihancurkan secara diam-diam melalui ”silent operation” dengan
membantu gerakan separatis Aceh, Papua, Maluku, Riau.
> 5. Intervensi asing terutama dilakukan oleh AS dan Australia. 6.
Seharusnya aparat intelijen BIN, BIA dll sudah sejak dini
memperhitungkan semuanya itu. 7. Tetapi mereka, TNI dan Polri
memusatkan diri pada perlawanan memusnakan terorisme, perlawanan yang
di bantu oleh AS dan Australia dengan dana jutaan dolar. 8. NGO,
(Lembaga Swadaya Masyarakat) yang dibantu oleh donatur Barat, secara
diam-diam membantu gerakan separatisme.
>
> Semua yang ditulis itu bukanlah retorik kosong, melainkan disertai
fakta-fakta. A.l. bahwa pada awal Revolusi 17 Agustus, "agen AS sudah
terlalu dalam dan lama beroperasi di Indonesia". Yang dimaksud penulis
tentulah Sutan Syahrir yang tahun 1946 di gedung Taman Siswa di Jln.
Matraman, Jakarta, menyerukan: "Indonesia berdasarkan geopolitisnya
harus berada dalam wilayah pengaruh AS." Dengan demikian Syahrir
merupakan tokoh pertama yang menggiring Indonesia kepada blok
imperialisme. Ada juga tulisan Zaenal, yaitu bahwa si Eni
Paleomavarga, utusan Bush, sebagai tokoh top diplomat, dengan memakai
celana pendek, diterima oleh Presiden SBY di istana negara.
Seharusnyalah Presiden SBY membalas dengan mengirimkan top diplomatnya
(asal jangan Hasan Wirayuda) ke Presiden Bush dengan juga memakai
celana pendek, tanpa kemeja , berdasi tok.
>
> Untuk menghadapi skenario AS untuk “menghancurkan NKRI” itu,
yang sudah begitu gawatnya, KH Hasyim Muzadi (NU) dengan tegas telah
memproklamasikan “Front Pancasila”. Pengumuman tsb. seharusnya
saat ini juga disertai tindakan-tindakan yang kongkrit: mengerahkan
seluruh rakyat menghadapi ancaman separatisme itu, khususnya
badan-badan intelijen BIN, BIA dan Tentara serta Polisi. Jangan sampai
lengah karena terselewengkan oleh soal terorisme. Besar kemungkinan,
bahwa terorisme itu malahan justru direkayasakan oleh AS dan Australia
sendiri, yaitu sebagai suatu “manuver, penyelewengan” dari
separatisme: “Hancurkanlah terorisme, bukan separatisme. Separatisme
bukan musuhmu. Musuhmu ialah terorisme". Adalah sesuatu yang bisa
fatal bila orang menganggap enteng kepada kejenialan Bush. Kejenialan
itu dibuktikannya juga dengan peristiwa 11.9.01, pemboman gedung World
Trade Center: Yang membom Bush, yang dituduh teror, Islam. Dengan
alasan ini pula Bush membunuh rakyat
> Irak dan Afghanistan (dan tak lama lagi Iran) atas tuduhan
melakukan teror. Kesimpulan: Adalah mutlak bagi dua mainstream, yaitu
kaum agama dan nasional, untuk segera mendesakpaksa Presiden SBY agar
sekarang ini juga mulai melawan gerakan separatisme dengan
tindakan-tindakan yang kongkrit. Dengan desakpaksa tsb. Front
Pancasila bukan sekedar slogan retorik, melainkan pasti menjadi
kekuatan kongkrit yang telah meninggalkan taraf omong-omong dan masuk
taraf operasional, taraf tindakan.
>
> Globalisasi sebagai Fokus Front Pancasila
>
> Globalisasi dengan Lima Sila tsb. terdahulu, jelas merupakan fokus
yang sama penting seperti separatisme. Sebab antara kedua itu bukan
hanya terdapat antarrelasi melainkan juga antaraksi, yang satu
memperkuat yang lain. Oleh jeni semacam Bush, antaraksi itu bukan
hanya transparan, tembuslihat, melainkan juga mudah dapat
dipraktekkan. Yang ditugaskannya untuk mempraktekkannya ialah Cameron
R. Hume, Dubes AS yang baru. Hume menjadi "trouble shooter", "pembasmi
hama". "Hama" di sini dalam arti musuh yang menentang kepentingan AS.
Dalam pidatonya yang pertama di Indonesia, Hume menguraikan strategi
AS untuk membasmi hama, yaitu dalam rangka "menghancurkan NKRI"
(istilah Zaenal). 1. Ia memuji upaya Indonesia karena
"keikutsertaannya dalam Pertemuan Negara-negara Ekonomi Utama 8N
(18N), juga sebagai tuanrumah Konperensi ke-13 (COP ke-13 UNF CCC) di
Bali Desember yad." Bila Pemerintah RI "masuk perangkap" (istilah
Amien Rais) pujian itu, maka Bush memperoleh tumpuan yang
> terkokoh, tumpuan politis. 2. Tumpuan kedua yang kokoh ialah
tumpuan militer, yang telah dibicarakan antara Presiden RI dan
Presiden AS di bawah 4 mata / 4 telinga di Sidney waktu KTT APEC
Oktober 2007. Dalam rendez-vous di Sidney itu, dari mulut Bush
terlontar (atau dilontarkan?) kata-kata yang pokoknya ialah antara AS
dan NKRI harus diadakan "peningkatan pengiriman tentara dari Indonesia
ke AS untuk dilatih". Kerjasama itu diperinci dalam DCA dengan
Singapura, ujung barat. Di ujung RI yang satu untuk membantu GAM,
dibantu oleh DCA (Defence Cooperation Agreement) dengan Singapur. Dan
di ujung lain, ujung timur, dengan mitra AS, yaitu Australia, pemilik
Papua Timur, yang geografis (dan etnis) merupakan kesatuan yang
memudahkan pemasokan senjata / serdadu untuk membantu OPM. Dalam
rangka proyek penghancuran NKRI itu, Bush sebagai panglima tertinggi
"Heimliche Weltregierung" (Penguasa Dunia di Belakang Layar), dengan
sendirinya cucitangan: "Itu kan soal dalam negeri
> Indonesia, aku ini sahabat Indonesia, lho". Argumen "lho" itu
diperkuat oleh ucapan-ucapan Cameron dalam pidatonya. 3. "sektor
swasta dan LSM akan mengikuti KTT di Bali itu". Yang dimaksud dengan
"swasta" bukanlah penjual sate atau pedagang pecel, melainkan Lapindo
dan lain-lain miliarder, yang a.l. bertanggungjawab atas "Lumpur
Sidoarjo", umumnya bertanggungjawab atas kemelaratan rakyat yang
diperas habis oleh mereka. Yang dimaksud dengan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) ialah puluhan ribu ormas, NGO (Non-governmental
Organisation) yang pada dasarnya semua penentang globalisasi. "No
problem," kata Bush, lalau dibelinya mentah-mentah sejumlah NGO-NGO
yang ditugaskan untuk mencegah / menumpas kegiatan-kegiatan patriotis
anti-globalisasi itu, a.l. melalui demo-demo dalam kaitan dengan KTT
Bali. 4. Negara-negara yang ekonominya kuat dan negara yang sedang
berkembang. Inilah yang menurut Cameron yang merupakan dikotomi,
dwibagi, di dunia. Negara yang sedang berkembang, dengan
> sendirinya berkembang menjadi negara-negara ekonomi kuat. Sedangkan
pihak yang anti-globalisasi berpendapat, bahwa dunia ini di belah dua:
kaum penindas dan kaum yang ditindas, dua kekuatan yang tak dapat
dirukunkan. Kepalsuan pendapat Cameron/Bush dan kebenaran pendapat
kekuatan anti-globalisasi, dibuktikan dengan jelas oleh terealisasinya
Lima Sila globalisasi yang sudah lama sekali diramalkan ilmu-ilmu
pengetahuan dan rakyat-rakyat sedunia. 5. Taktik Ganti Jubah, PDBL
berjubah PBB. Konperensi Tingkat
>
> Tinggi 18N di BAli itu nanti digelar atas nama Konvensi Kerangka
Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP ke-13 UNFCC). Jadi atas nama
PBB dan bukan atas nama PDBL (Pemerintah Dunia di Belakang Layar,
Heimliche Weltregierung). Seakan yang telah dan sedang memanaskan
planit itu adalah seluruh umat manusia, bukan melulu 18N. Jadi salah
sekali memusuhi 18N. Kenapa 18N itu bisa menyusup dalam jubah PBB, itu
pasti diketahui oleh Deplu RI. Demikian juga Deplu tentunya mengetahui
tentang taktik ganti jubah yang mengelabui mata dunia itu. Kata mulut
usil: Deplu layak juga mengetahui, kenapa PBB "menunjuk" Indonesia
sebagai tuanrumah KTT. Indonesia adalah negara yang berdaulat, bukan
Republik Pisang (Banana republic), baik Republik Pisang GAM, Papua
atau Republik Pisang Ambon. Kata "menunjuk" itu menyiratkan adanya
hubungan Tuan-bawahan à la "Suara Tuannya" (His Master's Voice). Honi
soit qui mal y pense! Di atas segala-galanya, yang berdosa ialah AS.
Sudah sejak awal, yaitu tahun
> 1985, AS menolak mentah-mentah Protokol Montreal tentang
pengurangan emisi CO2 Gas Rumah Kaca (GRK). Selanjutnya dalam setiap
KTT tentang hal itu, AS setiap kali menjadi negara pembangkang: Rio de
Janeiro (1992), Kyoto (1997). KTT yang akan datang, yaitu yang ke-13,
akan diadakan
> 3 â€" 14 Desember 2007 di Bali. Ia akan dikunjungi oleh 10.000
peserta dari 189 negara dan 2000 wartawan. Di Jerman, tahun ini (2007)
pagar besi yang menyelamatkan Bush tingginya 2,20 meter, di Sidney
2,50 meter dan di Bali (kalau Bush berani datang) mungkin pasti 3
meter. Menurut Republika Online pagar besi di Sidney itu pintu
masuknya digamblok dan dirantai, jalan banyak yang ditutup. 6.
Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menolak mengutuk
dikmilfas di Birma. Dengan demikian Indonesia bisa dianggap sebagai
perusak kesetiakawanan ASEAN. Qui bono? Ini menguntungkan Bush dalam
kasak-kusuknya di Indonesia dalam separatisme.
> Agenda Pokok: Memperluas NEFO baru Perlawanan terhadap
globalisasi oleh Heimliche Weltregierung yang kekuatannya begitu
gigantis (seperti raksasa) itu, tidak cukup oleh satu negara saja.
Melainkan ia harus dilakukan secara bersama, kolektip, oleh sejumlah
negara. Dan ini telah terjadi di benua Amerika Latin yang diprakarsai
oleh Hugo Chavez, Venezuela. Di sana sejak beberapa tahun ini sudah
bermunculan tokoh-tokoh / negara-negara yang melawan AS, karena AS
telah puluhan tahun meluaskan kelaparan, pengangguran, penyakit dsb.
Untuk menahan rasa lapar, hampir 100 juta orang setiap hari harus
mengunyah daun kola. Negara-negara / tokoh-tokoh yang bermunculan baru
itu, dewasa ini sudah meluas jumlahnya: Amos Morales (Bolivia), Daniel
Ortega (Nikaragua), Rafael Correra (Equador), Fernando Lugo (Paraguay)
dan jangan lupa Maradona (Argentina). Di AS sendiri malahan Madonna
telah membuat Anti-Bush Album ("American Life") yang laku sebagai
goreng pisang. Kekuatan yang muncul baru
> itu boleh kita namakan New Emerging Forces (kekuatan-kekuatan yang
muncul baru) atau NEFO. NEFO telah membuktikan kehebatan dayatempurnya
di benua Amerika Latin. Logis, bahwa ia harus menjadi agenda pokok
bagi kekuatan anti-globalisasi, yaitu meluaskan dan mengokohkannya di
dunia, bukan hanya terbatas di Amerika Latin. Di Russia Putih
(Lukasyenko), Mahmud Ahmadinejad (Iran) telah masuk kubu NEFO itu.
Demikian juga Aung San Suu Kyi (Birma), tokoh anti fasis yang hampir
tak ada taranya itu, dapat diharapkan akan masuk NEFO. Kalau ini
terjadi, NEFO seakan mendadak diperkuat dengan satu divisi yang
dayatempurnya sangat besar.Indonesia dengan sendirinya memihak NEFO,
paling tidak tiga tokoh: Megawati (nasionalisme), Amien Rais (Islam) dan
> Muzadi (NU), tiga tokoh yang selalu membuktikan kemampuan dan
keandalannya pada rakyat. Bertolak dari adanya Konfrontasi Mega/Chavez
melawan Bush/Merkel itu memungkinkan orang dapat memahami dunia dewasa
ini. Titik tolak lain pun mungkin: Chavez lawan Bush, Fernando Lugo
lawan Benedikt. Titik tolak-titik tolak ini pun dapat merupakan kunci
yang membuat kita dapat memahami dunia.
> STRATEGI BUSH: MENDISORIENTASIKAN UMAT MANUSIA Indonesia, tempat
lahirnya NEFO Pertama
>
> Indonesia ialah tempat lahirnya Pancasila dan NEFO, dua gagasan
yang oleh sementara ilmuwan disebut gagasan yang paling jenial sesudah
gagasan tentang Kelima Syahadat.
> NEFO adalah anak kandung, pewujudan kongkrit, dari Pancasila;
Front Pancasila adalah Frontnya NEFO. NEFO terletak pada dimensi
operasional, tindakan, sedangkan Pancasila masih terletak pada dimensi
ideologi. Tetapi kaum imperialis tidak kurang jenialnya: mereka
menyadari bahwa selama sejarah dunia, baru NEFOlah yang merupakan
bahaya yang benar-benar mengancam kelanjutan sistem kemasyarakatan
mereka, yaitu sistem yang bersendikan prinsip "manusia adalah srigala
bagi sesamanya". Lalu tahun 1950an, Dubes AS di Indonesia, Marshall
Green, trouble shooter, menciptakan strategi besar, "Grand Strategy".
Gerakan ini kemudian oleh satu harian Australia disebut "triade
McNamara-Suharto-Soemitro". Triade inilah yang dalam peristiwa "G30S"
atau "Gestapu" menimbulkan satu dari 6 drama terbesar dalam sejarah
umat manusia. Bila bencana G30S dengan sejuta korban itu ditambah
dengan malapetaka urbanisasi puluhan juta orang akibat revolusi hijau,
ditambah pula dengan tanam paksa,
> transmigrasi dan perampasan tanah milik yang luasnya kurang dari
setengah hektar serta ditambah keterlantaran para "ex-tapol", maka
pasti malapetaka rekayasa Suharto itu secara keseluruhannya,
mengakibatkan malapetaka yang terbesar dalam sejarah dunia, suatu
these yang tidak berlebih-lebihan. Dengan demikian hancurluluhlah
gagasan NEFO yang baru terdiri atas beberapa negara itu, bersama
dengan kehancuran penggagasnya, hancurlah ideologi bersama dengan
ideolognya. Pancasila pun telah diludahi oleh Suharto, ketika ia
berseru: "Siapa yang menentang aku, menentang Pancasila". Dan baru
pada awal milenium ke-20 ini lahir "NEFO BARU" sebagai inkarnasi NEFO
LAMA yang menjadi pengilham NEFO BARU. Sic transit gloria mundi!
Demikianlah lenyapnya kejayaan dunia!. Tetapi dunia baru yang lebih
jaya sedang dilahirkan: dunia Chavez, Ahmadinejad, Megawati, Aung San
Suu Kyi, Benazir. Untuk dapat memahami dunia, kita harus bertitik
tolak dari perumusan ini. Perumusan ini adalah persis yang
> "kebetulan" terkandung dalam intisari ajaran pokok agama Islam,
yaitu Kalimat Syahadat. Intisari Kalimat Syahadat itu ialah:
>
> 1. Di dunia ini ada penindasan manusia oleh manusia, biangkeladi
dari semua
> kejahatan.
>
> 2. Atas dasar itu, manusia harus melawan dan melenyapkannya serta
harus
> menciptakan dunia baru yang bebas dari penindasan, yang adil dan
makmur.
>
> Kita hanya dapat memahami dan mengubah dunia, bila kita bertolak
dari pandangan tsb., yaitu konfrontasi yang ditindas lawan yang
menindas. Inilah pada dasarnya mengapa tokoh-tokoh Islam yang
terkemuka di Indonesia, Mega, Muzadi, Rais yang memelopori perwujudan
Kalimat Syahadat itu. Pancasila adalah ibarat jembatan pertama yang
secara konsepsional menghubungkan Kalimat Syahadat dengan bumi. Dan
NEFO merupakan jembatan kedua yang secara kongkrit yang menghubungkan
Pancasila dengan bumi. Pejuang NEFO adalah Pejuang Pancasila. Dan
Pancasila lahir dari Kalimat Syahadat.
> Tanpa memahami dunia, orang pasti akan mengalami disorientasi,
grogi, pusing kepala karena tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi di
dunia ini, ke arah mana sejarah akan membawa umat manusia, ke dalam
jurang penderitaan atau ke taman firdusi. Disorientasi ini
disalahgunakan oleh Bush: Katanya yang menyebabkan penderitaan manusia
bukanlah penindasan, seperti yang dirumuskan dalam Kalimat Syahadat
tsb. di atas. Melainkan teror (yang dilakukan oleh Islam) yang dilawan
oleh anti-teror (yaitu Bush). "Oleh karena itu marilah kita bersama
melawan Islam, Islam hilang, kita senang". Jadi bagi Bush yang
menentukan jalan sejarah bukanlah konfrontasi (atau antagonisme)
Chavez lawan Bush, bukan konfrontasi NEFO lawan Globalisasi, melainkan
konfrontasi anti-teror sebagai juruselamat dunia melawan teror sebagai
perusak dunia. Dan Bush adalah satu-satunya kekuatan anti-teror,
satu-satunya juruselamat. Ini sebaliknya sekali dengan tuduhan Amos
Morales: Satu-satunya teroris di dunia ini
> ialah Bush. Banyak lagi konfrontasi isapan jempol Bush yang
tujuannya ialah menyelewengkan perhatian dunia dari konfrontasi yang
sebenarnya tsb. Yang terkenal di antaranya ialah 1. konfrontasi "Barat
lawan Timur",
> 2. konfrontasi "Agama Kristen lawan Agama Islam", 3. konfrontasi
antara "Islam lawan Barat", antara 4. "Dunia Pertama" dan "Dunia
Ketiga", 5. konfrontasi AS lawan Iran, malahan 6. konfrontasi Sunnah
lawan Syiah. Pokoknya konfrontasi siapa lawan siapa pun boleh
dikarang-karang, asal dunia tetap butatuli terhadap konfrontasi yang
sebenarnya: NEFO lawan Heimliche Weltregierung. Dusta-dusta Bush dkk.
tsb. di atas ditambah dengan dusta Komisi Pemberi Hadiah Nobel: ia
telah memberi hadiah Nobel bagi Perdamaian kepada PBB, yaitu kepada
IPCC, salahsatu badannya. Hadiah itu diboncengkan kepada hadiah
penerima yang sebenarnya, yaitu kepada Al Gore. Demikian nama PBB
turut meroket tinggi, padahal PBB bukannya banyak jasanya, melainkan
banyak dosanya dalam soal perdamaian. Terutama PBB selalu membiarkan
diri menjadi jubah yang menyelubungi Heimliche Weltregierung. Al Gore
sendiri, lepas dari soal-soal lainnya, memang telah sangat berjasa
dalam membangkitkan / meluaskan peka krisis
> dunia terhadap akan timbulnya apokalipse (malapetaka yang
mahadahsyat). Film kreasinya yang apodiktip itu telah menyadarkan
dunia akan globalisasi dengan lima Silanya. Ramalan apokadiktip itu
didasarkan kepada data-data ilmiah yang solid, tak dapat dipungkiri.
Dengan sendirinya William G. Bush menentangnya, sebab pengurangan
pemanasan suhu dunia, pasti akan mengurangi laba perindustrian AS yang
begitu astronomisnya (60% dari pemanasan suhu dunia dilakukan oleh
AS). (Catatan: Juga Karl Marx telah berdusta besar, meski tanpa niat
jahat, malah mungkin sebaliknya. Katanya: Musuh umat manusia bukan
imperialisme (penindasan) tok, melainkan juga agama dan nasionalisme.
Ini berarti, bahwa segenggam
> ( 150 juta) komunis melawan 6 milyar umat manusia, ibarat "seorang
diri melawan dunia", alone against the world. Dengan sendirinya
"Kerajaan Lenin" itu hanya singkat sekali hidupnya di dunia ini, hanya
70 tahun. Kemudian ia hilang tak tentu rimbanya, meninggalkan suara
tangisan nostalgik oleh segenggam bekas penganutnya).
> Di antara isapan-isapan jempolkaki Bush itu ada yang mencolok mata
karena absurdnya. Tetapi Bush toh berhasil juga menipu dunia, malah
termasuk menipu kaum intelek. Mereka semua telah keblinger kena sihir
"ilmuwan-ilmuwan besar" seperti Huntington, gurubesarnya Bush.
>
> Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP) baru-baru ini mulai
nampak pelan-pelan menggeliat-geliat dari tidurnya yang pules.
Pejuang-pejuang NEFO menghimbau agar NAASP tidak terus-menerus
menggeliat keenakan dalam ranjang bayinya. Melainkan akan lekas
bangkit dan menanamkan peka krisis pada 107 negara AA asuhannya. Yaitu
peka krisis terhadap amukan globalisasi dan semangat / tekat
melawannya. Kalau tidak, bisa-bisa orang yakin, bahwa NAASP itu suatu
rekayasa Bush: "NAASP adalah mitra, NEFO adalah musuh". NAASP harus
berteladan kepada pendiri-pendiri (founding fathers) NEFO tahun
1960an, kepada Aung San Suu Kyi, ke Amerika Latin. Noblesse oblige!
>
> DEMO BALI MEMBANGKITKAN PEKA KRISIS
>
> Antara 3 â€" 14 Desember 2007 di Bali akan digelar Konperensi
Tingkat tinggi PBB tentang perubahan iklim (COP ke-13 UNFCCC). KTT
tsb. memberikan kesempatan yang benar-benar unik dan “super” (par
excellence) untuk menyelenggarakan demonstrasi. Ia merupakan suatu
tes, uji coba, yang pertama kali bagi Front Pancasila untuk menguji
hak hidupnya, kekuatannya, dayatempurnya. Tujuan-tujuan utama Demo itu
ialah:
>
> 1. Menanamkan kesadaran dan perasaan, bahwa dewasa ini seluruh
dunia sedang berada dalam suatu krisis, situasi yang gawat. Dunia
harus “peka krisis” (sense of crisis), yaitu merasakan sedang
berada dalam situasi krisis. Adanya atau tidak adanya sense of crisis
itulah yang menentukan akan berada atau tidak beradanya dunia dan umat
manusia (to be or not to be). Peka krisis tsb. Dilahirkan oleh praksis
globalisasi dengan kelima Silanya. KTT Bali adalah KTT Heimliche
Weltregierung dan bukannya KTT PBB.
>
> 2. Khususnya, peka krisis itu harus ditanamkan kepada bangsa
Indonesia yang sedang mengalami bahaya separatisme: to be or not to be
sebagai bangsa dan negara. Antara globalisasi dengan separatisme
terdapat interaksi. Ini menyebabkan perlawanan terhadap keduanya harus
simultan , serempak, mungkin dengan penandasan kepada melawan separatisme.
>
> 3. Pemikir di belakang layar (auctor intellectualis) sekaligus
pimpinannya ialah Bush. Sedangkan auctor intellectualis separatisme
ialah Si Anu, yaitu hasil persekongkolan Memorandum Of Understanding
(MoU) antara Si Anu (Indonesia) dan Martti Ahtisaari, waktu itu
Presiden Finlandia. Dan Martti ini lalu menyerahkan mandate kepada si
Tiga Kuat dalam Kesatuan Eropa. Yaitu Jerman, Inggris dan Perancis,
yang untuk selanjutnya menangani soal Aceh. Atas dasar semuanya itu,
“Demo Bali” harus diujungtombakkan kepada Bush sebagai lambang
serta dedngkot globalisasi dan kepada Si Anu sebagai lambang dan
dedengkot separatisme.
>
> 4. Demo Damai. Demo Bali itu harus identik dengan “Demo
Damai”, untuk mendemonstrasikan kepada dunia, bahwa kita cinta
damai, dan bukan cinta teror seperti yang dipropagandakan oleh Bush
dkk. Demo tenang berarti Demo menang. Di atas telah dikatakan, bahwa
di sinilah letak kemunafikan ucapan Dubes AS: “Kita harus
mengikutsertakan LSM ke dalam KTT Bali.” Yang dimaksudnya ialah
menyewa sejumlah LSM untuk menyusup ke dalam Demo itu dan
memprovokasikan kekerasan dalam segala bentuk, malah termasuk terhadap
para tamu. Yang dirusak namanya, didiskreditkan, bukan hanya
keseluruhan LSM (NGO, Lembaga Swadaya Masyarakat), melainkan juga
seluruh bangsa. Alat-alat negara harus dikerahkan untuk mencegah
pengkhianatan LSM sewaan itu. Ini adalah tugas yang sama mendesaknya
(crash-programm) dengan melawan separatisme.
>
> 5. Demo lingkup negara (nation wide). Demo Bali yang dilakukan di
seluruh Negara , di setiap kota, akan menjadi pemicu / katalisator
bagi demo lingkup dunia (world-wide). Dan ini pasti akan menyuburkan
lahan bagi lahirnya / tumbuhnya NEFO di dunia. Demo Bali berhasil,
NEFO berhasil, NEFO berhasil, Dunia Pancasila terwujud. Ini adalah
suatu ideal yang kedengarannya muluk-muluk, bombastis, tapi toh harus
kita jadikan tujuan terakhir. Sebab tujuan itu realistis, adalah
benar-benar dapat diwujudkan. Alternatip lain tidak ada, kecuali
“alternatip” Globalisasi. Dan juga tidak dapat dikatakan pendapat
yang bombastis, bila ada yang berkata, bahwa Demo Bali merupakan
langkah yang pertama
> kearah memPancasilakan dunia, meskipun langkah yang kecil. Jarak
sejauh 100 km pun harus diawali oleh jarak satu meter.
>
> Slogan-slogan Demo Bali: Demo ini adalah Demo Damai
>
> Slogan tsb. itulah yang seharusnya mendominasi seluruh Demo Bali.
Kita harus ingat kepada Nelson Mandela yang berhasil menggulingkan
resim fasis-rasis Afrika Selatan dengan cara damai. Lebih-lebih lagi
kepada Mahatma Gandhi yang dengan cara-cara yang damai tapi unik,
melakukan langkah pertama kepada kehancuran imperialisme Inggris,
meski dia sendiri wafat karena kekerasan. PBB telah mengumumkan hari
wafat Gandhi sebagai “Hari Perikemanusiaan” sedunia. Di samping
didominasi slogan tsb. Di atas, tentulah Demo membawa juga
slogan-slogan yang mengenai keseluruhan antagonisme NEFO lawan
Globalisasi. Bebarapa saran:
>
> Megawati + Chavez, Yes! Merkel + Bush, No! ....... Amien Rais,
Muzadi, Yes! S. Anu + Si Anu, No! ....... SoekarnoPUTRI, Yes! Aung San
PUTRI, Yes! ....... Chavez, Yes! Bush, No! ....... Globalisasi, No!
....... Ban, No! Ki, No!,Moon, No! ....... Ban Ki Moon, NO! Madonna,
YES! ....... Hari wafat Munir jadikan Hari Perikemanusiaan! .......
Benazir Bhutto, YES! Musharaf, NO! ....... Sunnah dan Syiah:
Bersatulah Dalam Pancasila! .......
> Jaringan Islam Liberal, bersatulah Dalam Rangkulan Islam
Pancasila! ....... Gunduli Maha Boss Penggundul Hutan! ....... Bush =
satu-satunya Teroris di dunia! ....... Islam menentang Teror. Teror
menentang Islam! ....... Islam menentang Bush, Bush menentang Islam!
....... Yang duluan mati Pohon, sesudah itu Manusia! ....... PBB =
Jubah Globalisasi! ....... Yankee, go home! ....... Gringo, go home!
....... Kami cinta damai! ....... Stop penghancuran Dunia, Stop
Globalisasi! ....... Teroris, go home! ....... Helsinki, NO! .......
Ahmadinejad, YES! ....... Lukasyenko, YES! ....... Hu Jin Tao,
Mubarak, Luli, NO! ....... Al Gore, YES! ....... Bush, NO! .......
Jaringan Islam Liberal sama dengan Panacsila! ....... Megawati Taufik
Kiemas, NO! Megawati Bung Karnoputri, YES!.......Muslihat yang jitu:
Koruptor diburu, Miliarder dicumbu!.......Kalau berani gundulin
koruptor, gundulin dulu Miliarder, dong!.......Gundulin Mahapelindung
Miliarder!.......Musuh = imperialisme + agama +
> nasionalisme? Nyet!.......Musuh = Globalisasi? Daaa!.......
>
> Ban Ki Moon, Ketua PBB telah menyerukan, agar semua kepala negara
menghadiri KTT Bali. NEFO pun harus menyerukan kepada negara-negara
dan tokoh-tokoh petensial NEFO, agar menghadiri KTT tsb., setidaknya
memberi sumbangan politis atau moral: Chavez, Morales, Madonna,
Maradona, Ortega, Correa, Lugo, Ahmadinejad, Lukasyenko, Aung San Suu
Kyi, Benazir, LSM-LSM sedunia. Pengundang: Megawati, Muzadi, Rais, LSM
sebagai pimpinan Komite Demo Bali. Program mendesak: mengorganisasi
Demo Bali yang lingkup negara. Front Pancasila tidak layak berpangku
tangan selaku penonton, membiarkan kaum Globalisasi mengerahkan dana
dan tenaga untuk mencemarkan bumi Ibu Pertiwi. Front Globalisasi harus
dihadapi oleh Front Pancasila: oleh Mega, Muzadi, Rais sebagai
wakil-wakil mainstream Agama dan Nasionalisme, serta oleh
patriot-patriot LSM sebagai motor pendorong, motivasi setiap kegiatan.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya dan untuk
Dunia Raya!
>
> RINGKASAN
>
> Globalisasi telah menyebabkan malapetaka sosial dan alamiah yang
terbesar selama sejarah. Globalisasi itu dipimpin oleh satu kelompok
negara yang pucuk pimpinannya akan mengadakan KTT di Bali. Menghadapi
KTT itu adalah tugas Front Pancasila untuk mengorganisasi Demonstrasi
yang tujuannya ialah untuk membangkitkan peka krisis dalam ukuran
nasional / internasional. Demo itu merupakan langkah pertama bagi
meluaskan / mengokohkan kekuatan NEFO, yaitu kekuatan-kekuatan yang
muncul baru. Hanya NEFO yang akan mampu mengakhiri penindasan manusia
oleh manusia. Kalimat Syahadat dibumikan oleh Pancasila dan
selanjutnya Pancasila dibumikan oleh NEFO. Pancasila dan NEFO adalah
dua jembatan yang berturut-turut menghubungkan Kalimat Syahadat dengan
bumi / manusia. Pejuang NEFO adalah Pejuang Pancasila, Pejuang Islam.
>
> Empat Kera dan bigbosbus
>
> kau
> yang dari kumpulannya terbuang, yang telah
> melanda bumi kami sayang, yang telah
> memperkosa Ibu Pertiwi tersayang
> yang telah merenggut jiwa sejuta spartakus
> sejuta gandhi, sejuta munir,
> kau yang ingin hidup seribu tahun lagi,
> besok akan melihat sosok tubuhmu sendiri
> terdedah hangus di atas lumpur Sidoarjo
> di atas planit gersang milik kau ini
> aku kera pertama, yang buta, tapi
> menampak kau yang hantu berjubah pastor
> aku kera kedua, yang tuli, tapi
> aku dengar geram suaramu yang psikopatis
> aku kera ketiga, yang bisu, tapi
> kalbuku melaknat kau yang hedonis-sizofrenis
> namun,
> kami bertiga plus seekor kunyuk, hanyalah kera, dan kau adalah
mahakunyuk
> dan kami merangkak mengemis sekerat roti
> dari kau, boss kami yang agung:
> BIG BOSS BUSH!.....................
>
> (oleh Andi Pramono setelah mengunjungi Sidoarjo)
>
>
>
>
>
> sastra-pembebasan@yahoogroups.com
> milisgrup opini alternatif
>
>
> http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/
> penerbit buku sejarah alternatif
>
>
> http://progind.net/
> kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan
>
> http://herilatief.wordpress.com/
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail.
See how.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Y! Messenger

Instant smiles

Share photos while

you IM friends.

HDTV Support

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar