Selasa, 11 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?


setelah tertawa jangan lupa buka mata , lihat sekitar , buka teorimu.
cocok atau tidak untuk di terapkan di indonesia .

terus praktekkan di lapangan , jangan hanya nulis buku.

dan sedikit tips :
jangan mundur
jika masyarakat menganggapmu sinting karena karya nyatamu tidak
didukung oleh ilmuan di indonesia.

siap siaplah di tertawakan....
dan balaslah dengan tertawa....

salam ,
edy
pekalongan

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Asas Asas
<asas2004asas@...> wrote:
>
>
> Menertawakan diri sendiri ?
>
> Huahahahahahahahahahahahaha ..............
>
> Maka akan dimulai dengan, haaaai, dikau itu apa, siiiih ?
> Profesor-profesor ?
> Pada tidur, yah, bikin aturan saja, baru bisa kelar sebulan yang
lalu. Kamu pakar-pakar ? Tidak bisa kerja, yaaaah ? Itu contoh
gamblang. Tengok aja
> di-mana2. Gak bereeeeeeees..........
>
> Itu semua, kan salah semua !!!!!!!!!!!!!!!!!!
> Itu salaaah, itu salaaaah pokoknya sualaaaah semua.
> Tidak seperti saya ..............
> Bikin kok tidak mengikuti aturan. Itu namanya mbalelo.
> Kalau saya, kan, selalu mengikuti aturan.
>
> Tengok aku.
> Pada waktu aku masih kecil saja,
> wuahahahahahahaha
> Semua saya obrak abrik.
> Habis, guobloooog semua.
> Kucing garong semua.
>
> Masih kecil, loh, saya, waktu itu. Ta a pii
> hihihihohoho
> lihat
> berduereeet, tulisan saya
> berdampingan ama yang udah beken-beken.
>
> Huuuuuuu
> Du u luuuu itu, yah
> Semua kukritik
> Apa itu ...........
> Huh, pa aasti katenye beletenye yang selalu beredar.
> Huuuuuuuuu
>
> Dan saya justify
> Semua adalah para dog
> Orang, sayaaaaa koooooook.
>
> Gak pada mikiiiiiir, ya
> MCK harus ada
> Greenhouse harus ada ...................
> efeknya ..............
>
> Huahahahahahahahahahaha
> huahahahahahahahahahaha
> huahahahahahahahahahaha
>
> ( Efek dari Jakarta yang listriknya padam sebagian, gak nyala2,
padahal sudah menggunakan sistem spindle canggih dari Electricite De
France )
>
>
> tuhantu_hantuhan <tuhantu_hantuhan@...>
wrote: Quote: bahwa jika terjadi
bencana alam besarrrrrrrrrrrrrrr r sekali, dan yang tertinggal adalah
bangunan yang menjadi ikon kota, maka misalnya Paris mudah2an masih
punya Eiffel, di Jakarta punya banyakkkkkkkkk sekali mall
!!!!!!!..... ... lumayan kan? End of quote.
> Tuhantu: Lha, kok Monas nggak disebut-sebut? Wakakaka...
> Mbak Ratih, apa betul diatas itu adalah hal positif ? Kok, saya
tangkap ada nada sinis? (cmiiw)... Kalau ´ya´, ditujuken kemana nih,
sinisme tersebut? Budayawan? Sosiolog? Filsuf? Arsitekt?
Planologi?.. . Kalau sinisme itu ditujukan buat mereka, udang saya
minum kopi dong yah... Hehehehe...
> Bagi saya, mau bangun mall, bioskop, dll. Nggak ada masalah selama
´aturan main´ sebuah kota itu nggak mbalelo. Text dan teori sudah
sedemikian bertumpuk di perpustakaan ataupun di kampus-kampus. Lha,
nengok keluar dari jendela kampus, apa yg diomongin dalam teori kok,
faktanya nggak ada yang beres?... Contoh gamblang, kenapa undang-
undang masalah tersebut baru terbit kurang lebih sebulan lalu? Kemana
aja para pakar-pakar dan Professor Planologi di Jakarta itu, selama
ini?
> Ketika masih awal-awal jadi mahasiswa dulu (setelah mengobrak-
abrik kantor senat mahasiswa) saya lalu punya akses ke majalah
dinding. Sebelumnya, majallah dinding tersebut sering digunakan untuk
mendiskreditkan arsitek lokal... (arsitek lokal, kucing dalam karung,
katak dalam tempurung,dll. ) padahal jika kita telusuri, jatah proyek
untuk bangunan-bangunan besar (bank, mall-mall, hotel, dll.) maupun
fasilitas umum, dll. Arsitek lokal itu kebagian porsi paling kecil
(paling skala inpres, proyek-proyek kabupaten, rumah jabatan bupati,
dan semacamnya) Sementara jika kota tersebut menjadi rawan banjir,
dsb. Justru diakibatkan oleh perencanaan- perencanaan mega-proyek,
yang perencananya yg bukan lokal (paling jatah management pengawasan
konstruksinya) ... Di situ juga kita bisa temukan elemen-elemen
kostruksi yg tidak proporsional yg sudah terdisain dari sononya, demi
mendongkrak cost konstruksi sehingga design fee juga terangkat.
Contoh ini adalah ring-balk pada bagunan kantin
> di Unhas, misalnya. Perlukah ringbalk sedemikian besar hanya untuk
menopang konstruksi atap di atasnya?... Jadi, semua profesi sebaiknya
´mentertawakan diri´ masing-masing. ..:-D... (tuh, kan saya tidak
´fanatik´ terhadap dunia arsitektur?)
> Back to taufik, di majalah dinding tersebut, kemudian sering
ditempelkan tulisan-tulisan saya berdampingan dengan gambar-gambar
karya seorang arsitek (waktu itu, buku tentang karya ini tidak
gampang ditemukan, atau barangkali tidak ada di toko-toko buku) Sebab
arsitek tersebut, bukanlah tokoh populer dikalangan dosen dan
mahasiswa, sehingga karya-karyanya tidak dibicarakan di kampus-
kampus. .. Dimana karya-karya tokoh itu, adalah bangunan-bangunan
yang berdampingan/ bersatu dengan lingkungan dan alam (earth
sheltered architectural)
> Lalu, belakangan saya diundang (mewakili Dinas Tata Kota) dalam
sebuah seminar tentang perencanaan kota yg diadakan oleh Pasca
Sarjana. (saat itu ada kasus gedung sebuah gedung restoran, yg tidak
memenuhi persyaratan perparkiran) Dan dalam seminar tersebut,
terungkap bahwa proyek tersebut bisa terus berjalan akibat ´katebelece
´ (surat sakti) yg sering beredar di era orba... Karena yg
mengeluarkan IMB adalah Dinas Tata Kota (yg kebetulan waktu itu saya
wakili) maka, saya mempertanyakan dalam seminar tersebut, kenapa
tidak ada aturan setingkat undang-undang dimana IMB tidak bisa keluar
jika tidak mengikuti aturan-aturan tertentu? ... Mengingat sebuah
kota itu punya batas daya dukung tertentu dalam hal ekologis, bisnis,
populasi, dll. Dan makanya pula dalam Planologi ada ketentuan yg
mengikat mengenai green space.
> Nah, disinilah dalam kasus Jakarta, Planologi itu saya istilahkan
sebagai ´ParaDogma´... :-)... Realitas yg dibicarakan secara
teoritis pada ilmu perencanaan kota, tidak ada dalam kenyataan.
> Jadi, pokok kritik saya (dalam Warkop Institute ) adalah
ketersediaan green space dan public space dalam sebuah kota. Selain
itu, warganya (apapun etnik, bangsa dan agamanya) tidak terasing dari
roda kehidupan di kota tersebut. Warga bisa memahami secara jelas
prosedur pengalihan asset kota kepada pihak ketiga, siapa yg
diuntungkan, bagaimana pengelolaannya, dll. Jangan cuek-bebek.. .
Warga punya akses untuk monitoring dan evaluasi (pengawasan) terhadap
fungsi-fungsi public-sosial atas fasilitas umum-sosial pasca
pelaksanaan konstruksi, dll... Bukan bersoal pada anti bangunan ini,
atau anti bangunan itu...:-)...
> Eniwei, kutipan dari blog ´JakartaButuhRevolus iBudaya´ saya
paste kesini, sehubungan dengan thread ´mentertawakan diri´ dalam
diskusi ini...
> Ilustrasi sederhananya gini... Seorang -katakanlah- si A,
menganjurkan kepada B, untuk mentertawakan diri (diri si B,
maksudnya) sebagai upaya agar si B tidak fanatik terhadap buku/ajaran
tertentu dari planet Pluto (katakanlah gitu). Pada saat melakukan
anjuran tersebut, si A menenteng buku ajaran dari planet Mars.
> Pertanyaan saya, sanggupkah pula si A mentertawakan dirinya
sendiri? Apakah si A juga tidak ´fanatik´ terhadap buku/ajarannya
dari planet Mars tersebut?...
> Nah, saya masuk (dengan menyeret sebuah kutipan) tidak dengan
meneteng buku dari planet tertentu, tetapi dengan memilah-milah
pengertian ´diri´. Dalam hal ini, berdasarkan tempat dimana si A
berpijak... Hikhikhikhik. .. (we are talking about transformatip
psikologi... right?... :-D...
> Be Fun
> Tuhantu
> http://hole- spirit.blogspot. com
>
>
> --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, "ratih
ibrahim" <personalgrowth@ ...> wrote:
> >
> > bung Anwar,
> > menurutku ga perlu pake duluan mana dari apa.....
> > please dong ah.....
> >
> > tentang mall nih, tuhanku.... eh tuhantu...
> > tempo2 ketika lunch meeting dengan beberapa klien bersama
beberapa kolega
> > saya,
> > kami juga ngobrolin tentang pembangunan mall dan trade center yang
> > "CIHUIIIIIII" banget jumlahnya itu.
> > lepas dari segala pertimbangan dan keprihatinan yang begitu besar,
> > mencoba untuk menemukan berbagai hal bisa dijadikan positif,
> > kami bersetuju, bahwa jika terjadi bencana alam
besarrrrrrrrrrrrrrr r sekali,
> > dan yang tertinggal adalah bangunan yang menjadi ikon kota, maka
misalnya
> > Paris mudah2an masih punya Eiffel, di Jakarta punya
banyakkkkkkkkk sekali
> > mall !!!!!!!..... ... lumayan kan?
> >
> >
> >
> > On 12/8/07, tuhantu_hantuhan tuhantu_hantuhan@ ... wrote:
> > >
> > > Quote: namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi
> > > pikiran/kesadaran manusia selalu akan cukup untuk mengatasi
setiap
> > > permasalahan. karena sejatinya seluruh keberadaan dibentuk dari
afirmasi.
> > >
> > > Tuhantu: Cuman kadang manusia cendrung membatasi potensi
kesadaran dan
> > > fikirannya sendiri, tanpa sengaja. Contoh, ketika seseorang
mengajak Anda
> > > berdiskusi dan mengatakan ´silakan baca bukunya, dan kita
diskusikan isi
> > > buku itu´.
> > >
> > > Lalu, waktu dihabiskan berbusa-busa berfikir berdasarkan text
book
> > > tersebut. Tapi bukan berdiskusi berdasarkan fenomena yang
terjadi saat itu,
> > > ditempat para diskuser tersebut berada, yg belum tentu sama
dengan lokasi si
> > > penulis buku yang mereka bicarakan.
> > >
> > > Akibatnya, cendrung kita membicarakan hal-hal yang sifatnya
´tangan ke
> > > dua´, yakni hasil observasi si penulis buku. Padahal, ketika
saat penulis
> > > melakukan obeservasi, membereskan draft tulisan, berurusan
masalah
> > > kontrak-kontrak dgn percetakan, mengantar anak istrinya
berbelanja dan
> > > rekreasi. Apa yang tadi dia observasi akan tidak sama seperti
sebelumnya.
> > >
> > > Sambil nulis ini, saya sedang membayangkan orang-orang pintar
di Jakarta
> > > sedang berdiskusi tentang isi buku yang di tulis oleh penulis
yang
> > > berdomisili di Planet Mars...
> > >
> > > Dan kulihat pula, seorang yang sedang dongkol sedang mengamati
diskusi
> > > tersebut, kemudian bergumam...
> > >
> > > ½Jakarta tidak butuh orang-orang pintar *yang saking pintarnya
justru
> > > tidak tahu kalau pembangunan mall dan trade center sudah
melewati batas
> > > sehingga tidak ada lagi kawasan hijau di Jakarta*. *Jakarta
tidak butuh
> > > orang-orang sok suci yang apabila bertemu masyarakat miskin
selalu menyebut
> > > nama Tuhan sembari menjanjikan peningkatan kesejahteraan
padahal kalian tahu
> > > kalau semua itu hanya bohong belaka. *½ (sumber: Gua Gak Butuh
Lo, Monyet<http://jakartabutuh revolusibudaya. com/2007/ 10/19/gue-
gak-butuh- lo-monyet/ #more-150>
> > > )
> > >
> > > Sesuai thread diskusi ini (mentertawai diri sendiri) kira
kira...
> > > konteksnya cocok nggak?... Hikhikhikhikhik. ..
> > >
> > > Be Fun
>
>
>
> ---------------------------------
> Support the World Aids Awareness campaign this month with Yahoo!
for Good
>
> ---------------------------------
> Sent from Yahoo! &#45; a smarter inbox.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Yahoo! Groups

Dog Zone

Connect w/others

who love dogs.

Wellness Spot

on Yahoo! Groups

A resource for living

the Curves lifestyle.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar