Kamis, 15 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: Sejarah Singkat Yayasan Desantara

Ha ha ha, barvo, Mas Harez! Aku kalah cepat. Kalo ada waktu, coba Anda cari
sayap kajian perempuannya Desantara. Mereka inilah yang menerbitkan Srinthil
dan memfokuskan diri pada riset dan kajian perempuan "ndeso", "udik" dan
tradisional. Kalo Desantaranya sendiri sih lebih umum dan luas cakupannya, tapi
stress-nya adalah pada multikulturalisme.

manneke

Quoting sinagahp <sinagahp@yahoo.com>:

> Sejarah Singkat Yayasan Desantara
>
> Tahun 1997 bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi yang diikuti dengan
> krisis legitimasi pemerintahan Orde Baru. Krisis ini ditandai dengan
> berbagai kerusuhan sosial dan aksi mahasiswa di beberapa tempat, yang
> pada akhirnya mengguncang seluruh jaringan struktur Orde Baru yang
> ditopang oleh sentralisme politik dengan sistem ekonominya yang
> bermadzhab "neoliberal". Rezim otoritarianisme Orde Baru ini
> mencapai titik balik dengan semakin tumbuhnya berbagai kekuatan civil
> society di Indonesia.
>
> Kelompok Islam yang semula hanya menjadi label pasif dalam struktur Orde
> Baru kemudian muncul sebagai kekuatan politik dan sosial yang
> signifikan. Meskipun Islam muncul dalam berbagai lembaga dan gerakan
> sosial, kelompok yang merupakan komunitas terbesar di Indonesia ini
> juga melahirkan sejumlah lapisan cerdik pandai dan aktivis sosial yang
> secara aktif menjadi lokomotif proses demokratisasi mengiiringi
> runtuhnya kekuasan Soeharto yang represif.
>
> Salah satu kekuatan Islam di Indonesia yang patut diperhitungkan sampai
> saat ini adalah lembaga pesantren. Di kalangan masyarakat arus bawah
> pesantren menjadi bagian penting yang tidak dapat dikesampingkan.
> Pesantren hingga saat ini telah sukses menjadi lembaga pendidikan paling
> populis yang memiliki jaringan lintas kelas dan etnis selama puluhan
> tahun. Bersamaan dengan lapisan kelas menengah dari kalangan pesantren
> yang mengenyam pendidikan tinggi, kelompok pesantren yang berserak di
> berbagai tempat di pedesaan ini turut meramaikan aksi gerakan masyarakat
> sipil. Kenyataan ini dapat dilihat, misalnya, dari semakin maraknya
> forum diskusi, kajian sosio-keagamaan, jaringan advokasi akar rumput,
> serta gerakan perempuan dari kalangan muda pesantren yang juga memiliki
> basis pendidikan di universitas dan perguruan tinggi Islam.
>
> Desantara lahir di tengah komunitas seperti ini. Bersamaan dengan terus
> menguatnya krisis dan delegitimasi Orde Baru, Desantara terus tumbuh
> sebagai jaringan pemikiran dan gerakan civil society dari kalangan muda
> yang menginginkan terjadinya perubahan di Indonesia yang lebih
> demokratis. Latar belakang pesantren tradisional dan minat studi di
> perguruan tinggi yang berbeda-beda merupakan simpul yang
> mempertemukannya. Salah satu isu menarik yang terus diminati di forum
> ini adalah keinginan untuk mengembangkan wacana kebudayaan sebagai modal
> kutural yang lebih transformatif. Pesantren bersama dengan
> kekuatan-kekuatan arus bawah lainnya dibidik sebagai target yang
> diharapkan menjadi salah satu agen transformatif tersebut.
>
> Sebagaimana kita ketahui sebelumnya, kebijakan kebudayaan di masa Orde
> Baru menghasilkan sejumlah implikasi sosio-kultural yang begitu besar
> di kalangan masyarakat akar rumput. Peristiwa 1965 dianggap sebagai
> titik balik orientasi kebudayaan yang menceraiberaikan berbagai
> kekuatan-kekuatan politik di masyarakat untuk kemudian dibawa ke dalam
> sistem Orde Baru yang mengakibatkan terjadinya floating mass.
> Desantara berminat ingin menyegarkan kembali pergulatan, kontestasi dan
> dialog yang tumbuh subur sebagaimana pernah terjadi di masa sebelumnya.
> Bagi Desantara sejarah yang terputus harus dirememorisasi dan
> direinvensi dengan semangat yang lebih aktual. Ini dilakukan dengan cara
> mengangkat dan memberi ruang kembali kekuatan-kekuatan kebudayaan di
> masyarakat yang lebih otonom, inklusif, dan demokratis.
>
> Bidang pertama yang digeluti menjadi program berkelanjutan adalah
> pembentukan komunitas-komunitas epistemik di kalangan pesantren dan
> komunitas lokal (masyarakat adat) untuk menjembatani kesenjangan dan
> ketegangan pemikiran diantara mereka. Terbentuknya komunitas ini
> seterusnya menjadi modal sosial bagi terus tumbuhnya pemikiran dan
> praktik kebudayaan yang lebih inklusif dan liberatif di massa rakyat.
> Pesantren dan komunitas-komunitas lain di tingkat lokal perlu didorong
> agar memiliki kapasitas untuk berkiprah di ruang publik. Dalam konteks
> ini Desantara menfasilitasi terbentuknya ruang komunikasi yang
> partisipatoris sekaligus mendorong repositioning subyek yang
> transformatif di tengah himpitan struktur dan praktik budaya yang
> melingkupinya.
>
> Maka dalam perkembangannya, jaringan dan komunitas Desantara di tingkat
> akar rumput menuntut tersedianya proses pendampingan yang lebih luas.
> Bagi Desantara penyemaian gagasan keagamaan yang lebih inklusif dan
> transformatif berdampak pula kepada keharusan membangkitkan politik
> kewargaan yang lebih kritis di berbagai bidang. Problem massa rakyat
> tidak dapat disempitkan semata kepada satu isu tunggal.
>
> Karena, dalam pengalaman Desantara, kebudayaan ternyata tidak sebatas
> representasi simbolik sebagaimana dalam kesenian dan ritual. Bagi
> Desantara kebudayaan meliputi berbagai proses interaksi antar manusia
> yang menghasilkan berbagai makna simbolik sebagai representasi dari
> beragam kepentingan untuk mendominasi, menghegemoni, mengintimadasi,
> mengeksklusi, dan juga kepentingan untuk membebaskan dan mencairkan
> beragam bentuk dominasi dan represi tersebut. Di tengah situasi seperti
> ini maka bagi Desantara kerja atau praktik kebudayaan itu setidaknya
> memiliki tiga hal:
> •Representasi proses emansipasi manusia untuk memperjuangkan serta
> menegakkan hak-hak dan martabatnya
> • Representasi pluralitas dan kemajemukan suatu komunitas atau
> masyarakat; dan
> •Konsep holistik yang mencakup dimensi etik, estetik, dan
> progresif-evaluatif terbentuk oleh dan melalui interaksi antar sesama
> manusia dan antar berbagai aspek kehidupan.
>
> Pandangan seperti ini mengimplikasikan suatu kebutuhan membangun gerakan
> sosial yang mampu menembus aspek-aspek ketimpangan sosial, politik, dan
> kebudayaan.
>
> Maka demi memenuhi tuntutan perbaikan kelembagaan yang lebih profesional
> dan akuntable Yayasan ini menghadap Notaris Wiwik Asriwahyuni Santosa,
> SH. Untuk didaftarkan kembali pada tahun 2005 sebagai yayasan yang
> berada di bawah SK menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomer: C –
> 336.HT.03.02 Th 2000.
>
> Sumber: http://desantara.org/v1/profil.php
>
>
>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Endurance Zone

A Yahoo! Group

Learn how to

increase endurance.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar