Kamis, 06 Desember 2007

Bls: [psikologi_transformatif] Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?


Tulisan tsb utamanya ditujukan supaya perhatian kita dipusatkan pada masalah mendesak zaman ini yang memerlukan penyelesaian segera dan sistematis demi masa depan umat manusia dan bumi tempat tinggalnya.

Bacalah buku REVITALISASI PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN, Penerbit Buku Kompas.
Ada 45 pakar berbagai bidang yang membahas masa depan manusia dalam kaitannya dengan pangan dan peradaban.
  • Penduduk dunia sekarang sdh hampir 7 milyar dan terus bertambah setiap 15 tahun dengan 1 milyar.
  • Ini membutuhkan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan sebagainya.
  • Padahal untuk memproduksi 1 kg gabah, mulai dari menyebar benih sampai panen, diperlukan 3 Ton air.
  • Kalau 1 kg gabah menjadi 0,6 kg beras, maka 1 kg beras memerlukan 5 Ton air.
  • Dengan perubahan cuaca yang demikian dahsyat, masih bisakah umat manusia menyediakan pangan untuk generasi mendatang ?
  • Kalau menggunakan teknologi dgn pestisida dan pupuk buatan dosis tinggi akan berdampak pada lingkungan ; kalau menggunakan pupuk organik, hanya merupakan solusi lokal tapi belum bisa memberi makan seluruh dunia.
  • Ditambah lagi produk pertanian digunakan untuk bio-fuel , sehingga pertanian masa depan diperebutkan oleh manusia, ternak dan mobil. Masih akan ditambah lagi dengan untuk plastik ramah lingkungan.
  • Menggunakan tenaga nuklir, kalau bocor akibat gempa bumi, dampaknya bgm ?
  • Pandemi penyakit seperti flu burung saja, kita sudah kewalahan karena untuk memastikannya sample darah hrs dikirim ke luar negeri.
  • Deteksi dini bencana alam seperti tsunami, memerlukan kerjasama teknologi tinggi antar bangsa.
  • Keamanan barang2 yang dikonsumsi manusia ( makanan-obat2an - kosmetika) semuanya butuh teknologi tinggi untuk mengukur kandungannya. Ini memerlukan peralatan yang canggih dan standardisasi yang ditentukan oleh penguasaan iptek.
  • Lapangan kerja dan pelatihan untuk menampung pemuda yang masuk angkatan kerja
  • Pencemaran lingkungan
  • Pemanasan global yang membuat air laut naik dan akan memakan dataran subur di muara sungai yang menjadi penghasil tanaman pangan
Soalnya sudah demikian mengglobal, kait mengkait sehingga penyelesaiannya memerlukan kerjasama antar bangsa.
Padahal di dunia ini tidak ada satupun yang mempunyai kekuatan untuk memaksa bangsa lain sendirian memikul beban dalam mengatasinya, kecuali melalui dialog dan saling pengertian sehingga bisa mengatasi bersama secara gotong royong.
Itulah sebabnya muncul gagasan mengenai Psikologi Transformatif dan Transpersonal !
Kuncinya ada pada membangun kesadaran seperti dikatakan misalnya oleh Vimalakirti (awal abad Masehi)
dalam syair sbb. :

" Gunung Sumeru mengandung biji lada,
Dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta ;
Karena dunia sakit, saya merasa sakit,
Karena umat manusia menderita, maka saya menderita "

Kita bisa membangun gedung tinggi, jalan lebar, tapi gagal membangun hati dan pikiran yang mampu merasakan penderitaan dunia. Melalui komunikasi cellular (komputer, HP, TV) kita bisa mendekatkan jarak, tapi hubungan antar keluarga saja malah sulit karena ibu dan ayah , anak-anak sibuk sendiri-sendiri. Dengan tetangga kita sendiri di kiri kanan rumah juga tidak saling berkenalan.

Salam,
Jusuf Sutanto


----- Pesan Asli ----
Dari: Anwar Haryono <aharyono@klaras.co.id>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Kamis, 6 Desember, 2007 7:18:16
Topik: RE: [psikologi_transformatif] Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?

Lupa satu lagi, duluan mana….mampu mengatasi ego ndiri trus bisa ngetawain diri ndiri…ato ngetawain diri ndiri trus jadi bisa mengatasi ego ndiri?

 


From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto: psikologi_transform atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of Anwar Haryono
Sent: Thursday, December 06, 2007 7:06 PM
To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Subject: RE: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?

 

Duluan mana…cerdas dulu baru bisa ngetawain diri ndiri…ato ngetawain diri ndiri trus jadi cerdas?

 

 


From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto: psikologi_transform atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of ratih ibrahim
Sent: Thursday, December 06, 2007 6:29 PM
To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?

 

butuh kecerdasan tersendiri untuk bisa mentertawakan diri sendiri pakkkkkkk... ......

dan kemampuan mengatasi "ego" diri....

 

best,

ratih
 

*btw, pecel pincuk itu jebul uenak buangetttttttttt*
 

On 12/4/07, Jusuf Sutanto <jusuf_sw@yahoo. co.id> wrote:



Tulisan pendek ini ada dalam buku

" KEARIFAN TIMUR DALAM ETOS KERJA DAN SENI MEMIMPIN ", Penerbit Buku Kompas, 2007

Tertawa adalah cara bijak untuk
mengatasi fanatisme

Konflik bernuansa agama kini dan semenjak dulu
menjadi masalah utama yang harus diselesaikan karena bisa berkembang menjadi
masalah mengerikan yang berkepenjangan. Upaya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia semata
tidaklah memadai untuk bisa menyelesaikan masalah yang sedemikian sulit ini.dan
sering kambuh lagi. Satu-satunya jalan adalah melalui pendidikan.

Pada suatu hari, Konfusius
diprotes oleh murid-muridnya gara-gara menerima anak seorang penjahat yang
terkenal sangat kejam ddan sadis sebagai murid. Setelah semua muridnya
mengukapkan keberatannya, ia mulia angkat bicara dan menjelaskan bahwa ketika
anak itu datang kepada dia, ia bertanya : untuk tujuan apa kamu datang ? Anak
itu menjawab berkali-kali bahwa ia mau belajar ! Hanya karena seseorang mau
belajar, maka orang jahat bisa diubah menjadi orang baik ; salah pengertian
bisa dijelaskan ; permusuhan bisa didamaikan. Apakah kamu bisa memberikan cara
lain yang lebih efektif untuk mengubah manusia jahat menjadi baik selain
belajar ? Semua muridnya diam dan menyadari kekeliruannya !

Apakah
kamu bisa memberikan cara lain yang lebih efektif

untuk
mengubah manusia jahat menjadi baik selain belajar ?

***

Ceritera berikut ini yang dikutip
dari buku " Kebijakan Sejati " .karangan Pema Chodron (Penerbit Karaniya ) barangkali bisa membantu
dalam mengatasi masalah yang pelik ini.

Syahdan
ada seorang Dewa yang tahu bahwa manusia mempunyai sifat yang aneh, yaitu :
sangat suka fanatik pada sesuatu yang dianutnya, lalu membentuk organisasi
massa , dilengkapi pakaian seragam dengan tanda pengenal. Awalnya semua berjalan
baik-baik saja, tapi kemudian sedikit demi sedikit mulai membuat masalah,
misalnya lalu menuliskan namanya besar-besar dalam bendera raksasa, berpawai di
jalan-jalan sambil berteriak dan mengibarkan panji-panjinya supaya orang lain
yang berbeda pandangan mau ikut bergabung dengannya. Kemudian Dewa itu
memutuskan untuk mencoba membuktikan keadaan umat manusia agar bisa
menertawakan dirinya sendiri setelah melihat keanehan itu.

Dewa itu menciptakan sebuah topi
besar, yang sebelah kiri berwarna merah menyala, dan belahan kanan biru cerah.
Lalu ia pergi ke suatu jalan di mana banyak orang sedang bekerja. Ia
memunculkan diri dengan segala kesaktiannya sehingga semua orang takjub
melihatnya. Berbadan besar dan bersinar, mengenakan topi tersebut, ia berjalan
menyusuri jalan tersebut, membuat semua orang berhenti untuk memandangnya. Lalu
Dewa itu mendadak lenyap begitu saja. Semua orang menjerit : " Aku melihat
Tuhan ! Aku melihat Tuhan ! ". Mereka semuanya dipenuhi kegembiraan
sehingga seseorang yang ada di sebelah kiri jalan berkata : " Betapa
agungnya, Ia datang mengenakan topi merahnya ! ". Orang yang ada di kanan
jalan memandangnya dengan heran sambil berkata : " Ia tidak bertopi merah,
melainkan biru ! ".

Perbedaan
pendapat itu berlangsung terus sehingga masing-masing pihak membangun tembok
dan saling melempar batu ke lawannya. Lalu dewa itu muncul kembali, tapi kali
ini berjalan berlawanan arah dengan sebelumnya dan kemudian kembali menghilang.
Sekarang semua orang saling memandang dan orang yang ada di sebelah kanan
berkata : " Ternyata Anda benar. Ia bertopi merah ! Kami minta maaf karena sudah salah melihat ". Tapi
orang-orang di sebelah kiri mengatakan : " Tidak, tidak…. kalian yang
benar, kami yang salah. Ia bertopi biru ". Saat itu mereka semua bingung,
tidak tahu harus bertengkar atau berdamai. Lalu Dewa itu muncul kembali, dan
kali ini ia berdiri di tengah jalan, berputar ke kiri lalu ke kanan, kemudian
kembali lenyap.dan semua orangpun akhirnya tertawa !

Ceritera
ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus menerus digoyang oleh
konflik bernuansa agama yang seolah sudah kehabisan akal untuk
menyelesaikannya.

Ceritera
ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus menerus digoyang oleh
konflik bernuansa agama dan

seolah sudah kehabisan akal untuk
menyelesaikannya

____________ _________ _________ _________ _________ ________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers. yahoo.com/

 




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Green Groups

on Yahoo! Groups

share your passion

for the planet.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar