Sabtu, 15 Desember 2007

Re: [psikologi_transformatif] Art of Freedom (Was: Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?)

Yang penting adalah
kita, aku, sekarang sudah jadi apa
sudah menciptakan apa
punya kreativitas apa
sudah menyumbang apa
Apakah perlu, menyalahkan masa lalu ?
Apakah perlu prihatin atas orang lain, jika tidak berbuat apa2 ?

tuhantu_hantuhan <tuhantu_hantuhan@yahoo.com> wrote:

AH: Saya pikir bila menukik ke arah akar masalah yang lebih esensial……salah satu penyakit paling parah orang kita tuh masalah daya cipta,  daya kreatif akibat paraDogma-isasi sekian puluh tahun…sementara  disisi lain, bentukan mental menikmati warisan yang sangat kuat… mental lagu "kolam susu"-nya koes-plus
Tuhantu: Hal di atas adalah juga salah satu pokok keprihatinan saya... Kesimpulan sementara yg bisa saya ambil dan ikat pake tali rafia (haha) adalah, dibutuhkan terminology baru hasil cut and fill untuk mengurainya, and then play with it... Dalam salah satu tulisan saya (the art of freedom) ada kalimat sbb: ...
Why can somebody being ½captured½ by their own -leftside hemisphere of their- brains?½ By this question, I hope it is clear that why I put the word of ½freedom½ beside the word of ½art½.
Baidewei, itung-itungan soal minyak itu, kok nampak sekali adanya Tulaltisme, ya?...Wah... Ada bahan untuk ´Tulalitology´ nih, Mas Anwar... Kwekkwekkwekkwek...
Be Fun
Tuhantu
 

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "anwarsby" <aharyono@...> wrote:
>
> Saya pikir sinisme tuh kata lain mentertawakan yang lain, bukan diri
> ndiri….saya kok ragu apa akan mengarah solusi…terlalu banyak sinisme
> solusi-less di negeri ini mas
>
> Kembali ke afirmasi, penyakit kota/negara tuh cermin dan manifestasi
> penyakit alam pikiran penghuninya…dalam kasus Jakarta ato Indonesia
> yang super ruwet, ya artinya sebegitu parahnyalah penyakit di alam
> pikiran kolektif kita.
>
> Saya pikir bila menukik ke arah akar masalah yang lebih esensial……
> salah satu penyakit paling parah orang kita tuh masalah daya cipta,
> daya kreatif akibat paraDogma-isasi sekian puluh tahun…sementara
> disisi lain, bentukan mental menikmati warisan yang sangat kuat…
> mental lagu "kolam susu"-nya koes-plus
>
> dalam sebuah seminar tentang pola kontrak kerjasama pengelolaan migas
> (Production Sharing Contract/PSC), ada deskripsi yang sangat jelas
> tentang hal ini....2 dari 4 pembicara yang adalah dalam lingkaran
> penentu kebijakan perminyakan hulu di Indonesia ber-argumen bahwa
> industri perminyakan hulu yang sudah dijalankan adalah industri yang
> sangat menguntungkan…dengan profit margin 80%!..
>
> bayangkan, bisnis apa yang marginnya sebesar 80%! Hebat bener bukan?…
> itung2annya….dari pendapatan yang 100%, cost terhitung cuma 20%
> terdiri dari total biaya ekplorasi, pengembalian investasi,
> operasional produksi dan profit sharing untuk PSC company (Total, BP,
> dsb)…
>
> anda lihat ada yang miss dalam itung2an di atas?....minyak buminya
> itu sendiri, tidak dihargai!..tidak masuk dalam itung2an cost….!
>
> Analoginya…mereka anggap sudah sangat produktif manakala tinggal di
> rumah warisan..…ada kursi di ruang tamu diembat bawa ke pasar
> loak..laku seratus perak…trus puas ngitung2.....pendapatan: 100 perak…
> cost: ongkos becak ke pasar p-p, beli teh botol, makan warteg, total
> 20 perak…margin: 100-20=80...hebat….margin 80/110=80% !
>
> Bayangkan dengan singapur misalnya….dalam analogi di atas yang
> dilakukan adalah: ada tetangganya butuh duit, nawarin jualin kursi
> warisan di ruang tamu tetangganya....kursi dibawa ke pasar loak laku
> 100 perak….tetangganya dikasih 40 perak dah puas…turs si singapur
> itung2an:
> -pendapatan : 100
> -cost: becak, teh botol, dsb=20…kasih tetangganya=40…total
> cost=20+40=60
> -margin : 100-60=40..!! REAL MARGIN !! NETT PRODUCTIVITY !!
>
> Nah…kebayang dong…dengan pola ini…tinggal berapa lama lagi negeri
> kita ini bakal kebeli sama singapur!!!
>
> Dalam kesadaran kolektip kita….penguasaan prinsip kreasi, daya cipta
> inilah kita masih juuauuuhhh buanget mas….daya cipta, ujungnya adalah
> produktifitas…..harusnya didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu
> yang "tidak ada" menjadi "ada"….dan ini sejatinya hanyalah proses
> kreasi dalam alam afirmasi kita, hanya kait-mengkaitkan fakta2 ato
> informasi yang hasil bentukannya akan memanifestasi….
>
> Bila dikonversikan dalam nilai uang…bagi yang paham keuangan
> sebenarnya prinsip ini sangat jelas didefinisikan dalam laporan
> keuangan standard Balance Sheet (Neraca) dan Profit/Lost (Rugi/Laba)..
> …lihat saja berapa nett profit before tax di P/L (rugi/laba) report…
> yang setelah dikurangi dilempar ke posisi Capital di Balance
> Sheet/Neraca…itulah produktifitas, daya cipta….ukuran pertumbuhan
> sebagai hasil produktifitas yang sebenarnya…growth yang diukur dari
> membengkaknya Capital dari waktu ke waktu
>
> Kalau mau kita lihat lebih mendalam….kelemahan di atas kelihatan
> secara jelas di semua kondisi yang terjadi di negeri ini mas…tidak
> hanya di dunia usaha, di semua lini, regardless profesinya…menurut
> saya, penanaman prinsip2 inilah salah satu yang paling urgent untuk
> melepaskan diri dari ruwetnya masalah di negeri ini
>
> Salam,
> Anwar
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> tuhantu_hantuhan@ wrote:
> >
> >
> > Quote: bahwa jika terjadi bencana alam besarrrrrrrrrrrrrrrr sekali,
> dan
> > yang tertinggal adalah bangunan yang menjadi ikon kota, maka
> misalnya
> > Paris mudah2an masih punya Eiffel, di Jakarta punya banyakkkkkkkkk
> > sekali mall !!!!!!!........ lumayan kan? End of quote.
> >
> > Tuhantu: Lha, kok Monas nggak disebut-sebut? Wakakaka...
> >
> > Mbak Ratih, apa betul diatas itu adalah hal positif ? Kok, saya
> tangkap
> > ada nada sinis? (cmiiw)... Kalau ´ya´, ditujuken kemana nih,
> > sinisme tersebut? Budayawan? Sosiolog? Filsuf? Arsitekt?
> Planologi?...
> > Kalau sinisme itu ditujukan buat mereka, udang saya minum kopi dong
> > yah... Hehehehe...
> >
> > Bagi saya, mau bangun mall, bioskop, dll. Nggak ada masalah selama
> > ´aturan main´ sebuah kota itu nggak mbalelo. Text dan teori sudah
> > sedemikian bertumpuk di perpustakaan ataupun di kampus-kampus. Lha,
> > nengok keluar dari jendela kampus, apa yg diomongin dalam teori kok,
> > faktanya nggak ada yang beres?... Contoh gamblang, kenapa undang-
> undang
> > masalah tersebut baru terbit kurang lebih sebulan lalu? Kemana aja
> para
> > pakar-pakar dan Professor Planologi di Jakarta itu, selama ini?
> >
> > Ketika masih awal-awal jadi mahasiswa dulu (setelah mengobrak-abrik
> > kantor senat mahasiswa) saya lalu punya akses ke majalah dinding.
> > Sebelumnya, majallah dinding tersebut sering digunakan untuk
> > mendiskreditkan arsitek lokal... (arsitek lokal, kucing dalam
> karung,
> > katak dalam tempurung,dll.) padahal jika kita telusuri, jatah proyek
> > untuk bangunan-bangunan besar (bank, mall-mall, hotel, dll.) maupun
> > fasilitas umum, dll. Arsitek lokal itu kebagian porsi paling kecil
> > (paling skala inpres, proyek-proyek kabupaten, rumah jabatan
> bupati, dan
> > semacamnya) Sementara jika kota tersebut menjadi rawan banjir, dsb.
> > Justru diakibatkan oleh perencanaan-perencanaan mega-proyek, yang
> > perencananya yg bukan lokal (paling jatah management pengawasan
> > konstruksinya)... Di situ juga kita bisa temukan elemen-elemen
> kostruksi
> > yg tidak proporsional yg sudah terdisain dari sononya, demi
> mendongkrak
> > cost konstruksi sehingga design fee juga terangkat. Contoh ini
> adalah
> > ring-balk pada bagunan kantin di Unhas, misalnya. Perlukah ringbalk
> > sedemikian besar hanya untuk menopang konstruksi atap di atasnya?...
> > Jadi, semua profesi sebaiknya ´mentertawakan diri´
> > masing-masing...:-D... (tuh, kan saya tidak ´fanatik´ terhadap
> > dunia arsitektur?)
> >
> > Back to taufik, di majalah dinding tersebut, kemudian sering
> ditempelkan
> > tulisan-tulisan saya berdampingan dengan gambar-gambar karya seorang
> > arsitek (waktu itu, buku tentang karya ini tidak gampang ditemukan,
> atau
> > barangkali tidak ada di toko-toko buku) Sebab arsitek tersebut,
> bukanlah
> > tokoh populer dikalangan dosen dan mahasiswa, sehingga karya-
> karyanya
> > tidak dibicarakan di kampus-kampus... Dimana karya-karya tokoh itu,
> > adalah bangunan-bangunan yang berdampingan/bersatu dengan
> lingkungan dan
> > alam (earth sheltered architectural)
> >
> > Lalu, belakangan saya diundang (mewakili Dinas Tata Kota) dalam
> sebuah
> > seminar tentang perencanaan kota yg diadakan oleh Pasca Sarjana.
> (saat
> > itu ada kasus gedung sebuah gedung restoran, yg tidak memenuhi
> > persyaratan perparkiran) Dan dalam seminar tersebut, terungkap bahwa
> > proyek tersebut bisa terus berjalan akibat ´katebelece´ (surat
> > sakti) yg sering beredar di era orba... Karena yg mengeluarkan IMB
> > adalah Dinas Tata Kota (yg kebetulan waktu itu saya wakili) maka,
> saya
> > mempertanyakan dalam seminar tersebut, kenapa tidak ada aturan
> setingkat
> > undang-undang dimana IMB tidak bisa keluar jika tidak mengikuti
> > aturan-aturan tertentu? ... Mengingat sebuah kota itu punya batas
> daya
> > dukung tertentu dalam hal ekologis, bisnis, populasi, dll. Dan
> makanya
> > pula dalam Planologi ada ketentuan yg mengikat mengenai green space.
> >
> > Nah, disinilah dalam kasus Jakarta, Planologi itu saya istilahkan
> > sebagai ´ParaDogma´...:-)... Realitas yg dibicarakan secara
> > teoritis pada ilmu perencanaan kota, tidak ada dalam kenyataan.
> >
> > Jadi, pokok kritik saya (dalam Warkop Institute
> > <http://warkop-institute.blogspot.com/> ) adalah ketersediaan green
> > space dan public space dalam sebuah kota. Selain itu, warganya
> (apapun
> > etnik, bangsa dan agamanya) tidak terasing dari roda kehidupan di
> kota
> > tersebut. Warga bisa memahami secara jelas prosedur pengalihan asset
> > kota kepada pihak ketiga, siapa yg diuntungkan, bagaimana
> > pengelolaannya, dll. Jangan cuek-bebek... Warga punya akses untuk
> > monitoring dan evaluasi (pengawasan) terhadap fungsi-fungsi
> > public-sosial atas fasilitas umum-sosial pasca pelaksanaan
> konstruksi,
> > dll... Bukan bersoal pada anti bangunan ini, atau anti bangunan
> > itu...:-)...
> >
> > Eniwei, kutipan dari blog ´JakartaButuhRevolusiBudaya´ saya paste
> > kesini, sehubungan dengan thread ´mentertawakan diri´ dalam
> > diskusi ini...
> >
> > Ilustrasi sederhananya gini... Seorang -katakanlah- si A,
> menganjurkan
> > kepada B, untuk mentertawakan diri (diri si B, maksudnya) sebagai
> upaya
> > agar si B tidak fanatik terhadap buku/ajaran tertentu dari planet
> Pluto
> > (katakanlah gitu). Pada saat melakukan anjuran tersebut, si A
> menenteng
> > buku ajaran dari planet Mars.
> >
> > Pertanyaan saya, sanggupkah pula si A mentertawakan dirinya sendiri?
> > Apakah si A juga tidak ´fanatik´ terhadap buku/ajarannya dari
> > planet Mars tersebut?...
> >
> > Nah, saya masuk (dengan menyeret sebuah kutipan) tidak dengan
> meneteng
> > buku dari planet tertentu, tetapi dengan memilah-milah pengertian
> > ´diri´. Dalam hal ini, berdasarkan tempat dimana si A berpijak...
> > Hikhikhikhik... (we are talking about transformatip
> > psikologi...right?...:-D...
> >
> > Be Fun
> >
> > Tuhantu
> >
> > http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com>
> >
> >
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "ratih ibrahim"
> > <personalgrowth@> wrote:
> > >
> > > bung Anwar,
> > > menurutku ga perlu pake duluan mana dari apa.....
> > > please dong ah.....
> > >
> > > tentang mall nih, tuhanku.... eh tuhantu...
> > > tempo2 ketika lunch meeting dengan beberapa klien bersama beberapa
> > kolega
> > > saya,
> > > kami juga ngobrolin tentang pembangunan mall dan trade center yang
> > > "CIHUIIIIIII" banget jumlahnya itu.
> > > lepas dari segala pertimbangan dan keprihatinan yang begitu besar,
> > > mencoba untuk menemukan berbagai hal bisa dijadikan positif,
> > > kami bersetuju, bahwa jika terjadi bencana alam
> besarrrrrrrrrrrrrrrr
> > sekali,
> > > dan yang tertinggal adalah bangunan yang menjadi ikon kota, maka
> > misalnya
> > > Paris mudah2an masih punya Eiffel, di Jakarta punya banyakkkkkkkkk
> > sekali
> > > mall !!!!!!!........ lumayan kan?
> > >
> > >
> > >
> > > On 12/8/07, tuhantu_hantuhan tuhantu_hantuhan@ wrote:
> > > >
> > > > Quote: namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi
> > > > pikiran/kesadaran manusia selalu akan cukup untuk mengatasi
> setiap
> > > > permasalahan.karena sejatinya seluruh keberadaan dibentuk dari
> > afirmasi.
> > > >
> > > > Tuhantu: Cuman kadang manusia cendrung membatasi potensi
> kesadaran
> > dan
> > > > fikirannya sendiri, tanpa sengaja. Contoh, ketika seseorang
> mengajak
> > Anda
> > > > berdiskusi dan mengatakan ´silakan baca bukunya, dan kita
> > diskusikan isi
> > > > buku itu´.
> > > >
> > > > Lalu, waktu dihabiskan berbusa-busa berfikir berdasarkan text
> book
> > > > tersebut. Tapi bukan berdiskusi berdasarkan fenomena yang
> terjadi
> > saat itu,
> > > > ditempat para diskuser tersebut berada, yg belum tentu sama
> dengan
> > lokasi si
> > > > penulis buku yang mereka bicarakan.
> > > >
> > > > Akibatnya, cendrung kita membicarakan hal-hal yang sifatnya
> > ´tangan ke
> > > > dua´, yakni hasil observasi si penulis buku. Padahal, ketika
> saat
> > penulis
> > > > melakukan obeservasi, membereskan draft tulisan, berurusan
> masalah
> > > > kontrak-kontrak dgn percetakan, mengantar anak istrinya
> berbelanja
> > dan
> > > > rekreasi. Apa yang tadi dia observasi akan tidak sama seperti
> > sebelumnya.
> > > >
> > > > Sambil nulis ini, saya sedang membayangkan orang-orang pintar di
> > Jakarta
> > > > sedang berdiskusi tentang isi buku yang di tulis oleh penulis
> yang
> > > > berdomisili di Planet Mars...
> > > >
> > > > Dan kulihat pula, seorang yang sedang dongkol sedang mengamati
> > diskusi
> > > > tersebut, kemudian bergumam...
> > > >
> > > > ½Jakarta tidak butuh orang-orang pintar *yang saking pintarnya
> > justru
> > > > tidak tahu kalau pembangunan mall dan trade center sudah
> melewati
> > batas
> > > > sehingga tidak ada lagi kawasan hijau di Jakarta*. *Jakarta
> tidak
> > butuh
> > > > orang-orang sok suci yang apabila bertemu masyarakat miskin
> selalu
> > menyebut
> > > > nama Tuhan sembari menjanjikan peningkatan kesejahteraan padahal
> > kalian tahu
> > > > kalau semua itu hanya bohong belaka. *½ (sumber: Gua Gak Butuh
> > Lo,
> > Monyet<http://jakartabutuhrevolusibudaya.com/2007/10/19/gue-gak-
> butuh-lo\
> > -monyet/#more-150>
> > > > )
> > > >
> > > > Sesuai thread diskusi ini (mentertawai diri sendiri) kira
> kira...
> > > > konteksnya cocok nggak?... Hikhikhikhikhik...
> > > >
> > > > Be Fun
> > > >
> > > > Tuhantu
> > > >
> > > > http://hole-spirit.blogspot.com
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Anwar Haryono"
> > > > aharyono@ wrote:
> > > > >
> > > > > Pak Jusuf,
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Saya belum baca bukunya, tapi fakta2 yang diungkap di bawah
> > rasanya
> > > > sangat
> > > > > cukup menggambarkan urgensi permasalah dunia yang ingin bapak
> > > > > ungkapkan.cukup nggegirisi.
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi
> > pikiran/kesadaran
> > > > manusia
> > > > > selalu akan cukup untuk mengatasi setiap permasalahan.karena
> > sejatinya
> > > > > seluruh keberadaan dibentuk dari afirmasi. banyak contoh yang
> saya
> > lihat
> > > > dan
> > > > > alami yang mengkonfirmasi hal ini...dan satu2nya yang
> diperlukan
> > untuk
> > > > > segala solusi hanyalah pembebasan potensi pikiran/kesadaran
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > kekuatan pikiran manusia senantiasa tersembunyi di balik
> > kerangkeng yang
> > > > > diciptakannya sendiri, yang utamanya hanya bersumber dari 2
> > > > hal.paradigma
> > > > > dan kekecewaan dari masa lalu..dan ketakutan pada masa
> > depan.pointinilah
> > > > > yang, sebagaimana saya tulis dalam diskusi dengan Mas Goen
> sebagai
> > > > > keikhlasan atas result, yang sudah maupun akan terjadi..hidup
> > dalam
> > > > kekinian
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > cara pandang di atas sangat penting dalam melihat fakta2
> seperti
> > di
> > > > > bawah..saya kira cara pandang seprti ini bukanlah berarti mati
> > rasa,
> > > > atau
> > > > > tidak mampu merasakan kepedihan dunia.namun penting untuk
> menjaga
> > > > kejernihan
> > > > > pikiran....dan dalam level tindakan, kita lebih baik fokus
> pada
> > apa2
> > > > yang
> > > > > sudah menjadi jatah kita masing2....pada apa yang disebut mas
> Goen
> > > > sebagai
> > > > > "panggilan jiwa".dan mengalir pada panggilan jiwa, legenda
> > pribadi,
> > > > tugas
> > > > > hidup..atau apapun namanya inilah yang akan membuat
> fungsi/manfaat
> > > > > keberadaan kita optimal
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > dalam proses pembebasan potensi pikiran, saya sungguh setuju
> > dengan P.
> > > > Jusuf
> > > > > tentang menertawakan diri sendiri, yang menurut saya adalah
> titik
> > awal
> > > > > terpenting.bahkan, metertawakan diri sendiri ini satu2nya
> tertawa
> > yang
> > > > > menyehatkan, mencerdaskan di semua level kesadaran dan
> membebaskan
> > > > > kontaminasi ego..sementara di posisi seberangnya adalah
> > mentertawakan
> > > > yang
> > > > > lain sebagai yang akan merusak dilihat dalam keseluruhan
> > rentang..dan
> > > > > sejatinya, pikiran/kesadaran yang terbebas akan memberikan
> > pengaruh
> > > > > keseluruh keberadaan lebih daripada yang kita pahami dalam
> > kerangka
> > > > > akal/rasio yang senantiasa menuntut penjelasan proses
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > sebagai muslim.mentertawakan diri sendiri (menengok ke dalam
> diri)
> > > > inilah
> > > > > sebenarnya yang sedang saya coba lakukan dan ajak saat iseng2
> > jahil
> > > > kasih
> > > > > komentar ke Hendrik-isme.hanya sayangnya beliau terlalu
> serius:-)
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > mungkin bagus kali ya, kalau konperensi lingkungan hidup di
> bali
> > dibuka
> > > > sama
> > > > > tukul, biar ketawa smua.pikiran jadi bening, kreatif and
> produktif
> > > > secara
> > > > > kolektif
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Oh ya..mengenai tulisan saya terakhir di bawah, itu karena
> menurut
> > saya
> > > > > antara sikap/tindakan dan pikiran/kesadaran saling terkait
> dalam
> > satu
> > > > loop
> > > > > seperti keberadaan ayam dan telur.jadi tidak masalah mana
> duluan,
> > yang
> > > > > penting.do it anyway.namun demikian, akan lebih mudah tertawa
> > ndiri dulu
> > > > > biar sehat dan cerdas.dibanding nunggu cerdas dulu baru
> tertawa
> > :-)
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > selamat mentertwakan diri sendiri pak Jusuf.
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Salam,
> > > > >
> > > > > Anwar
> > > > >
> > > > > p.s: agak panjang pak, malem2 lagi nganggur :-)
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > _____
> > > > >
> > > > > From: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> > > > > [mailto:psikologi_transformatif@yahoogroups.com] On Behalf Of
> > Jusuf
> > > > Sutanto
> > > > > Sent: Thursday, December 06, 2007 8:43 PM
> > > > > To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> > > > > Subject: Bls: [psikologi_transformatif] Mengapa kita tidak
> bisa
> > lagi
> > > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Tulisan tsb utamanya ditujukan supaya perhatian kita
> dipusatkan
> > pada
> > > > masalah
> > > > > mendesak zaman ini yang memerlukan penyelesaian segera dan
> > sistematis
> > > > demi
> > > > > masa depan umat manusia dan bumi tempat tinggalnya.
> > > > >
> > > > > Bacalah buku REVITALISASI PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN,
> Penerbit
> > Buku
> > > > > Kompas.
> > > > > Ada 45 pakar berbagai bidang yang membahas masa depan manusia
> > dalam
> > > > > kaitannya dengan pangan dan peradaban.
> > > > >
> > > > > * Penduduk dunia sekarang sdh hampir 7 milyar dan terus
> bertambah
> > > > > setiap 15 tahun dengan 1 milyar.
> > > > > * Ini membutuhkan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan,
> > pendidikan,
> > > > > perumahan dan sebagainya.
> > > > > * Padahal untuk memproduksi 1 kg gabah, mulai dari menyebar
> benih
> > > > > sampai panen, diperlukan 3 Ton air.
> > > > > * Kalau 1 kg gabah menjadi 0,6 kg beras, maka 1 kg beras
> > memerlukan 5
> > > > > Ton air.
> > > > > * Dengan perubahan cuaca yang demikian dahsyat, masih bisakah
> umat
> > > > > manusia menyediakan pangan untuk generasi mendatang ?
> > > > > * Kalau menggunakan teknologi dgn pestisida dan pupuk buatan
> dosis
> > > > > tinggi akan berdampak pada lingkungan ; kalau menggunakan
> pupuk
> > organik,
> > > > > hanya merupakan solusi lokal tapi belum bisa memberi makan
> seluruh
> > > > dunia.
> > > > > * Ditambah lagi produk pertanian digunakan untuk bio-fuel ,
> > sehingga
> > > > > pertanian masa depan diperebutkan oleh manusia, ternak dan
> mobil.
> > Masih
> > > > akan
> > > > > ditambah lagi dengan untuk plastik ramah lingkungan.
> > > > > * Menggunakan tenaga nuklir, kalau bocor akibat gempa bumi,
> > dampaknya
> > > > > bgm ?
> > > > > * Pandemi penyakit seperti flu burung saja, kita sudah
> kewalahan
> > > > > karena untuk memastikannya sample darah hrs dikirim ke luar
> > negeri.
> > > > > * Deteksi dini bencana alam seperti tsunami, memerlukan
> kerjasama
> > > > > teknologi tinggi antar bangsa.
> > > > > * Keamanan barang2 yang dikonsumsi manusia ( makanan-obat2an -
> > > > > kosmetika) semuanya butuh teknologi tinggi untuk mengukur
> > kandungannya.
> > > > Ini
> > > > > memerlukan peralatan yang canggih dan standardisasi yang
> > ditentukan oleh
> > > > > penguasaan iptek.
> > > > > * Lapangan kerja dan pelatihan untuk menampung pemuda yang
> masuk
> > > > > angkatan kerja
> > > > > * Pencemaran lingkungan
> > > > > * Pemanasan global yang membuat air laut naik dan akan memakan
> > dataran
> > > > > subur di muara sungai yang menjadi penghasil tanaman pangan
> > > > >
> > > > > Soalnya sudah demikian mengglobal, kait mengkait sehingga
> > > > penyelesaiannya
> > > > > memerlukan kerjasama antar bangsa.
> > > > > Padahal di dunia ini tidak ada satupun yang mempunyai kekuatan
> > untuk
> > > > memaksa
> > > > > bangsa lain sendirian memikul beban dalam mengatasinya,
> kecuali
> > melalui
> > > > > dialog dan saling pengertian sehingga bisa mengatasi bersama
> > secara
> > > > gotong
> > > > > royong.
> > > > > Itulah sebabnya muncul gagasan mengenai Psikologi
> Transformatif
> > dan
> > > > > Transpersonal !
> > > > > Kuncinya ada pada membangun kesadaran seperti dikatakan
> misalnya
> > oleh
> > > > > Vimalakirti (awal abad Masehi)
> > > > > dalam syair sbb. :
> > > > >
> > > > > " Gunung Sumeru mengandung biji lada,
> > > > > Dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta ;
> > > > > Karena dunia sakit, saya merasa sakit,
> > > > > Karena umat manusia menderita, maka saya menderita "
> > > > >
> > > > > Kita bisa membangun gedung tinggi, jalan lebar, tapi gagal
> > membangun
> > > > hati
> > > > > dan pikiran yang mampu merasakan penderitaan dunia. Melalui
> > komunikasi
> > > > > cellular (komputer, HP, TV) kita bisa mendekatkan jarak, tapi
> > hubungan
> > > > antar
> > > > > keluarga saja malah sulit karena ibu dan ayah , anak-anak
> sibuk
> > > > > sendiri-sendiri. Dengan tetangga kita sendiri di kiri kanan
> rumah
> > juga
> > > > tidak
> > > > > saling berkenalan.
> > > > >
> > > > > Salam,
> > > > > Jusuf Sutanto
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > ----- Pesan Asli ----
> > > > > Dari: Anwar Haryono aharyono@
> > > > > Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> > > > > Terkirim: Kamis, 6 Desember, 2007 7:18:16
> > > > > Topik: RE: [psikologi_transformatif] Mengapa kita tidak bisa
> lagi
> > > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > > >
> > > > > Lupa satu lagi, duluan mana..mampu mengatasi ego ndiri trus
> bisa
> > > > ngetawain
> > > > > diri ndiri.ato ngetawain diri ndiri trus jadi bisa mengatasi
> ego
> > ndiri?
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > _____
> > > > >
> > > > > From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:
> > > > psikologi_transform
> > > > > atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of Anwar Haryono
> > > > > Sent: Thursday, December 06, 2007 7:06 PM
> > > > > To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> > > > > Subject: RE: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak
> bisa
> > lagi
> > > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Duluan mana.cerdas dulu baru bisa ngetawain diri ndiri.ato
> > ngetawain
> > > > diri
> > > > > ndiri trus jadi cerdas?
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > _____
> > > > >
> > > > > From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:
> > > > psikologi_transform
> > > > > atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of ratih ibrahim
> > > > > Sent: Thursday, December 06, 2007 6:29 PM
> > > > > To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> > > > > Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak
> bisa
> > lagi
> > > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > butuh kecerdasan tersendiri untuk bisa mentertawakan diri
> sendiri
> > > > > pakkkkkkk... ......
> > > > >
> > > > > dan kemampuan mengatasi "ego" diri....
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > best,
> > > > >
> > > > > ratih
> > > > >
> > > > >
> > > > > *btw, pecel pincuk itu jebul uenak buangetttttttttt*
> > > > >
> > > > >
> > > > > On 12/4/07, Jusuf Sutanto jusuf_sw@yahoo. co.id
> > > > > <mailto:jusuf_sw@ > wrote:
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Tulisan pendek ini ada dalam buku
> > > > >
> > > > > " KEARIFAN TIMUR DALAM ETOS KERJA DAN SENI MEMIMPIN ",
> Penerbit
> > Buku
> > > > Kompas,
> > > > > 2007
> > > > >
> > > > > Tertawa adalah cara bijak untuk
> > > > > mengatasi fanatisme
> > > > >
> > > > > Konflik bernuansa agama kini dan semenjak dulu
> > > > > menjadi masalah utama yang harus diselesaikan karena bisa
> > berkembang
> > > > menjadi
> > > > > masalah mengerikan yang berkepenjangan. Upaya Komisi Nasional
> Hak
> > Asasi
> > > > > Manusia semata
> > > > > tidaklah memadai untuk bisa menyelesaikan masalah yang
> sedemikian
> > sulit
> > > > > ini.dan
> > > > > sering kambuh lagi. Satu-satunya jalan adalah melalui
> pendidikan.
> > > > >
> > > > > Pada suatu hari, Konfusius
> > > > > diprotes oleh murid-muridnya gara-gara menerima anak seorang
> > penjahat
> > > > yang
> > > > > terkenal sangat kejam ddan sadis sebagai murid. Setelah semua
> > muridnya
> > > > > mengukapkan keberatannya, ia mulia angkat bicara dan
> menjelaskan
> > bahwa
> > > > > ketika
> > > > > anak itu datang kepada dia, ia bertanya : untuk tujuan apa
> kamu
> > datang ?
> > > > > Anak
> > > > > itu menjawab berkali-kali bahwa ia mau belajar ! Hanya karena
> > seseorang
> > > > mau
> > > > > belajar, maka orang jahat bisa diubah menjadi orang baik ;
> salah
> > > > pengertian
> > > > > bisa dijelaskan ; permusuhan bisa didamaikan. Apakah kamu bisa
> > > > memberikan
> > > > > cara
> > > > > lain yang lebih efektif untuk mengubah manusia jahat menjadi
> baik
> > selain
> > > >
> > > > > belajar ? Semua muridnya diam dan menyadari kekeliruannya !
> > > > >
> > > > > Apakah
> > > > > kamu bisa memberikan cara lain yang lebih efektif
> > > > >
> > > > > untuk
> > > > > mengubah manusia jahat menjadi baik selain belajar ?
> > > > >
> > > > > ***
> > > > >
> > > > > Ceritera berikut ini yang dikutip
> > > > > dari buku " Kebijakan Sejati " .karangan Pema Chodron
> (Penerbit
> > Karaniya
> > > > )
> > > > > barangkali bisa membantu
> > > > > dalam mengatasi masalah yang pelik ini.
> > > > >
> > > > > Syahdan
> > > > > ada seorang Dewa yang tahu bahwa manusia mempunyai sifat yang
> > aneh,
> > > > yaitu :
> > > > > sangat suka fanatik pada sesuatu yang dianutnya, lalu
> membentuk
> > > > organisasi
> > > > > massa , dilengkapi pakaian seragam dengan tanda pengenal.
> Awalnya
> > semua
> > > > > berjalan
> > > > > baik-baik saja, tapi kemudian sedikit demi sedikit mulai
> membuat
> > > > masalah,
> > > > > misalnya lalu menuliskan namanya besar-besar dalam bendera
> > raksasa,
> > > > berpawai
> > > > > di
> > > > > jalan-jalan sambil berteriak dan mengibarkan panji-panjinya
> supaya
> > orang
> > > > > lain
> > > > > yang berbeda pandangan mau ikut bergabung dengannya. Kemudian
> Dewa
> > itu
> > > > > memutuskan untuk mencoba membuktikan keadaan umat manusia agar
> > bisa
> > > > > menertawakan dirinya sendiri setelah melihat keanehan itu.
> > > > >
> > > > > Dewa itu menciptakan sebuah topi
> > > > > besar, yang sebelah kiri berwarna merah menyala, dan belahan
> kanan
> > biru
> > > > > cerah.
> > > > > Lalu ia pergi ke suatu jalan di mana banyak orang sedang
> bekerja.
> > Ia
> > > > > memunculkan diri dengan segala kesaktiannya sehingga semua
> orang
> > takjub
> > > > > melihatnya. Berbadan besar dan bersinar, mengenakan topi
> tersebut,
> > ia
> > > > > berjalan
> > > > > menyusuri jalan tersebut, membuat semua orang berhenti untuk
> > > > memandangnya.
> > > > > Lalu
> > > > > Dewa itu mendadak lenyap begitu saja. Semua orang
> menjerit : " Aku
> > > > melihat
> > > > > Tuhan ! Aku melihat Tuhan ! ". Mereka semuanya dipenuhi
> > kegembiraan
> > > > > sehingga seseorang yang ada di sebelah kiri jalan berkata : "
> > Betapa
> > > > > agungnya, Ia datang mengenakan topi merahnya ! ". Orang yang
> ada
> > di
> > > > kanan
> > > > > jalan memandangnya dengan heran sambil berkata : " Ia tidak
> > bertopi
> > > > merah,
> > > > > melainkan biru ! ".
> > > > >
> > > > > Perbedaan
> > > > > pendapat itu berlangsung terus sehingga masing-masing pihak
> > membangun
> > > > tembok
> > > > > dan saling melempar batu ke lawannya. Lalu dewa itu muncul
> > kembali, tapi
> > > > > kali
> > > > > ini berjalan berlawanan arah dengan sebelumnya dan kemudian
> > kembali
> > > > > menghilang.
> > > > > Sekarang semua orang saling memandang dan orang yang ada di
> > sebelah
> > > > kanan
> > > > > berkata : " Ternyata Anda benar. Ia bertopi merah ! Kami minta
> > maaf
> > > > karena
> > > > > sudah salah melihat ". Tapi
> > > > > orang-orang di sebelah kiri mengatakan : " Tidak, tidak..
> kalian
> > yang
> > > > > benar, kami yang salah. Ia bertopi biru ". Saat itu mereka
> semua
> > > > bingung,
> > > > > tidak tahu harus bertengkar atau berdamai. Lalu Dewa itu
> muncul
> > kembali,
> > > > dan
> > > > > kali ini ia berdiri di tengah jalan, berputar ke kiri lalu ke
> > kanan,
> > > > > kemudian
> > > > > kembali lenyap.dan semua orangpun akhirnya tertawa !
> > > > >
> > > > > Ceritera
> > > > > ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus
> menerus
> > > > digoyang
> > > > > oleh
> > > > > konflik bernuansa agama yang seolah sudah kehabisan akal untuk
> > > > > menyelesaikannya.
> > > > >
> > > > > Ceritera
> > > > > ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus
> menerus
> > > > digoyang
> > > > > oleh
> > > > > konflik bernuansa agama dan
> > > > >
> > > > > seolah sudah kehabisan akal untuk
> > > > > menyelesaikannya
> > > > >


Sent from Yahoo! - a smarter inbox.

__._,_.___
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar