Minggu, 18 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: Sejarah Singkat Yayasan Desantara

Mas Manneke,

Untuk sementara ini, saya baru menemukan kiprah sayap Kajian Perempuan (KP)  Desantara di http://www.perempuanmultikultural.com . Saya baru baca-baca selintas, belum terlalu banyak.  Jadi belum bisa memberi komentar/opini. Thanks ya Mas. Kalau ada info lainnya, senantiasa saya sambut dengan gembira. :)

salam,
harez


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@... wrote:
>
> Ha ha ha, barvo, Mas Harez! Aku kalah cepat. Kalo ada waktu, coba Anda cari
> sayap kajian perempuannya Desantara. Mereka inilah yang menerbitkan Srinthil
> dan memfokuskan diri pada riset dan kajian perempuan "ndeso", "udik" dan
> tradisional. Kalo Desantaranya sendiri sih lebih umum dan luas cakupannya, tapi
> stress-nya adalah pada multikulturalisme.
>
> manneke
>
> Quoting sinagahp sinagahp@...:
>
> > Sejarah Singkat Yayasan Desantara
> >
> > Tahun 1997 bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi yang diikuti dengan
> > krisis legitimasi pemerintahan Orde Baru. Krisis ini ditandai dengan
> > berbagai kerusuhan sosial dan aksi mahasiswa di beberapa tempat, yang
> > pada akhirnya mengguncang seluruh jaringan struktur Orde Baru yang
> > ditopang oleh sentralisme politik dengan sistem ekonominya yang
> > bermadzhab "neoliberal". Rezim otoritarianisme Orde Baru ini
> > mencapai titik balik dengan semakin tumbuhnya berbagai kekuatan civil
> > society di Indonesia.
> >
> > Kelompok Islam yang semula hanya menjadi label pasif dalam struktur Orde
> > Baru kemudian muncul sebagai kekuatan politik dan sosial yang
> > signifikan. Meskipun Islam muncul dalam berbagai lembaga dan gerakan
> > sosial, kelompok yang merupakan komunitas terbesar di Indonesia ini
> > juga melahirkan sejumlah lapisan cerdik pandai dan aktivis sosial yang
> > secara aktif menjadi lokomotif proses demokratisasi mengiiringi
> > runtuhnya kekuasan Soeharto yang represif.
> >
> > Salah satu kekuatan Islam di Indonesia yang patut diperhitungkan sampai
> > saat ini adalah lembaga pesantren. Di kalangan masyarakat arus bawah
> > pesantren menjadi bagian penting yang tidak dapat dikesampingkan.
> > Pesantren hingga saat ini telah sukses menjadi lembaga pendidikan paling
> > populis yang memiliki jaringan lintas kelas dan etnis selama puluhan
> > tahun. Bersamaan dengan lapisan kelas menengah dari kalangan pesantren
> > yang mengenyam pendidikan tinggi, kelompok pesantren yang berserak di
> > berbagai tempat di pedesaan ini turut meramaikan aksi gerakan masyarakat
> > sipil. Kenyataan ini dapat dilihat, misalnya, dari semakin maraknya
> > forum diskusi, kajian sosio-keagamaan, jaringan advokasi akar rumput,
> > serta gerakan perempuan dari kalangan muda pesantren yang juga memiliki
> > basis pendidikan di universitas dan perguruan tinggi Islam.
> >
> > Desantara lahir di tengah komunitas seperti ini. Bersamaan dengan terus
> > menguatnya krisis dan delegitimasi Orde Baru, Desantara terus tumbuh
> > sebagai jaringan pemikiran dan gerakan civil society dari kalangan muda
> > yang menginginkan terjadinya perubahan di Indonesia yang lebih
> > demokratis. Latar belakang pesantren tradisional dan minat studi di
> > perguruan tinggi yang berbeda-beda merupakan simpul yang
> > mempertemukannya. Salah satu isu menarik yang terus diminati di forum
> > ini adalah keinginan untuk mengembangkan wacana kebudayaan sebagai modal
> > kutural yang lebih transformatif. Pesantren bersama dengan
> > kekuatan-kekuatan arus bawah lainnya dibidik sebagai target yang
> > diharapkan menjadi salah satu agen transformatif tersebut.
> >
> > Sebagaimana kita ketahui sebelumnya, kebijakan kebudayaan di masa Orde
> > Baru menghasilkan sejumlah implikasi sosio-kultural yang begitu besar
> > di kalangan masyarakat akar rumput. Peristiwa 1965 dianggap sebagai
> > titik balik orientasi kebudayaan yang menceraiberaikan berbagai
> > kekuatan-kekuatan politik di masyarakat untuk kemudian dibawa ke dalam
> > sistem Orde Baru yang mengakibatkan terjadinya floating mass.
> > Desantara berminat ingin menyegarkan kembali pergulatan, kontestasi dan
> > dialog yang tumbuh subur sebagaimana pernah terjadi di masa sebelumnya.
> > Bagi Desantara sejarah yang terputus harus dirememorisasi dan
> > direinvensi dengan semangat yang lebih aktual. Ini dilakukan dengan cara
> > mengangkat dan memberi ruang kembali kekuatan-kekuatan kebudayaan di
> > masyarakat yang lebih otonom, inklusif, dan demokratis.
> >
> > Bidang pertama yang digeluti menjadi program berkelanjutan adalah
> > pembentukan komunitas-komunitas epistemik di kalangan pesantren dan
> > komunitas lokal (masyarakat adat) untuk menjembatani kesenjangan dan
> > ketegangan pemikiran diantara mereka. Terbentuknya komunitas ini
> > seterusnya menjadi modal sosial bagi terus tumbuhnya pemikiran dan
> > praktik kebudayaan yang lebih inklusif dan liberatif di massa rakyat.
> > Pesantren dan komunitas-komunitas lain di tingkat lokal perlu didorong
> > agar memiliki kapasitas untuk berkiprah di ruang publik. Dalam konteks
> > ini Desantara menfasilitasi terbentuknya ruang komunikasi yang
> > partisipatoris sekaligus mendorong repositioning subyek yang
> > transformatif di tengah himpitan struktur dan praktik budaya yang
> > melingkupinya.
> >
> > Maka dalam perkembangannya, jaringan dan komunitas Desantara di tingkat
> > akar rumput menuntut tersedianya proses pendampingan yang lebih luas.
> > Bagi Desantara penyemaian gagasan keagamaan yang lebih inklusif dan
> > transformatif berdampak pula kepada keharusan membangkitkan politik
> > kewargaan yang lebih kritis di berbagai bidang. Problem massa rakyat
> > tidak dapat disempitkan semata kepada satu isu tunggal.
> >
> > Karena, dalam pengalaman Desantara, kebudayaan ternyata tidak sebatas
> > representasi simbolik sebagaimana dalam kesenian dan ritual. Bagi
> > Desantara kebudayaan meliputi berbagai proses interaksi antar manusia
> > yang menghasilkan berbagai makna simbolik sebagai representasi dari
> > beragam kepentingan untuk mendominasi, menghegemoni, mengintimadasi,
> > mengeksklusi, dan juga kepentingan untuk membebaskan dan mencairkan
> > beragam bentuk dominasi dan represi tersebut. Di tengah situasi seperti
> > ini maka bagi Desantara kerja atau praktik kebudayaan itu setidaknya
> > memiliki tiga hal:
> > •Representasi proses emansipasi manusia untuk memperjuangkan serta
> > menegakkan hak-hak dan martabatnya
> > • Representasi pluralitas dan kemajemukan suatu komunitas atau
> > masyarakat; dan
> > •Konsep holistik yang mencakup dimensi etik, estetik, dan
> > progresif-evaluatif terbentuk oleh dan melalui interaksi antar sesama
> > manusia dan antar berbagai aspek kehidupan.
> >
> > Pandangan seperti ini mengimplikasikan suatu kebutuhan membangun gerakan
> > sosial yang mampu menembus aspek-aspek ketimpangan sosial, politik, dan
> > kebudayaan.
> >
> > Maka demi memenuhi tuntutan perbaikan kelembagaan yang lebih profesional
> > dan akuntable Yayasan ini menghadap Notaris Wiwik Asriwahyuni Santosa,
> > SH. Untuk didaftarkan kembali pada tahun 2005 sebagai yayasan yang
> > berada di bawah SK menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomer: C –
> > 336.HT.03.02 Th 2000.
> >
> > Sumber: http://desantara.org/v1/profil.php
> >
> >
> >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

Health & Fitness

on Yahoo! Groups

Useful info for the

health conscious.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar