Kamis, 20 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Psikologi Negatif: Be negative, but effective


"Psikologi Negatif" yang dikembangkan Naomi Susan di acara Kick Andy kemarin malam ini berbunyi:


1. Learn to manage the negative side


2. Be Negative, but effective!


3. Be negative, so you know what's positive.




Bagaimana dengan Anda? :) ;) ')



Juneman 






Friendster: Naomi Susan


BE NEGATIVE!

iNSpired by Naomi Susan

SESSION 2, RELEASED


Inilah buku yang menantang adrenalin kita untuk membolak balik pola pikir pembacanya.. . bahasanya yang unik, nyleneh, kadang ngawur dan campur baur Inggris dan Indonesia, justru jadi kekuatan dari buku ini untuk mempengaruhi pembaca.. agar berani dan nekad serta mau dan mampu mengelola sisi negatif nya... Anda berani?


ada pula komentar menarik dari seorang seniman ahli monolog, Butet Kertaredjasa. Saat membaca buku ini, ia mengatakan pada penulisnya, "Wah..bahaya, hati-hati membaca buku ini, kalau tidak siap mental. Bisa-bisa tersesat ke jalan yang benar..."


Komentar slenge'an juga muncul dari mantan presiden kita Gus Dur. "Daripada menimbulkan fitnah, mending baca aja buku ini...Gitu aja kok repot!" Tak ketinggalan, sang host Kick Andy di Metro TV, Andy F. Noya juga ikut berkomentar, "Saya suka baca buku-buku aneh. Buku ini salah satunya. Layak disimak.."


Tak urung, bahkan sang master ESQ, Ary Ginandjar pun gatal untuk ikut berkomentar. "Buku ini akan mengubah paradigma dalam menghadapi hal negatif," ujarnya dengan senyum yang khas. Komentar bernada menyejukkan oleh Ary Ginandjar ini bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Purdi E. Chandra, pengusaha pemilik Primagama Grup. "Buku ini akan mengakibatkan "kegilaan"!! ! Tapi itu dibutuhkan oleh orang yang nekad pengen sukses"


Begitulah, berbagai komentar saat orang membaca buku ini. Dan memang, buku ini

barangkali adalah satu-satunya yang berani mengklaim untuk menjadi Be Negative!


Background


Inilah buku nyleneh, unik, tapi powerful, yang ditulis berdasar pengalaman dan pengamatan yang dialami oleh seorang bernama Naomi Susan. Sebagai seorang wanita, ia punya banyak keterbatasan.


Namun, dengan keyakinan kuat, perjuangan tanpa henti, dalam usaha mengejar semua impian dan membalik semua omongan negatif, Naomi Susan berhasil mencapai titik di mana dia mampu mewujudkan semua harapannya. Tak mudah tentu, perjuangan yang dilakukannya. Namun, dengan kepolosan dan keluguan (baca: kejelian dan kegigihan), ia mampu membalik segala hal negatif yang mampu menghambat semua impiannya, menjadi daya dorong yang justru mampu mengungkit semangatnya, hingga akhirnya dapat membantu mewujudkan cita-citanya.


Satu kata yang cukup sering disebut dalam buku ini adalah gagal atau kegagalan. Satu hal negatif yang bisa jadi setiap orang pernah mengalaminya. Jika dipahami dengan sudut pandang yang berbeda, seperti yang disebut Naomi dalam berbagai pengalamannya, kegagalan bisa dimaknai sebagai proses belajar. Ada menang, ada kalah, dimaknai dalam buku ini sebagai ada menang, ada belajar. Begitu seterusnya. Dengan pola pikir dan cara pandang yang demikian, membuat semua hal negatif tidak lagi perlu ditolak mentah-mentah, namun, tinggal justru bisa kita kelola agar jadi hal negatif namun efektif.


Inilah kekuatan dan inti yang diungkap dari buku yang cukup melawan mainstream ini. Naomi Susan yang pernah jatuh, gagal, bangkrut dengan menggunakan pola sikap negatif namun efektif, telah mampu memutabalikkan semua peristiwa negatif menjadi daya dorong yang luar biasa untuk terus berkarya, hingga mampu menularkan semangat itu dalam buku nyleneh, unik, namun powerful ini.


Kumpulan catatan mantan orang gagal yang terus belajar dari semua kegagalannya ini akan membuat pembaca buku ini digiring pada mindset (pola pikir) yang baru. Yakni, bahwa menikmati atau menjalani semua hal negatif, dengan cara pandang yang berbeda, akan membawa kita pada jalan yang lebih matang dan mantab untuk mencapai semua impian kita. Jadi, siap-siaplah terkaget-kaget dengan dampaknya...be negative, but effective!







http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=14562


Naomi Susan

SEWA PESAWAT UNTUK LIBURAN KELUARGA


Pebisnis sejati, barangkali itulah julukan tepat bagi lajang kelahiran tahun 1975 ini. Sejak remaja, naomi sudah pandai cari uang. Tak heran di usia 22 tahun, ia sudah menjadi pemilik saham dan direktur PT Ovis International. Selain sibuk mengursi salonnya, ia juga segera meluncurkan buku terbarunya dan menyiapkan program beasiswa bagi pelajar Indonesia ke Malaysia.


Kenapa buku Anda diberi judul Be Negative?


Buku itu sebenarnya hanya berbagi pengalaman. Saya cerita, kemudian dikompilasikan. Formatnya enggak berat. Baca satu lembar habis, satu lembar habis. Isinya lebih banyak tentang berbagai kegagalan dan mengatasinya. Judulnya memang melawan mainstream. Malah, saya sempat dipanggil salah seorang motivator Indonesia. Dia bilang, jangan pakai judul itu. Tapi, saya, kan, menjual kegagalan supaya orang-orang tidak begitu. Jadi, be negative, so you know what's positive.


Sesuatu yang negatif juga lebih mudah dijual. Lihat saja lagu SMS, Jablai, laku keras, kan? Jadi, konsep yang saya temukan selama 13 tahun perjalanan bisnis saya adalah, bila negatif ditambah negatif, hasilnya pasti positif. Misalnya, kata-kata "Tidak", "Jangan", "Kosong," "Gagal", jika ditambah kata negatif lagi, jadi "Jangan gagal." Itu kira-kira isinya.


Katanya juga sedang sibuk soal beasiswa?

Ya, saya dipercaya seorang pengusaha optik di Kuala Lumpur untuk mengelola kerjasama bilateral antara Malaysia-Indonesia berupa beasiswa bagi pelajar Indonesia. Sebelumnya, ini sudah dilakukan di Cina, Vietnam, dan Singapura. Para penerima beasiswa akan bersekolah di institut entrepreneur. Mereka diberi jaminan, diasuransikan, mendapat visa pelajar, dan memperoleh on the job training selama belajar.


Beasiswa ini ditujukan untuk lulusan SMU yang tidak sanggup melanjutkan kuliah. Terutama anak yatim. Masing-masing dapat beasiswa sekitar Rp 45 juta. Setelah 2 tahun, mereka dapat sertifikat business english, pengetahuan waralaba, dan ritel. Selama itu, mereka juga dapat kesempatan magang dengan bayaran. Bahkan, kalau cukup cerdas, bisa dapat beasiswa tambahan ke Ingris.


Yang harus diingat, saya ini pebisnis. Jadi, enggak mungkin ngerjain seperti ini tanpa dapat apa-apa. Saya enggak mau dibilang hero. Saya hanya seorang warga Indonesia yang punya kemampuan negosiasi sehingga Pemerintah Malaysia percaya dan mau memberi beasiswa ke Indonesia. Kalau ada yang terbantu oleh bisnis saya ini, itu hanya ekstra dan bonus buat saya. Saya bukan kebalikannya, menjual sebuah jasa untuk kemudian di belakangnya membisniskan mereka. Rumusan membuat usaha itu bukan untung, tapi untung terus.


Naomi juga mendirikan sejumlah perusahaan. Antara lain bergerak di bidang salon, studio foto, dan kafe. Ia juga sering tampil sebagai pembicara.


Sebetulnya Anda pebisnis atau pembicara, sih?

Saya tetap pebisnis, bukan pembicara. Jadi, tiap ada tawaran jadi pembicara, saya minta jadi guest speaker saja. Sekarang saya juga sudah tidak mengajar motivasi di perusahaan-perusahaan. Pernah juga diminta jadi dosen tamu, tapi belum bisa.


Bagaimana awal karier Anda?

Saya mengawali karier dari nol besar. Lulus kuliah, jadi tenaga marketing. Tapi karena perusahaan itu masih ada hubungan saudara, banyak sekali fleksibilitas yang saya peroleh. Akibatnya, saya tidak dewasa di dalam memutuskan maupun mengerjakan sesuatu.


Sejak bangku SMA, saya juga sudah terbiasa mencari uang. Saya ikut tante berbisnis jual-beli tanah di Jonggol. Dari hanya membantu administrasi, turun ke lapangan, sampai mengerti betul cara mengembangbiakkan uang secara smart. Dari situ, saya dapat komisi yang saya kumpulkan sedikit demi sedikit. Bisa dibayangkan, di usia belasan tahun dan masih SMA, saya sudah bisa cari uang sendiri dan di "rusak" oleh uang ha... ha.... Akibatnya, ingin cepat selesai sekolah karena mau cari uang.


Sempat juga bekerja di perusahan periklanan. Karena ingin punya usaha sendiri, saya terjun ke lantai bursa, memainkan uang sendiri di saham komoditas. Saya kalah banyak. Uang yang saya kumpulkan, nyaris habis total. Rasanya perih sekali waktu itu. akhirnya saya putuskan sekolah lagi di Amerika (ia lulusan Marketing Communication University of Portland, Oregon). "Kelebihan" saya memang di mulut. Bahkan, saya pernah ditawari jadi pengacara, lho.









Antasari Azhar

(The Wrong Person on the Right Place)


ADHIE M MASSARDI


KALAU Megawati jadi presiden, penjara akan penuh koruptor. Ketika Mega 

benar-benar jadi presiden, kita tahu penjara malah makin sepi koruptor. Kalau 

Yudhoyono presiden, kemiskinan bakal turun dan lapangan kerja meningkat. Ketika 

Yudhoyono benar jadi presiden, kejadiannya terbalik. Kemiskinan naik, lapangan 

kerja turun.


Begitulah. Setelah puluhan kali berpikir positif tentang tokoh tapi hasilya 

negatif, hanya melahirkan penyesalan, kini kita hidup dalam budaya berpikir 

negatif, dengan harapan hasilnya positif. Antasari Azhar adalah salah satu 

"kelinci percobaan" pola berpikir negatif itu, yang di sini dikembangkan 

pebisnis muda cantik Naomi Susan lewat bukunya Be Negative!


Makanya, orang kejaksaan, juga keluarga besarnya, jangan kaget bila salah satu 

kadernya langsung distigma negatif, bahkan bisa disimpulkan sebagai divonis 

"the wrong person on the right place" begitu Komisi III DPR menobatkannya 

sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.


Tapi Ferry Juliantoro, sohib saya yang Sekjen Komite Bangkit Indonesia, menolak 

pandangan itu. "Kalau orang yang selama ini kita duga positif saja faktanya 

negatif, bagaimana pula orang yang sejak awal sudah kelihatan buruk...," 

katanya bersungut-sungut. 


Sejatinya saya sependapat dengan Ferry. Cuma agar tidak dituduh "trial by the 

Politisiana", dan merangsang kawan sejawat beliau menjadikan saya pesakitan, 

saya harus menulis pembukaan seperti di alinea atas itu. Namun saya bisa 

menjelaskan kenapa Komisi III lebih memilih Antasari jadi Ketua KPK. Begini. 


Di dunia bisnis dikenal rumus manajemen the right person on the right place. 

Makna harfiahnya kita sudah paham. Di dunia politik rumus ini ditambah ..at the 

right time. Sebab di ranah politik the right person on the right place saja 

tidak cukup. Contoh globalnya Paus John Paul II (1978-2005).


Karol Wojtyla, Paus non-Italia sejak 1523 ini, adalah the right person asal 

Polandia. Naik Tahta Suci (right place) di Vatikan at the right time, karena 

kawasan Blok Soviet sedang bergolak. Sehingga JP II jadi sumber energi moral 

kaum tertindas di sana. Kalau bukan orang Polandia yang jadi Paus saat itu, 

belum tentu kekaisaran komunis Soviet bisa diruntuhkan. 


Nah, karena Komisi III dihuni para ahli hukum, sebagian di antaranya malah 

punya law firm, yang berlaku tentu rumus the wrong person on the right place. 

Orang salah belum tentu bersalah sebelum divonis di pengadilan. Makanya, secara 

naluriah ahli hukum akan membela orang yang menurut kita wrong person (apalagi 

bila uangnya banyak), dan menempatkannya di posisi right place. Antasari Azhar 

diganjar kursi Ketua KPK, verry verry right place karena menyimpan harapan 

banyak orang.


Demonstran senior Bram G Zakir termasuk yang paham soal ini. Dan ia melihat 

Antasari tidak sendirian. Makanya, Bram menantang para surveyor agar 

menyisihkan sedikit laba hasil menyurvei kandidat pilkada untuk meneliti 

sekitar 3000 jabatan strategis (right place) di negeri ini (legislatif, dirut 

BUMN, bupati, gubernur, wapres, presiden dan kabinetnya). Berapa persen yang 

diduduki wrong person?


Ah, tak usah repot-repot survei. Toh hasilnya pasti ini: 9 dari 10 jatabatan 

strategis di negeri ini ditempati orang yang salah. Lebih banyak the wrong 

person on the right place-nya! •


__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

HDTV Support

on Yahoo! Groups

Help with Samsung

HDTVs and devices

Shedding Pounds

on Yahoo! Groups

Read sucess stories

& share your own.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar