Minggu, 18 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: menjawab mbak swas ttg terapi

Mas Edy,

Menurut pemikiran saya, terminologi "terapi" maupun "healing" secara langsung maupun tak langsung memiliki konotasi yang bersifat agak negatif. Secara implisit, klien/subyek dianggap memiliki "masalah/kekurangan/penyakit". Kushner dan Sher (1991) mengidentifikasi setidaknya ada enam sumber yang dapat menyebabkan timbulnya "ketakutan" untuk memperoleh bantuan/treatment dari orang lain (psikolog, psikiater, konselor, paranormal, dan sebagainya. SUmber-sumnber itu adalah: "(1) fear of embarrassment, (2) fear of change, (3) fears involving treatment stereotypes, (4) fears associated with past experience with the mental health service system, (5) fears of negative judgment (stigma), and (6) fear of treatment associated with specific problem types."

Secara implisit, kedua terminologi tersebut juga "mempersyaratkan" adanya terapis/healer, yang setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar. Pertama, mereka yang memperoleh pendidikan formal untuk menjadi "terapis/konselor". Kedua, mereka yang disebut/menyebut dirinya sebagai paranormal dan atau ahli spiritual. Kelompok pertama, untuk praktek biasanya punya "birokrasi" tersendiri, sedangkan kelompok kedua relatif lebih sederhana perijinannya.

Jadi, kalau mau berpraktek sebagai kelompok pertama, sudah tentu harus mengikuti ketentuan dan "birokrasi" tertentu. Kalau yang kedua, dapat dilakukan dengan lebih mudah, bahkan banyak yang praktek tanpa ijin/perijinan sama sekali. :)

Pada tulisan saya beberapa waktu yang lalu kepada Mas Edy ( http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33427 ), secara implisit saya sebenarnya mengajukan saran bahwa "anger management" bisa dijadikan alternatif terminologi untuk terapi marah yang Mas Edy kembangkan. Beberapa pertimbangannya antara lain adalah:

1. Konotasinya lebih positif, sehingga pengaruh dari berbagai ketakutan calon klien/subyek dapat dikurangi.
2. Sebagaimana pernah pak Jusuf kemukakan, Maslow lebih memfokuskan diri mengamati individu-individu berprestasi ketimbang yang bermasalah. Gambaran mengenai hal itu mewakili perkembangan apa yang disebut "psikologi positif". Setahu saya, Mas Budi Setiawan (anggota milis ini juga) adalah salah satu yang memfokuskan diri pada psikologi positif. Mas Edy juga dapat minta masukan dan pertimbangan dari Mas Budi.
3. Dapat dikembangkan menjadi suatu treatment yang bertujuan preventif, selain untuk tujuan kuratif seperti terapi pada umumnya.
4. Memiliki "nilai jual" yang relatif lkebih baik untuk ditawarkan kepada pengguna organisasi (perusahaan, yayasan, dan sebagainya) sebagai salah satu program pengembangan sumber daya manusia.
5. Apabila ingin dikembangkan menjadi suatu kegiatan/usaha yang formal, relatif lebih mudah ketimbang perijinan profesi maupun sebagai paranormal/spiritual (pernah saya diskusikan dengan Mas Aryoputro mengenai aspek hukumnya). Bisa sebagai PT (SIUP, TDP, dll) maupun dalam naungan yayasan.

Oh ya, apabila Mas Edy ada rencana untuk melanjutkan studi formal ke jenjang yang lebih tinggi (pasca sarjana), maka salah satu yang dapat dipertimbangkan adalah program studi psikologi terapan sumber daya manusia (tidak mempersyaratkan s1 nya harus psikologi). Pada bidang studi tersebut, terapi marah (anger management) dapat dikaji dan dikembangkan lebih jauh sebagai salah satu program pengembangan sumber daya manusia. Misalnya dalam kerangka employee assistance program (EAP).

Demikian pemikiran dan saran yang dapat saya berikan. Moga-moga bermanfaat :).

salam,
harez

NB:
Oh ya, dalam salah satu diskusi dengan pak Jusuf, saya pernah memberikan link:

http://psychodrama.dapcmi.com/english/MASLOW%20AND%20TAOISM50815.htm
Pada link tersebut, ada uraian tentang Chinese Painting, siapa tahu saja ada gunanya untuk pengembangan terapi marah.


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "edy_pekalongan" <edy_pekalongan@...> wrote:
>
> ( sorry postingannya ini yang benar, yang dimuka ada yang terpotong )
> membaca uraian mbak swas ,
> saya pikir perbedaan istilah "terapi" menurut saya(orang awam ) dan
> orang psikologi(belajar teori/ensiklopedia ) berbeda.
>
> dan saya tidak minta pengakuan dari kalangan psikologi ..
> tapi minta ilmu pengetahuannya saja... he4x
>
> kalau begitu saya istilahkan terapi marah ini dengan " ngumbah angkoro
> " atau " membersihkan sampah marah terpendam dan menanam bunga kesabaran".
>
> ada beberapa pioint penting yang di samapaikan tentang katarsis dan
> hipnoterpi yaitu
> 1. meringankan beban
> 2. menggarap alam bawah sadar sehingga ada perilaku yang di ubah.
>
>
> lalu anda mempertanyakan tentang kenapa saya repot repot menggarap
> memori pikiran ????
>
> he...4x.
>
> saya punya kenyakinan sendiri bahwa "manusia itu bertindak berdasarkan
> apa yang dia tahu ,
> apa yang dia tahu itu berdasarkan apa yang masuk (ilmu /informasi )
> yang di serap atau dipelajari.
> yang berpengaruh terhadap pola pikir . dari pola pikir mempengaruhi
> perilaku termasuk respon terhadap berbagai hal .
>
> dalam "ngumbah angkoro " pertama yang dilakukan adalah .
> saya tidak memaksa orang ikut "acara "ngumbah angoro " ini secara
> paksa jadi mereka yang harus sukarela meminta .
> lalu saya bantu dengan mengarahkan dia untuk membantu dirinya sendiri
> menghancurkan marah terpendamnya dan menanamkan benih kesabaran
> ( berbagi kasih /persuasi , i dont know )
>
> kemudian peserta "ngumbah angkoro " saya bimbing melalui relaksasi
> untuk memasuki alam imajinasinya.
> itu saya sebut memori pikiran , yaitu alam dimana dia bisa
> berimajinasi bersama saya di dalamnya
> sekaligus masih sadar walaupun
> dalam kondisi pikiran yang tenang dan sangat rileks ,
> sehingga dia akan bolak balik dari berimajinasi dan menggambar.
>
> (apa ini di sebut alam bawah sadar ? , gak penting .. yang penting
> kalau istilah saya
> adalah kondisi setengah sadar tapi konsentrasi penuh )
>
> setelah itu peserta saya bimbing untuk di bawa dalam sebuah cerita
> petualangan menebang pohon dan menanam pohon.
>
> kembali ke point di atas :
>
> saya membimbing orang agar dia mampu menghapus "sampah marah
> terpendamnya dan menggantinya dengan nilai nilai baru dengan metode
> menanam pohon kesabaran di dalam imajinasinya "(point :MERINGANKAN
> BEBAN )
>
> ini sesuai dengan prinsip dalam agama islam yang saya anut :
> nasehat menasehati dalam kesabaran. mengganti yang buruk dengan yang
> baik
>
> kemudian latihan afirmasi dalam meditasi ringan ,posisi menghayal
> /visualisasi sambil mengucap afirmasi
> yang intinya memotivasi dia untuk merubah marahnya menjadi kesabaran ,
> dan menyakinkan dirinya (sugesti ) ada kesabaran yang terus tumbuh
> dalam dirinya
> (ini merancang ulang memori /pola pikir sesorang )
>
> dengan pola pikir berganti maka perilaku dia dalam merespon tindakan
> marahnya akan berbeda. (point. PERILAKU YANG DI GARAP lewat memori )
>
> bagaimana mbak swas :-)
>
> tentang ibarat lumpur lapindo saya tidak setuju ,
> bagi saya marah terpendam masa lalu (akumulasi ) ibarat pohon yang
> berakar kuat di halaman rumah.ada buah dan daunnya .
>
> saya membimbing orang untuk merontokkan daunnya ,menebangnya sendiri
> membakarnya dan mematikan akarnya. di matikan dengan menancapkan paku
> beracun di akarnya.
>
> lalu menanam benih pohon kesabaran....dan merawatnya.
>
> sehingga setelah
> satu minggu latihan saya menyuruh orang untuk menanam pohon dan memberi
> nama pohon itu sesuai dengan nama pohon kesabaran yang dia tanam dalam
> imajinasi "ngumbah angkoro " bersama saya. (dan mendukung kampanye
> peduli global warming," nandur wit witan " .. he4x )
>
> sehingga ketika dia mengingat nama pohon kesabaran, dia akan ingat
> sabar. dan setiap dia lihat pohon dia diingatkan (ini konsep dzikir
> dalam latihan ngumbah angkoro )
>
>
> perkara dimasa depan benih kemarahan tumbuh lagi ,
> ya boleh ikut "ngumbah angkoro " lagi....
>
> namanya manusia hidup... kotoran akan ada tapi jangan lupa bersih 2
> terus. dan apakah membantu membuang "kotoran daun 1 gerobak " yang
> dari halaman rumah orang ,itu dianggap sia sia ?
>
> atau ada yang bilang buat apa menyapu toh pohon itu terus tumbuh
> daunnya dan mengotori halamanmu , teori yang benar hancurkan pohonnya
> orang tolol.
> he..4x
>
>
> kalau di hancurkan oksigen kita berkurang dan CO2 tidak ada yang menyerap.
> (bagi saya marah adalah emosi yang juga bisa digunakan untuk mencapai
> tujuan. bos marah karyawan jadi giat bekerja. istri marah suami pulang
> tepat waktu , dll. tapi sampah marah yang membusuk bertahun tahun
> harus di bersihkan... )
>
> hmm...pendapat orang bebas bebas saja... :-)
>
>
> namun yang terpenting dalam "ngumbah angkoro " adalah akar dari
> problem orang yang suka memendam marah atau tidak bisa mengontrol
> marah adalah pola pikir dia dalam menanggapi keadaan.
>
> jadi saya tidak menyelesaikan masalah (dari luar) orang tersebut ,
> tapi membantu orang tersebut (dari dalam ) merubah respon dia terhadap
> keadaan.
> melalui
> " olah cipta "/ merancang ulang memori.
>
>
> sedikit informasi :
> sebenarnya para kyai (ulama islam )di kampung saya , menggunakan
> metode tertentu untuk merubah perilaku sesorang , dan dia itu tidak
> belajar teori psikoanalisa atau freud. bahkan yang disemarang itu ada
> yang merubah preman yang kasar sama istri menjadi orang yang sayang
> dan santun sama keluarga.
>
>
> dan tujuan racikan metode saya ini memang tidak mengacu pada teori
> teori psikologi dan apa harus setiap orang mengekor pada pendapat
> pakar psikologi ??
>
> lalu sebaiknya saya ini menamakan metode saya
> "olah roso " atau " racikan bumbu kesabaran " sehingga tidak di
> kaitkan dengan psikologi atau berdamai dengan teori psikologi dan
> menyebutnya self healing.
>
> ada ide ?
>
> sehingga tidak perlu ijin dan di anggap menyalahi teori freud.
>
> saya pikir2 di kampus psikologi ada ribuan mahaisiswa yang lebih tau
> teori dan harusnya bisa meracik sesuatu hal yang lebih baik dari
> saya dan bisa aplikatif( di praktekkan )
>
> ada komentar mbak swas dan rekan rekan...
> silahkan....
>
> salam,
> edy
> pekalongan
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar