Senin, 19 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: Sejarah Singkat Yayasan Desantara

Cari Jurnal Srinthil-nya aja, Mas. Kalau yang di website kurang yahud :) Tapi
setahu saya, jurnal ini memang belum ada versi online-nya sih. Sayang....

manneke

Quoting sinagahp <sinagahp@yahoo.com>:

> Mas Manneke,
>
> Untuk sementara ini, saya baru menemukan kiprah sayap Kajian Perempuan
> (KP) Desantara di http://www.perempuanmultikultural.com . Saya baru
> baca-baca selintas, belum terlalu banyak. Jadi belum bisa memberi
> komentar/opini. Thanks ya Mas. Kalau ada info lainnya, senantiasa saya
> sambut dengan gembira. :)
>
> salam,
> harez
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@... wrote:
> >
> > Ha ha ha, barvo, Mas Harez! Aku kalah cepat. Kalo ada waktu, coba Anda
> cari
> > sayap kajian perempuannya Desantara. Mereka inilah yang menerbitkan
> Srinthil
> > dan memfokuskan diri pada riset dan kajian perempuan "ndeso", "udik"
> dan
> > tradisional. Kalo Desantaranya sendiri sih lebih umum dan luas
> cakupannya, tapi
> > stress-nya adalah pada multikulturalisme.
> >
> > manneke
> >
> > Quoting sinagahp sinagahp@...:
> >
> > > Sejarah Singkat Yayasan Desantara
> > >
> > > Tahun 1997 bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi yang diikuti
> dengan
> > > krisis legitimasi pemerintahan Orde Baru. Krisis ini ditandai dengan
> > > berbagai kerusuhan sosial dan aksi mahasiswa di beberapa tempat,
> yang
> > > pada akhirnya mengguncang seluruh jaringan struktur Orde Baru yang
> > > ditopang oleh sentralisme politik dengan sistem ekonominya yang
> > > bermadzhab "neoliberal". Rezim otoritarianisme Orde Baru ini
> > > mencapai titik balik dengan semakin tumbuhnya berbagai kekuatan
> civil
> > > society di Indonesia.
> > >
> > > Kelompok Islam yang semula hanya menjadi label pasif dalam struktur
> Orde
> > > Baru kemudian muncul sebagai kekuatan politik dan sosial yang
> > > signifikan. Meskipun Islam muncul dalam berbagai lembaga dan gerakan
> > > sosial, kelompok yang merupakan komunitas terbesar di Indonesia
> ini
> > > juga melahirkan sejumlah lapisan cerdik pandai dan aktivis sosial
> yang
> > > secara aktif menjadi lokomotif proses demokratisasi mengiiringi
> > > runtuhnya kekuasan Soeharto yang represif.
> > >
> > > Salah satu kekuatan Islam di Indonesia yang patut diperhitungkan
> sampai
> > > saat ini adalah lembaga pesantren. Di kalangan masyarakat arus bawah
> > > pesantren menjadi bagian penting yang tidak dapat dikesampingkan.
> > > Pesantren hingga saat ini telah sukses menjadi lembaga pendidikan
> paling
> > > populis yang memiliki jaringan lintas kelas dan etnis selama puluhan
> > > tahun. Bersamaan dengan lapisan kelas menengah dari kalangan
> pesantren
> > > yang mengenyam pendidikan tinggi, kelompok pesantren yang berserak
> di
> > > berbagai tempat di pedesaan ini turut meramaikan aksi gerakan
> masyarakat
> > > sipil. Kenyataan ini dapat dilihat, misalnya, dari semakin maraknya
> > > forum diskusi, kajian sosio-keagamaan, jaringan advokasi akar
> rumput,
> > > serta gerakan perempuan dari kalangan muda pesantren yang juga
> memiliki
> > > basis pendidikan di universitas dan perguruan tinggi Islam.
> > >
> > > Desantara lahir di tengah komunitas seperti ini. Bersamaan dengan
> terus
> > > menguatnya krisis dan delegitimasi Orde Baru, Desantara terus tumbuh
> > > sebagai jaringan pemikiran dan gerakan civil society dari kalangan
> muda
> > > yang menginginkan terjadinya perubahan di Indonesia yang lebih
> > > demokratis. Latar belakang pesantren tradisional dan minat studi di
> > > perguruan tinggi yang berbeda-beda merupakan simpul yang
> > > mempertemukannya. Salah satu isu menarik yang terus diminati di
> forum
> > > ini adalah keinginan untuk mengembangkan wacana kebudayaan sebagai
> modal
> > > kutural yang lebih transformatif. Pesantren bersama dengan
> > > kekuatan-kekuatan arus bawah lainnya dibidik sebagai target yang
> > > diharapkan menjadi salah satu agen transformatif tersebut.
> > >
> > > Sebagaimana kita ketahui sebelumnya, kebijakan kebudayaan di masa
> Orde
> > > Baru menghasilkan sejumlah implikasi sosio-kultural yang begitu
> besar
> > > di kalangan masyarakat akar rumput. Peristiwa 1965 dianggap sebagai
> > > titik balik orientasi kebudayaan yang menceraiberaikan berbagai
> > > kekuatan-kekuatan politik di masyarakat untuk kemudian dibawa ke
> dalam
> > > sistem Orde Baru yang mengakibatkan terjadinya floating mass.
> > > Desantara berminat ingin menyegarkan kembali pergulatan, kontestasi
> dan
> > > dialog yang tumbuh subur sebagaimana pernah terjadi di masa
> sebelumnya.
> > > Bagi Desantara sejarah yang terputus harus dirememorisasi dan
> > > direinvensi dengan semangat yang lebih aktual. Ini dilakukan dengan
> cara
> > > mengangkat dan memberi ruang kembali kekuatan-kekuatan kebudayaan
> di
> > > masyarakat yang lebih otonom, inklusif, dan demokratis.
> > >
> > > Bidang pertama yang digeluti menjadi program berkelanjutan adalah
> > > pembentukan komunitas-komunitas epistemik di kalangan pesantren dan
> > > komunitas lokal (masyarakat adat) untuk menjembatani kesenjangan dan
> > > ketegangan pemikiran diantara mereka. Terbentuknya komunitas ini
> > > seterusnya menjadi modal sosial bagi terus tumbuhnya pemikiran dan
> > > praktik kebudayaan yang lebih inklusif dan liberatif di massa
> rakyat.
> > > Pesantren dan komunitas-komunitas lain di tingkat lokal perlu
> didorong
> > > agar memiliki kapasitas untuk berkiprah di ruang publik. Dalam
> konteks
> > > ini Desantara menfasilitasi terbentuknya ruang komunikasi yang
> > > partisipatoris sekaligus mendorong repositioning subyek yang
> > > transformatif di tengah himpitan struktur dan praktik budaya yang
> > > melingkupinya.
> > >
> > > Maka dalam perkembangannya, jaringan dan komunitas Desantara di
> tingkat
> > > akar rumput menuntut tersedianya proses pendampingan yang lebih
> luas.
> > > Bagi Desantara penyemaian gagasan keagamaan yang lebih inklusif dan
> > > transformatif berdampak pula kepada keharusan membangkitkan politik
> > > kewargaan yang lebih kritis di berbagai bidang. Problem massa
> rakyat
> > > tidak dapat disempitkan semata kepada satu isu tunggal.
> > >
> > > Karena, dalam pengalaman Desantara, kebudayaan ternyata tidak
> sebatas
> > > representasi simbolik sebagaimana dalam kesenian dan ritual. Bagi
> > > Desantara kebudayaan meliputi berbagai proses interaksi antar
> manusia
> > > yang menghasilkan berbagai makna simbolik sebagai representasi dari
> > > beragam kepentingan untuk mendominasi, menghegemoni, mengintimadasi,
> > > mengeksklusi, dan juga kepentingan untuk membebaskan dan mencairkan
> > > beragam bentuk dominasi dan represi tersebut. Di tengah situasi
> seperti
> > > ini maka bagi Desantara kerja atau praktik kebudayaan itu setidaknya
> > > memiliki tiga hal:
> > > •Representasi proses emansipasi manusia untuk memperjuangkan
> serta
> > > menegakkan hak-hak dan martabatnya
> > > • Representasi pluralitas dan kemajemukan suatu komunitas atau
> > > masyarakat; dan
> > > •Konsep holistik yang mencakup dimensi etik, estetik, dan
> > > progresif-evaluatif terbentuk oleh dan melalui interaksi antar
> sesama
> > > manusia dan antar berbagai aspek kehidupan.
> > >
> > > Pandangan seperti ini mengimplikasikan suatu kebutuhan membangun
> gerakan
> > > sosial yang mampu menembus aspek-aspek ketimpangan sosial, politik,
> dan
> > > kebudayaan.
> > >
> > > Maka demi memenuhi tuntutan perbaikan kelembagaan yang lebih
> profesional
> > > dan akuntable Yayasan ini menghadap Notaris Wiwik Asriwahyuni
> Santosa,
> > > SH. Untuk didaftarkan kembali pada tahun 2005 sebagai yayasan yang
> > > berada di bawah SK menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomer: C
> –
> > > 336.HT.03.02 Th 2000.
> > >
> > > Sumber: http://desantara.org/v1/profil.php
> > >
> > >
> > >
> > >
> >
>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Real Food Group

Share recipes,

restaurant ratings

and favorite meals.

10 pairs of tickets

a day from Yahoo!

Fly home for the

Holidays for free.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar