Kamis, 22 November 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: POST INDIGO SYNDROME (Jawaban: Vincent Liong)

kan tempo hari malahan dengan bangga dia menyatakan betapa dia memaki-maki orangtuanya sendiri,
sampai saya prihatinnnnnnnnnnnnnn sekali dan kesiannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn sekali.
sehingga mempertanyakan keberadaan si orangtua dari anak model beginian....
hlah....
ketika bapaknya muncul, ndelalah, malahan terjawab, dari mana segala ********* ini berasal bukan????
akhirnya,
malahan yang tuduhannya dibalik kan?
 
anak ini hebat banget....
anak yang hebat berasal dari bapak yang hebat....
 
dan kamu bicara tentang "kapok", pak Goen?
heheheheheheeeee.............
 
nonton medley aja pak Goen.
ironi-ironinya jauh lebih masuk akal dan berharga untuk diperhatikan....
 
best,
si bude

 
On 11/22/07, goenardjoadi <goenardjoadi@gmail.com> wrote:

Vincent Liong answer:
Mas Leonardo Rimba harus memaafkan diri sendiri, kedua
orangtua, Ani Sekarningsih dan Vincent Liong. Sudah
sekian tahun mas Leonardo Rimba menunda semua ini.
Semakin lama ditunda akan semakin berat bayarnya.
Dengan kritik-kritik saya terhadap kesombongan mas
Leonardo Rimba, mas Leo akan mengalami kejatuhan.
Pertanyaannya adalah sampai kejatuhan seperti apa,
serendah apa mas Leonardo Rimba akan dengan tulus
ikhlas bersedia melepaskan ego penyangkalan diri dan
mau bertemu dengan diri sendiri untuk memaafkan diri
sendiri, kedua orangtua, Ani Sekarningsih dan Vincent
Liong. Nah itu yang menentukan adalah mas Leonardo
Rimba sendiri.

GG: *Hopeless* sahabat yang dituakan, yang melindungi dari cacian
masyarakat kok didoakan jatuh, emangnga mangga? kapokmu kapan?

salam,
goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Vincent Liong
<vincentliong@...> wrote:
>
> Balasan Vincent Liong untuk email:
> ====================================================
> Subject: Re: [Spiritual-Indonesia] Re: POST INDIGO
> SYNDROME
> From: Mang Iyus <juswan@...>
> DDT: Wed Nov 21, 2007 4:19 am
> e-link:
> http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/message/1945
> ====================================================
> Balasan Vincent Liong di bawah paragraf email yang
> dibalas…
>
>
>
> e-link:
> http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/message/1905
>
> Mon Nov 19, 2007 7:40 pm (PST)
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
>
> Dear Friends,
>
> Saya _tidak bisa_ menerima bahwa orang2 NALURIAH
> seperti Vincent Liong itu sama seperti orang SPIRITUAL
> dalam arti memilikir kesadaran dengan tingkat dimana
> ego itu semakin lama semakin berkurang sehingga bisa
> menjadi semakin manusiawi.
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Memberi stigma Vincent sebagai "manusia naluriah" itu
> sendiri adalah suatu act of "labelling" yang tidak
> adil. Anda pasti tahu bahwa yang namanya manusia itu
> tidak ada yang "totally instinctive". Kalau toh anda
> berpendapat demikian maka sebenarnya anda tidak paham
> – atau tidak mau menerima fakta bahwa manusia itu
> memiliki tiga matra yaitu fisik, mental dan
> roh/spiritual. Secara implisit anda mengakui anda
> tidak termasuk `manusia instintif' melainkan "manusia
> spiritual". Benarkah anda itu manusia yang "totally
> spiritual"? Sudah makan bunga dan
> minum air putih sajakah? Tidak suka pizza dan red wine
> lagi? Tidak suka sek-esek lagikah?
> Dikotomi `manusia spiritual' versus `manusia naluriah'
> itu Tidak benar dan tidak perlu. Seharusnya anda sudah
> lama mampu melakukan transendensi terhadap
> pertentangan diametral tersebut dan memandang manusia
> secara lebih integral dan holistik. Yang dan Yin itu
> merupakan realitas. Tidak ada manusia yang sama. Tidak
> ada juga `jenis manusia' yang sama. Tuhan menciptakan
> tiap manusia secara unik. Dan perbedaan ini harus kita
> terima sebagai kenyataan
> tanpa harus `mengagungkan' atau `melecehkan' satu sama
> lain.
>
> Vincent Liong answer:
> Sdr. Juswan Setyawan dan Leonardo Rimba,
> Sejak saya menjadi penulis, hingga jadi anak indigo
> dan mengajar kundalini, sampai sekarang sebagai
> pendiri kompatiologi... Satu hal yang tidak pernah
> berubah dari saya adalah: Saya tidak pernah berusaha
> menutupi kekurangan dan kelebihan saya sebagai manusia
> biasa yang apa adanya untuk meninggikan diri sendiri.
> Komitment terhadap diri sendiri ini sudah saya pegang
> cukup lama sejak dulu hingga sekarag dan tidak pernah
> sekalipun saya langgar.
>
> Bahkan dengan kompatiologi, tujuan saya yaitu membuat
> kondisi egaliter tanpa perbedaan kasta spiritual,
> kasta guru murid, dlsb sangat saya tekankan dengan
> membuat kurikulum dimana banyak terdekon (murid) bisa
> akhirnya menjadi pendekon (guru). Ini adalah kekuatan
> dan sekaligus kelemahan saya dalam menghadapi
> kritik-kritik dan usaha menjatuhkan yang dilakukan
> orang-orang di sekitar saya. Ini pula yang membuat
> tanpa promosi yang serius pun, alam tetap meonolong
> saya dengan banyaknya teman yang mau dengan
> tulus-ikhlas, mengurusi saya yang manja ini. Karena
> saya teman, sahabat & saudara yang setara dengan
> mereka sebagai manusia apa adanya.
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Anda lihat sendiri. Saya sudah EMPAT KALI mengeluarkan
> Vincent Liong dari milis Spiritual-Indonesia ini. Dan
> dia itu masih mau memaksakan pendapatnya bahwa dirinya
> adalah GURU BESAR dari ilmu dekon2an yang menurut saya
> cuma tipuan belaka.
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Kalau VCL sudah dikeluarkan dari milis SI bagaimana
> mungkin tulisannya bisa masuk lagi? Jadikan saja milis
> SI moderated (bila anda mau memoderasinya setiap
> hari). Kalau tidak mau
> Dijadikan moderated maka jangan mengeluh dong.
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Nah, rekonsiliasi apa yang diminta oleh teman2 ?
> Apakah saya harus mentolerir segala fitnah2 yang
> dibuat oleh Vincent Liong itu. Bukan saja saya yang
> difitnah, tetapi entah berapa banyak orang lagi. Ada
> Mbak Ratih Ibrahim, ada Cak Nurudin Asyadie, ada Mas
> Harez Posma Sinaga, ada Mas Goenardjoadi Gunawan, ada
> mas Audivax. Hmmm hmmm hmmm...
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Serangan verbal terhadap VCL sangat jelas dan dapat
> dibaca semua orang di milis. Siapa yang bilang dia
> anjing. Siapa yang terus menyuruh dia makan obat?
> Siapa yang mau menuntut kejahatannya ke pengadilan?
> Siapa yang memakai identitas palsu untuk ngomong dan
> memaki jorok? Tetapi VCL sendiri kerap konyol dan
> secara tidak langsung membuat dirinya vulnerable dan
> terbuka untuk `mudah diserang' dan untuk hal itu ia
> tidak bisa menyalahkan orang
> lain karena hal itu.
>
> Vincent Liong answer:
> Komitment saya pada pola sikap yang sudah saya
> jelaskan di paragraf sebelumnya adalah kekuatan dan
> sekaligus kelemahan saya dalam menghadapi
> kritik-kritik dan usaha menjatuhkan yang dilakukan
> orang-orang di sekitar saya. Bahkan ketika saya
> dikatakan anjing, disuruh makan obat, mau dibawa ke
> pengadilan, dibuat cerita jorok tentang saya, dlsb
> saya tidak bisa membalas dengan mengatakan Leonardo
> Rimba anjing, atau melakukan balasan dengan cara yang
> sama. Ini karena saya berusaha berdisiplin pada diri
> untuk semaksimal mungkin tidak meninggikan diri saya
> sebagai lebih atau kurang dari manusia yang apa
> adanya. Ketika Leo mengatakan spiritual saya rendah,
> saya tidak mengatakan spiritual saya tinggi. Yang saya
> lakukan selama ini hanya membela diri dengan tidak
> mengulangi kesalahan pihak-pihak yang berusaha
> menjatuhkan saya.
>
> Segila-gilanya saya, saya hanya memposting bukti-bukti
> yang ada atau membuat makalah mengenai perlakuan
> mereka dengan emosi senetralnya saya mampu.
> Kompatiolog-kompatiolog saya juga saya tidak minta
> mereka membela saya atau bersaksi tentang kompatiologi
> berlebihan, karena betapapun saktinya mereka ; saya
> mendidik mereka untuk tidak menganggap kemampuan yang
> didapatkan dari dekon sebagai hal yang spesial;
> misalnya spiritual tinggi, mataketiga, dekat dengan
> Tuhan, sakti, dlsb.
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Lalu, apa saya harus manggut2 dan menerima dia seperti
> apa adanya? Menerima berarti memberikan persetujuan
> saya bahwa apa yang dilakukannya itu benar?
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Saya menerima Vincent dan Leo seperti apa adanya.
> Tidak berarti saya SETUJU terhadap SEMUA buah pikiran,
> sikap, dan perbuatan dia atau anda. Yang diterima itu
> orangnya
> dan yang ditolak itu ialah sikap dan perbuatannya. Dua
> hal itu harus dibedakan. Tuhan mencintai manusia
> tetapi "membenci" perbuatan (dosa) manusia yang
> durhaka.
>
> Vincent Liong answer:
> Menjadi apa adanya juga artinya tidak berusaha
> menunjukkan diri sempurna. Menjadi apa adanya juga
> tidak selalu berusaha menjilat menyenangkan orang
> lain, sebagai manusia biasa harus punya sikap, diri
> sendiri yang diam. Hanya menjadi diri sendiri yang
> tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan. Oleh
> karena hal ini saya menjadi sulit membela diri dalam
> menghadapi serangan yang menimpa saya. Ini bagian dari
> pelajaran yang harus saya jalani dengan konsisten
> tetapi bukan untuk alat pamer kelebihan, kesempurnaan,
> dlsb. Rendah hati itu bukan untuk dikatakan tetapi
> untuk dijalani saja apa adanya.
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Hmmm,,, itu TIDAK BENAR. Dan kalau itu tidak benar,
> biar bagaimanapun saya akan bilang itu tidak benar.
>
> Tidak ada saing2an disini. Teori saing2an itu Teori
> dari Vincent Liong. Dia itu manusia yang sangat
> naluriah. Maunya itu malang melintang dan memfitnah
> kiri kanan. Nah, apa saya harus BERJALAN BERSAMA
> dengan orang seperti itu?
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Tidak perlu "berjalan bersama" dengan orang seperti
> itu, tetapi juga tidak perlu menganggapnya sebangsa
> anjing gila yang harus dinajiskan. Apa hak anda untuk
> menilai?
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Apa saya harus tolerir orang seperti itu?
> Rekonsiliasi apa yang diinginkan?
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Ya anda harus toleransi ialah kepada manusianya,
> seperti anda toleransi kepada teroris dan semua
> penjahat di rutan. Tetapi anda tidak perlu bersahabat
> atau bermuka manis dengan dia kalau anda tidak mau,
> atau tidak sudi (lagi).
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Gak bisalah. Vincent Liong itu orang yang memiliki
> kemanusiaan yang DI BAWAH kemanusiaan manusia normal.
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Pernyataan ini sangat kental sifat "judemental"nya.
> Dia "di bawah" artinya otomatis anda menilai diri anda
> sendiri itu "di atas" bukan?
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Kalau dia mau belajar, ok saya akan ajarkan apa yang
> harus dilakukannya sehingga menjadi manusia yang baik.
> Tetapi kalau dia TIDAK MAU diajar. Bahkan sampai saat
> ini kelakuannya seperti itu, apa saya harus terima
> itu?
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Kalau anda suka steak dan dia suka tempe, tak usah
> ajarkan dia makan steak. Sama seperti orang tidak usah
> mengajar babi untuk tidak makan tinja. Kalau dia mau
> makan tempe terus lalu apa salahnya? Biarkan saja. Dia
> gak bakalan mau belajar dari anda karena ia "peneliti
> asli" sedangkan anda katanya termasuk peneliti `copy &
> paste'. Biarkan saja. Kalau tidak ada sarjana formal
> dari institusi formal maka dunia ini pasti tidak bakal
> maju teknologinya seperti sekarang ini.
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Please THINK !!!
> Kalau Mang Iyus itu dari dulu selalu nyinyir bilang
> saya saingan dengan Vincent Liong. Please Mang Iyus,
> use your mind? Apanya yang disaingin? Saingan apanya?
> Vincent itu anak umur 22 tahun yang kemana-mana tidak
> bisa diterima oleh orang karena NGAWUR. Dan tidak mau
> sekolah. Aku ini belain dia supaya diterima di
> Universitas Atmajaya, sekarang dia gak mau sekolah.
> Maunya ngaco2 aja seperti itu. Hmmm hmmm hmmm...
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Maafkan saya bila saya telah nyinyir seturut Leo.
> Maafkan saya bung.
> Using my mind? I always using my mind but I also using
> my conscience. Saingan langsung sih tidaklah. Soalnya
> begini: Anda jualan Tarot. Vincent jualan `instant
> reading' yang secara potensial (bukan secara riil)
> mengancam tarot. Tetapi nyatanya apa? Nyatanya yang
> terdekon tidak bisa seperti anda yang terus menerus
> bisa tarot. Something wrong? Penipuan? Tidak juga.
> Karena `ketajaman intuisi' tidak langsung jatuh dari
> langit. Intuisi berjalan pada `alpha consciousness'
> dan kondisi itu buka merupakan "kondisi normal"
> manusia. Kondisi normal manusia ialah "kesadaran beta"
> and you know it very well as I did. Makanya kita tidak
> pernah bisa sealiran dengan Vincent yang memegang
> teori "instant alpha" lewat proses dekon. Dekon hanya
> mampu mentrigger sesaat tetapi tidak berkemampuan
> untuk maintaining. Kita masih menganut paham
> konvensional bahwa "ketajaman intuisi" harus sering
> dilatih dengan teknik-teknik meditatif. Sedangkan ia
> anti-meditasi-pasif tetapi sebenarnya diakui atau
> tidak ia mengajukan meditasi-aktif. Sama sekali bukan
> hal baru karena Zen Buddhisme sudah lama
> mengajarkan hal itu. Innovatif? Ya! Inventif?
> Tidaklah.
>
> Vincent Liong answer:
> Karena saya selalu buat kondisi seolah-olah ilmu
> kompatiologi itu tidak ada yang spesial, siapa saja
> bisa belajar jadi murid lalu jadi guru, maka tidak ada
> kompatiolog yang menganggap dirinya sendiri sakti,
> tinggi tingkat spiritualnya, ramalan itu kemampuan
> yang hebat, dlsb.
>
> Kebanyakan kompatiologi bahkan yang suka nulis seperti
> sdr.Juswan setyawan, Andy Ferdiansyah (tinta negatif)
> sekalipun tetap saja menanggap kemampuan itu sekedar
> mainan, pengalaman yang seru saja, bukan sesuatu yang
> spesial; amit-amit mengaku-aku dekat dengan Tuhan,
> atau murtat mau mengaku sebagai jalur yang tunggal ke
> Tuhan, dlsb. Urusan kedekatan dengan Tuhan yang bisa
> menilai hanya si Tuhan sendiri, bukan kita manusianya
> yg mengaku-aku. Ini biasa pihak-pihak yang mau
> menghancurkan kompatiologi manfaatkan seolah-olah
> kompatiologi itu tidak ada intuisinya, tidak dekat
> dengan Tuhan, dlsb.
>
> Ramal-meramal sendiri dilakukan kebanyakan kompatiolog
> secara bergantian / saling meramal bukan peramal dan
> klien, belum ada praktisi kompatiologi yang berani
> memasang tarif untuk meramal meski saya motivasi dan
> ijinkan karena mereka tidak menemukan sisi spesial
> dari hal tsb, kalau mendapat uang dan traktiran ya
> harus tetap diterima. Meramal, dlsb yang dikuasai oleh
> para kompatiolog dianggap sekedar seperti kegiatan;
> melihat dengan mata, membaca muku, dlsb bukan
> kemampuan yang cukup `Wah' sehingga bisa
> diagung-agungkan.
>
> Kalau sebagai pengajar kompatiologi mereka saya paksa
> untuk mau terima uang karena menerima uang itu membuat
> orang bertanggungjawab dan punya kemauan
> mempertahankan standart kwalitas kerja, tetapi meski
> penghasilan saya juga pas-pas-an saya tidak pernah
> meminta uang franchise dari mereka, kalau dikasih
> sukarela yang monggo.
>
> Mendekon bagi para pendekon (pengajar) kompatiologi
> adalah sarana berbagi pengalaman dan pemahaman bahwa
> di dunia ini tidak ada kasta-kasta yang membatasi
> perbedaan derajat kemampuan misalnya: tingkat
> pendidikan, tingkat kesaktian, tingkat spiritual,
> kepintaran, kebodohan, dlsb ; setiap manusia memiliki
> alat pengukuran inheren yang sama canggihnya sejak
> lahir, kalau itu digunakan dengan semaksimal mungkin
> maka batasan-batasan kasta itu tidak lagi berpengaruh
> pada kehidupan si manusia.
>
> Setiap manusia berhak dan bisa berusaha mencapai titik
> maksimal dari perjuangan pencapaiannya dalam bidang
> apapun, entah sisi keuangannya, kedekatan keluarga
> atau pemahaman moral dan spiritualnya masing-masing
> tanpa perlu guru yang ditinggikan untuk diri sendiri
> menjadi direndahkan. Pemahaman inilah yang dianggap
> mahal harganya oleh para praktisi kompatiologi
> sehingga layak untuk disebarluaskan.
>
> Point inilah yang membuat Leonardo Rimba bentrok
> dengan saya sejak saya menyebarkan kompatiologi
> ;karena mas Leonardo Rimba sebagai peramal masih
> membutuhkan perbedaan kasta kesaktian dan kasta
> spiritual tsb antara peramal dan klien, sedangkan saya
> mempropagandakan sebaliknya.
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Nah, rekonsiliasi apa? Udah ah,... biarkan saja orang
> masih mau bernapas dalam lumpur untuk bernapas terus
> dalam lumpur. Please understand. Aku ini membantu
> banyak orang, even Vincent, kalau dia mau belajar.
> Tetapi kalau dia mau terus seperti sekarang, ya
> udahlah. Biarin aja....
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> That's right. Tetapi tidak perlu pula mencaci dia
> terus sebagai manusia yang berkubang dalam lumpur. Ia
> mau berkubang di mana itu urusan dia dan `non of our
> business' bukan? Give him a rest and enough time to
> breath. Ia masih sangat muda. Kalau ia setua saya
> nanti bisa-bisa ia mengalami transformasi spiritual
> yang luar biasa. Siapa tahu bukan? Mengapa kasih vonis
> dia kartu mati?
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
> Vincent Liong itu BUKAN anak indigo. I know that
> myself. Dia itu VERY NALURIAH. Tidak memiliki intuisi,
> tidak bisa konek dengan yang Illahi. Selama 3,5 tahun
> aku dampingi dia, dia konek dengan Mata Ketiga melalui
> aku. Sekarang dia LOSE CONTROL. Biar saja. He has to
> learn by himself now.
>
> Mang Iyus <juswan@...> wrote:
> Di sini tampak INKONSISTENSI anda. Dulu anda yang ikut
> heboh dan gembor ia itu anak indigo; seperti siapa tu
> anak gadis kecil dari Kelapa Gading yang nyerocos
> bahasa dalam bahasa Inggeris terus dan sok dewasa
> itu? Vincent TIDAK BISA konek dengan Illahi? Dan anda
> SELALU bisa? Are you sure? Dia konek dengan M-3
> melalui anda? Are you sure? Amazing sekali claim anda!
> Anda jadi mirip "agen tunggal" jalur tol ke Illahi;
> kok ya mirip-mirip claim kaum penganut aliran
> kharismatik fanatik deh – agen Roh Kudus! Semua yang
> mau belajar M-3 harus "in tune" dengan M-3 dari anda
> sendiri, termasuk Vincent dulunya. Ketika ia jotakan
> dengan anda, maka ia kehilangan jalur ke Illahinya dan
> jatuh ke naluriah semata (the fallen of man?).
> Amazing. "You cannot go to Father if not through
> me"??? Amazing. No hard feeling buddy. "I said what I
> should say." And this is congruous to your own
> principle that I`ve learned, convinced and adopted...
> Thank you Leo, you are also one of my spiritual
> teachers.
> Shalom ! Namaste !
>
> Vincent Liong answer:
> Mas Leonardo Rimba harus memaafkan diri sendiri, kedua
> orangtua, Ani Sekarningsih dan Vincent Liong. Sudah
> sekian tahun mas Leonardo Rimba menunda semua ini.
> Semakin lama ditunda akan semakin berat bayarnya.
> Dengan kritik-kritik saya terhadap kesombongan mas
> Leonardo Rimba, mas Leo akan mengalami kejatuhan.
> Pertanyaannya adalah sampai kejatuhan seperti apa,
> serendah apa mas Leonardo Rimba akan dengan tulus
> ikhlas bersedia melepaskan ego penyangkalan diri dan
> mau bertemu dengan diri sendiri untuk memaafkan diri
> sendiri, kedua orangtua, Ani Sekarningsih dan Vincent
> Liong. Nah itu yang menentukan adalah mas Leonardo
> Rimba sendiri.
>
>
> Ttd,
> Vincent Liong
> Jakarta, Kamis, 22 November 2007
>
>
>
>
>
> Email sebelumnya...
> Subject: Re: [Spiritual-Indonesia] Re: POST INDIGO
> SYNDROME
> From: Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...>
> DDT: Tue Nov 20, 2007 3:40 am
> e-link:
> http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/message/1905
>
> Leonardo Rimba <leonardo_rimba@...> wrote:
>
>
> Dear Friends,
>
> Saya _tidak bisa_ menerima bahwa orang2 NALURIAH
> seperti Vincent Liong itu sama seperti orang SPIRITUAL
> dalam arti memilikir kesadaran dengan tingkat dimana
> ego itu semakin lama semakin berkurang sehingga bisa
> menjadi semakin manusiawi.
>
> Anda lihat sendiri. Saya sudah EMPAT KALI mengeluarkan
> Vincent Liong dari milis Spiritual-Indonesia ini. Dan
> dia itu masih mau memaksakan pendapatnya bahwa dirinya
> adalah GURU BESAR dari ilmu dekon2an yang menurut saya
> cuma tipuan belaka.
>
> Nah, rekonsiliasa apa yang diminta oleh teman2 ?
> Apakah saya harus mentolerir segala fitnah2 yang
> dibuat oleh Vincent Liong itu. Bukan saja saya yang
> difitnah, tetapi entah berapa banyak orang lagi. Ada
> Mbak Ratih Ibrahim, ada Cak Nurudin Asyadie, ada Mas
> Harez Posma Sinaga, ada Mas Goenardjoadi Gunawan, ada
> mas Audivax. Hmmm hmmm hmmm...
>
> Lalu, apa saya harus manggut2 dan menerima dia seperti
> apa adanya? Menerima berarti memberikan persetujuan
> saya bahwa apa yang dilakukannya itu benar?
>
> Hmmm,,, itu TIDAK BENAR. Dan kalau itu tidak benar,
> biar bagaimanapun saya akan bilang itu tidak benar.
>
> Tidak ada saing2an disini. Teori saing2an itu Teori
> dari Vincent Liong. Dia itu manusia yang sangat
> naluriah. Maunya itu malang melintang dan memfitnah
> kiri kanan. Nah, apa saya harus BERJALAN BERSAMA
> dengan orang seperti itu?
>
> Apa saya harus tolerir orang seperti itu?
>
> Rekonsiliasi apa yang diinginkan?
>
> Gak bisalah. Vincent Liong itu orang yang memiliki
> kemanusiaan yang DI BAWAH kemanusiaan manusia normal.
> Kalau dia mau belajar, ok saya akan ajarkan apa yang
> harus dilakukannya sehingga menjadi manusia yang baik.
> Tetapi kalau dia TIDAK MAU diajar. Bahkan sampai saat
> ini kelakuannya seperti itu, apa saya harus terima
> itu?
>
> Please THINK !!!
>
> Kalau Mang Iyus itu dari dulu selalu nyinyir bilang
> saya saingan dengan Vincent Liong. Please Mang Iyus,
> use your mind? Apanya yang disaingin? Saingan apanya?
> Vincent itu anak umur 22 tahun yang kemana-mana tidak
> bisa diterima oleh orang karena NGAWUR. Dan tidak mau
> sekolah. Aku ini belain dia supaya diterima di
> Universitas Atmajaya, sekarang dia gak mau sekolah.
> Maunya ngaco2 aja seperti itu. Hmmm hmmm hmmm...
>
> Nah, rekonsiliasi apa? Udah ah,... biarkan saja orang
> masih mau bernapas dalam lumpur untuk bernapas terus
> dalam lumpur. Please understand. Aku ini membantu
> banyak orang, even Vincent, kalau dia mau belajar.
> Tetapi kalau dia mau terus seperti sekarang, ya
> udahlah. Biarin aja....
>
> Vincent Liong itu BUKAN anak indigo. I know that
> myself. Dia itu VERY NALURIAH. Tidak memiliki intuisi,
> tidak bisa konek dengan yang Illahi. Selama 3,5 tahun
> aku dampingi dia, dia konek dengan Mata Ketiga melalui
> aku. Sekarang dia LOSE CONTROL. Biar saja. He has to
> learn by himself now.
>
> Yours,
> Leo
>
>
> Send instant messages to your online friends
http://au.messenger.yahoo.com
>


__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Real Food Group

on Yahoo! Groups

What does real food

mean to you?

Fitness Zone

on Yahoo! Groups

Find Groups all

about healthy living.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar