Sabtu, 17 November 2007

Re: Balasan: [psikologi_transformatif] Mas Edy -- > Terapi Marah lagi :)

Napa pula harus marah, to, mBak ?
Apa ada yang bilang egp ?
Apa ada yang menyepelein ?
Apa gak dianggep ?
Apa tidak di manusiakan ?
Kalau memang demikian, mBak.
Sampaikan simpatiku, mBak.
Semoga kuat menerima cobaan itu.
Dan sabar.
Hidup masih panjang, mBak
Janganlah diisi dengan tangis, mBak
Meski mungkin tak kuat menerima.
Semoga ditolong sama Tuhan, mBak
Siapa lagi yang bisa menolong, mBak ?
Bila berhal seperti itu
Hanya Tuhan, mBak
Tempat kita berlindung, mBak
Tempat kita menangis, mBak
Sampaikan rasa simpatiku, mBak

was_swas <was_swas@yahoo.com> wrote:

Mas Edy, kalau saran yang Mas berikan pada Jeng Lulu itu memang lebih tepat dikatakan sebagai teknik meredakan emosi :)
Sedangkan untuk Terapi Marah sendiri.. well.. agak tricky menjawabnya, namun saya coba ya :)
> yang jelas yang di hancurkan bukanlah emosi marahnya , namun sisa sisa
> marah terpendam MASA LALU di memori
pikiran secara keseluruhan bukan
> bagian per bagian.
>
> kemaran terpendam masa lalu ,apakah itu bisa di sebut tetap ??
Kalau Mas bicara tentang marah yang terpendam masa lalu, maka menurut saya kita harus bicara tentang psikoanalisa. Dan teori Freud tentang "represi" serta "defense mechanism" paling tepat untuk dijadikan acuan pembahasan.
Freud banyak bicara tentang pengalaman traumatis dan bagaimana individu menghadapinya. Menurut Freud, pengalaman itu direpresikan hingga ke alam bawah sadar. Untuk menghadapinya, manusia akan menampilkan berbagai mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahan diri ini yang membuat seseorang bisa seolah2 berfungsi dengan baik walaupun sebenarnya masih menyimpan dan menumpuk emosi negatif (salah satunya mungkin kemarahan) terhadap apa yang terkait dengan pengalaman traumatisnya.
Terapi2 yang bertumpu pada pendekatan psikoanalisa menempatkan "persepsi individu terhadap pengalaman traumatis" sebagai kondisi menetap yang harus diubah. Dengan mengubah kondisi ini, emosi negatif yang tertumpuk itu akan hilang. Jadi, bukan emosi negatif yang tertumpuk itu yang dijadikan target untuk dihilangkan, melainkan akar permasalahannya. Emosi negatif itu adalah simtom yang menyertainya.
Kalau sekarang Mas Edy bertanya apakah kemarahan terpendam itu bisa dikatakan menetap, well..  dengan patokan psikoanalisa: tidak. Itu adalah reaksi dari suatu akar masalah. Ibaratnya, marah terpendam ini adalah lumpur Lapindo. Dikuras dan dibuang ke tempat lain pun akan muncul kembali karena kondisi buruk yang menetap tidak terselesaikan :)
Ada satu alasan lagi yang saya soroti dalam penjabaran Mas Edy: sisa-sisa marah terpendam masa lalu DI MEMORI PIKIRAN. Kembali saya berpatokan pada psikoanalisa: suatu pengalaman traumatis yang direpresikan tidak tersimpan dalam memori pikiran yang dapat diakses. Memang tidak benar2 hilang dari pikiran, tapi sudah diblokade sedemikian rupa sehingga tidak disadari, apalagi diingat.
> prosesnya adalah menghapus timbunan marah terpendam masa lalu .dengan
> rileksasi , visualisasi pikiran , menggambar dan sugesti , di tambah
> musik dan kopi sbg entertainment.
> memakan waktu 60 sampai 90 menit. bisa individual atau massal 15 orang.
>
> kemudian menanamkan nilai kesabaran ke dalam memori pikirannya melalui
> visualisasi ,dan menggambar yang di dahului juga dengan rileksasi dan
> membimbing ke alam setengah sadar.
> karena kalau ada memori masa lalu yang di hapus dalam pikiran , harus
> ada yang di isikan ke dalamnya.
> kemudian di sertai latihan meditasi sambil mengucap afirmasi selama 1
> minggu setelah terapi.
Proses ini sedikit banyak mirip dengan hypnotherapy yang saya tahu. Tapi.. yang harus Mas Edy ingat, hypnotherapy itu tujuannya lebih untuk mengubah pola perilaku :). Mereka tidak meng-claim menghancurkan sisa2 kemarahan terpendam masa lalu, mereka hanya mengubah pola yang sekarang :). So.. kalau dari sudut psikologi, ini lebih dekat kepada behavioristik. Ranah mereka adalah perilaku nyata; bukan memory, bukan consciousness.
Ini yang membingungkan dari pendekatan Mas Edy: at the same time Anda membicarakan objective dan masalah yang khas psikoanalisa, tapi ranah garapannya adalah ingatan, dan kemudian dalam email berikutnya bertanya tentang hypnotherapy yang sebenarnya lebih dekat pada behavioristik (meskipun dengan teknik hipnosis) :)
Well.. kalau berdasarkan apa yang saya tangkap dari penjelasan Mas Edy, mungkin ada baiknya Mas Edy kembali ke titik awal: merumuskan tujuan dan racikannya. Kali ini mungkin dengan lebih banyak mengobrol dengan Art Therapist yang sudah berpengalaman, dan mempelajari ulang tentang psikoanalisa. Memang benar bahwa Art Therapy itu "menggunakan seni karena kata kata saja kadang tidak cukup", tapi intinya adalah lebih pada terapi itu sendiri, bukan pada penggunaan art-nya. Penggunaan art itu lebih berupa alternatif cara lain dibandingkan kata2, tapi tetap yang paling utama adalah merumuskan apa yang hendak diubah dan bagaimana mengubahnya :)
Dan walaupun saya nggak mendalami art therapy, sejauh yang saya tahu Art Therapy ini dekat sekali dengan psikoanalisa. Seperti yang tergambar dalam situs yang Mas Edy berikan sendiri (situs Marty Levinson) yang banyak bicara tentang alam bawah sadar (bukan memory/ingatan, yang masuk dalam alam sadar) seperti dreams.
Atau, kalau nggak mau pakai psikoanalisa, mungkin Mas Edy perlu mencari tautan yang lebih jelas antara kemarahan terpendam, ingatan, dan seni sebagai sarana pengubahannya :).
Salam,

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "edy_pekalongan" <edy_pekalongan@...> wrote:
>
>
> mbak swas
> terima kasih atas masukannya .dan mohon saran lanjutannya....
> untuk saran kepada mbak lulu itu bukan proses terapi marah dengan
> menggambar itu hanya tips kecil meredakan emosi sesaat.
>
> kalau lebih tepat di sebut tehnik self healing. gak tahu juga...
> yang jelas yang di hancurkan bukanlah emosi marahnya , namun sisa sisa
> marah terpendam MASA LALU di memori pikiran secara keseluruhan bukan
> bagian per bagian.
>
> kemaran terpendam masa lalu ,apakah itu bisa di sebut tetap ??
>
>
> prosesnya adalah menghapus timbunan marah terpendam masa lalu .dengan
> rileksasi , visualisasi pikiran , menggambar dan sugesti , di tambah
> musik dan kopi sbg entertainment.
> memakan waktu 60 sampai 90 menit. bisa individual atau massal 15 orang.
>
> kemudian menanamkan nilai kesabaran ke dalam memori pikirannya melalui
> visualisasi ,dan menggambar yang di dahului juga dengan rileksasi dan
> membimbing ke alam setengah sadar.
>
> karena kalau ada memori masa lalu yang di hapus dalam pikiran , harus
> ada yang di isikan ke dalamnya.
> kemudian di sertai latihan meditasi sambil mengucap afirmasi selama 1
> minggu setelah terapi.
>
> saya sendiri kadang bingung ini lebih tepat di sebut emosional healing
> atau terapi ??
>
> mohon masukannya....
>
>
> salam,
> edy
> pekalongan


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Curves on Yahoo!

A group for women

to share & discuss

food & weight loss.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar