Sabtu, 15 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: berbagi saran

sutrisno badra sukmaalam trisno wrote:
oke thanks atas kiriman mailnya..cukup bagus..
anda mungkin orang yang mengerti sehingga saya bisa
berbagi saran dan mengenai tulisan anda, saya ingin
menyampaikan beberapa pertanyaan...

dari tulisan anda.
1.Pengalaman sehari-hari menghasilkan peta hubungan
sebab-akibat, Peta hubungan sebab-akibat dikonsepkan
polanya maka menghasilkan teori, Teori di-tarikat-kan
atau dilakonkan, Menghasilkan perjalanan menuju
kebenaran mutlak (Tuhan).

pertanyaan.
1.mengenai kebenaran mutlak (tuhan) seprti apa yang
menjadi tujuan akhir anda setelah kmpatiologi yang
anda sampaikan ada?.

Vincent Liong answer:
Pemaknaan Tuhan dalam ruang kata-kata (nol dimensi)
menghasilkan Tuhan yang lebih sempit ruang
pemaknaannya. Bisa saja seseorang menentukan
pilihannya pada satu pilihan pemaknaan Tuhan tetapi
ada konsekwensi mengabaikan bahkan melawan kemungkinan
pilihan pemaknaan tuhan yang lain.
Pemaknaan Tuhan dalam ruang rasa, perasaan (bersifat
indrawi) dengan penggaris ukur yang seuai dengan
bahasa kontekstual object pengukurannya menghasilkan
Tuhan yang lebih luas ruang pemaknaannya. Seseorang
bisa melihat berbagai subject posisi pemaknaan tuhan
yang ada secara objective tanpa membela satu dengan
yang lain secara keseluruhan, lalu menentukan
tindakannya sesuai dengan posisi subjectivitasnya di
kondisi dan waktu tsb sesuai dengan tujuannya. Yang
ada hanya materi-materi di sekitar kita dengan segala
paket konsekwensi baik dan buruk yang tidak bisa 100%
ideal dan tujuan yang kita buat dari peta materi dan
pilihan bebas kita sebagai manusia yang bisa berubah
sesuai waktu dan kondisi, pada akhirnya semua pilihan
yang tersedia hanyalah posisi koordinat saja.

Vincent Liong wrote:
Peran ini saya harus jalankan sebagai tokoh pendiri
kompatiologi agar ditiru pula oleh para pengguna
kompatiologi, bahwa dalam menjalani hidup kita tidak
bisa melekatkan diri pada salahsatu diantara
instingtif dan intuitif. Bila itu dilakukan maka yang
terjadi hanyalah pelarian dari realita yang komplit
(instingtif dan intuitif). Maka dari itu pengajar
kompatiologi selalu saya ajarkan untuk menentukan
harga dekon-kompatiologi versi masing-masing karena
tanpa harga dalam realita instingtif, maka
pernghargaan dan usaha untuk mempertahankan kwalitas
profesionalitas kerja dalam realita intuitif akan
kurang termotivasi. Jadi dalam praktiknya tidak bisa
membahas dua hal ini menjadi hal yang berdiri
sendiri-sendiri.

sutrisno badra sukmaalam trisno wrote:
_hal baku apa yang menjadi wacana dalam setiap
penyampaian yang anda lakukan.?

Vincent Liong answer:
Secara logika (pikiran) orang bisa berandai-andai
bahwa felling yang sifatnya pemikiran (sugesti
keyakinan di ranah pikiran) sama dengan felling di
ranah pengindraan (alat indra fisikal manusia). Dalam
praktiknya dua hal ini menjadi sangat berbeda; Felling
yang sifatnya pemikiran, feel yang muncul sifatnya
gambaran-gambaran, jawaban langsung (karena memang
dipikirkan bukan dialami). Felling yang sifatnya
pengindraan (alat indra fisikal manusia), feel yang
didapatkan sifatnya seperti gradasi / posisi pada alat
ukur yang memiliki jangkauan mulai dari minimum,
skala-skala sampai maksimum, jadi feel tsb sifatnya
kira-kira (karena mengalami) dan diverbalkan dengan
tingkat ketepatan tertentu.

Vincent Liong wrote:
Kompatiologi menjadi ancaman banyak pihak bukan karena
kemampuan merebut kekuasaan, tetapi kemampuannya untuk
membuat masyarakat jadi sulit dikuasai oleh satu
pemegang kekuasaan saja, karena orang yang belajar
kompatiologi berakibat menjadi bersifat independent.

sutrisno badra sukmaalam trisno wrote:
--hal apa yang menjadi sandaran belajar kompatiologi
berakibat menjadi bersifat independent.hal itu sama
saja dengan merebut kekuasaan ( kup),karena
independent adalah bagian dari masyarakat dan
masyarakat bagian dari kepemerintahan (
kekuasaan).sadarkah anda?

Vincent Liong answer:
Merebut kekuasaan (kup) itu hanya pergantian penguasa
dari penguasa satu ke yang lain. Selama bermain dengan
logika yang sifatnya keyakinan benar-salah maka kita
selalu dihadapkan dengan kekuasaan. Pada konteks
pengukuran subjective tidak ada penguasa karena tidak
ada kesimpulan / kebenaran yang sifatnya menyeluruh,
yang ada hanyalah kebenaran lokal di tiap
masing-masing subject di posisinya masing-masing.
Bagaimanapun perjuangan yang sifatnya merontokan
sistem kasta yang membuat kelas-kelas pada manusia;
persamaan derajat hak hidup, hak atas harga diri, hak
atas nilai diri, hak atas kesempatan, dlsb ;tentunya
hal ini ditentang oleh pihak yang terlanjur berada di
posisi atas.

Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Minggu, 16 Desember 2007

Email sebelumnya...
Note: forwarded message attached.

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Move More

on Yahoo! Groups

This is your life

not a phys-ed class.

Parenting Zone

Your home for

parenting information

on Yahoo! Groups.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar