Rabu, 12 Desember 2007

[psikologi_transformatif] "Biarin Aja"

"Biarin Aja"

Pagi yang cerah, matahari memancarkan sinarnya menghangatkan tubuh.
Mengirup udara merupakan anugerah yang tiada tara. Menapaki jalan,
diantar oleh anak dan istri berangkat kerja adalah kebahagiaan yang
tersendiri. Tak lama sudah duduk manis di bus Patas AC berjalan pelan
menuju Senen. Penumpang mulai penuh, bahkan nampak yang berdiri. Laju
bus yang awalnya pelan mulai melaju dengan cepat. Ditengah laju bus
yang cepat, tiba-tiba ada bus lain yang menyalip membuat bus yang saya
tumpangi berhenti mendadak. Semua penumpang bus kaget setengah mati.

Ada seorang ibu berteriak mencaci maki pak sopir, ada bapak yang
istighfar, sebagian lainnya mengelus dada. Dibelakang bus yang
menyalip ada tulisan yang besar bunyinya, "Biarin Aja." Mendamaikan
diri untuk bisa selalu bersabar bukanlah hal yang mudah. Apa lagi
ditengah deru kota Jakarta, bersabar merupakan satu kegiatan yang mewah.

Cobalah perhatikan dijalan raya, semua melaju dengan kencangnya. Baik
kendaraan umum, kendaraan pribadi roda empat maupun roda dua semuanya
terlihat saling tidak mau mengalah, yang paling tidak nyaman menjadi
pejalan kaki, hamper tidak memiliki ruang untuk bisa berjalan kaki
dengan santai.

Beberapa waktu lalu ada seorang ibu yang berkonsultasi, bahwa dirinya
sakit hati, dia menceritakan ketika suaminya hendak dinas keluar kota
sambil menyiapkan baju, suaminya marah-marah. Saya sudah menyiapkan
keperluannya dengan baik-baik, e..malah dia marah-marah. Apa saya
tidak sakit hati pak. Terus apa yang saya harus lakukan biar suami
saya tidak seenaknya marah-marah, katanya. Biarin aja, jawab saya.

Seminggu kemudian ibu tadi kembali menghubungi saya dan mengatakan
suami sudah kembali dari dinasnya dari luar kota dan suaminya dengan
santainya tanpa minta maaf, katanya sudah lupa, kapan dia marah-marah
pada istrinya. Apa saya tidak dongkol, bagaimana mungkin saya sakit
hati sementara suami saya bilang, kapan ya saya marah-marahnya.

Begitulah kehidupan yang selalu saja kita terbelenggu oleh
peristiwa-peristiwa yang membuat diri kita menterjemahkan sebagai
sesuatu yang menyakitkan hati kita, sementara pelaku yang telah
menyakiti hati kita sendiri sudah lupa kapan dia melakukannya. Cara
yang paling mudah untuk melepaskan belenggu-belenggu peristiwa yang
menyakitkan adalah dengan tidak menyimpan kejadian buruk itu ke dalam
memori kita, jadi ya biarin aja semua itu berlalu.

Membiarkan semua kejadian berlalu seperti yang dikatakan Krisna Murti
membuat diri kita selalu lahir kembali dan keberanian kita untuk mati
pada masa lalu. Membuat hidup ini menjadi penuh keriangan tanpa
dihinggapi oleh berbagai problem kehidupan.

Keriangan hidup saya hadir dengan menyaksikan Hana bermain dengan
teman-teman belajar mengaji, tanpa takut salah Hana selalu membaca
Iqro' dan ikut menghapal doa-doa atau ketika melantunkan Asma al
husna. Keriangan itulah yang menjadikan anak-anak pengajian di rumah
saya giat belajar tak ubahnya dengan bermain. Menanamkan pada memori
anak-anak bahwa belajar mengaji tak ubahnya bermain akan membuat anak
selalu bersemangat dan juga lebih menghayati ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari.

Jika ingin menanamkan aqidah dengan benar yang paling mudah dimulai
pada usia anak-anak. Seperti mengajarkan sholat, mengajak sholat
berjamaah sebagai aktifitas harian dilakukan bersama-sama dengan ayah
dan ibunya membuat anak merasa nyaman dan memahami bahwa sholat
merupakan kegiatan yang menyenangkan baginya, sambil ayah dan ibunya
menerangkan untuk apa kita melaksanakan sholat itu.

Pernah saya punya teman yang enggan melaksanakan sholat, dia bertutur
dulu sewaktu kecilnya dia hidup bersama kakeknya yang sangat keras
mendidik dirinya. Katanya setiap subuh dia selalu dibangunkan untuk
sholat subuh dengan cara menyiramkan air sampai basah kuyup dan
sehabis sholat subuh kakeknya selalu memaksa dirinya untuk tadarus,
jika dirinya mengantuk, kakeknya selalu memukul punggungnya dengan
rotan. Semua itu membuat dirinya menjadi trauma dengan kegiatan sholat
dan mengaji bahkan setiap kali dia ingin melakukan selalu terbayang
wajah kakeknya yang seram itu.

Beberapa kali pertemuan saya membantunya untuk menjadikan sholat dan
mengaji itu sebagai kegiatan yang menyenangkan, saya mengajaknya untuk
sholat berjamaah dan membaca asma al husna dengan dilantunkan dan
berkumpul dengan anak-anak yang belajar mengaji membuat dirinya mulai
merasa nyaman dengan kegiatan mengaji. Sampai pada suatu hari dia
mengabarkan telah menikah dan dengan mudah mengucapkan kalimat dua
sahadat tanpa trauma masa lalunya.

Sama juga dengan mengajarkan anak bahwa merokok itu merusak kesehatan,
sebaiknya diajarkan sebelum anak mencoba menghisap rokok. Jika anak
sudah mengenal betapa enaknya rokok akan sulit untuk diajarkan bahwa
merokok itu merusak kesehatan. Kalau sudah begitu anak dinasehatin
apapun selalu akan bilang, "Biarin aja…"

Wassalam,
Agussyafii

============================================================
Silahkan kirimkan komentar anda tentang tulisan ini di
http://agussyafii.blogspot.com Atau di sms 0888 176 48 72
============================================================

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Best of Y! Groups

Check it out

and nominate your

group to be featured.

Wellness Spot

Embrace Change

Break the Yo-Yo

weight loss cycle.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar