Kamis, 17 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Friends or Fans?

Friends or Fans?

Awal tahun lalu aku melihat-lihat profil seorang pengarang di
Friendster (Fs). Aku berniat menambahkan dia sebagai temanku, tapi
ternyata di profilnya tidak ada link `Add as a Friend'. Sebagai
gantinya adalah `Become a Fan'. Ah, ini profil yang disediakan bagi
orang-orang yang ngefans pada pengarang ini rupanya. Kutengok ke
sebelah kanan paling atas. Di situ biasanya berderet dalam dua baris
foto enam teman orang bersangkutan. Nah, di halaman profil pengarang
ini ada tambahan banner kecil `Fan Profile', dengan iming-iming `Get
Yours!'

Kemelitanku terpantik. Kusimak kelebihan-kelebihan yang ditawarkan
bila orang mengubah profilnya dari jaringan pertemanan normal
menjadi `fan profile'. Wah, kayaknya bisa dipakai nih sekalian untuk
promosi buku terbaruku. Tergiur, meskipun ada semacam peringatan
bahwa kalau sudah berubah ke `fan profile' tidak bisa dikembalikan
jadi normal lagi (hihi, kayak operasi plastik saja!), kupilih
mengubah profilku. Fs pun menayangkan info bahwa perubahan profilku
tengah diproses.

Saat online berikutnya… tada! Profilku sudah malih, kini juga
dihiasi banner `Fan Profile'. Daftar teman – sekitar 200-an – yang
kupunyai pun lenyap, berganti menjadi daftar fan. Yup, mereka-mereka
itu, dari teman yang memang kukenal dekat sampai teman yang cuma
iseng kutambahkan dan kuterima selama berkelana di dunia maya, semua
orang itu kini bukan lagi temanku, melainkan… fan-nya Arie Saptaji
Wahyu Widodo!

Ooo… aku sempat tertegun sebentar. Lalu, cengar-cengir. Lalu, merasa
jadi setengah dungu. Dunia lagi jungkir-balik, nih! Antara friend
dan fan itu `kan amat sangat lebih jauh dari antara Anyer dan
Jakarta! Ini akunya yang nggak paham, telmi, atau gara-gara cepat
tergoda oleh promosi, sampai-sampai tidak menyimak bahwa daftar
temanku akan berubah menjadi daftar fan itu sudah tercakup dalam
paket perubahan profil?

Di antara daftar nama teman itu ada pengarang, editor, sutradara,
penyanyi, penyiar televisi, pokoknya sosok-sosok yang layak masuk
hitungan selebritas, begitulah. Dulunya kemungkinan besar jelas aku
yang menjawil mereka, terdorong oleh snob, biar dikira punya
pertemanan dengan orang terkenal. Dan, orang-orang itu dengan senang
hati telah memenuhi permintaanku untuk dijadikan teman. Lalu kini,
ujug-ujug, bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap... gubrakz,
mereka berbalik menjadi fan inyong! Lah apa tidak diketawain monyet?

Tak kalah membuat bibir nyengir, teman-teman yang dulu menjawil atau
kujawil karena ingin menjalin pertemanan, kini tanpa permisi kupaksa
jadi fan pula. Semuanya! Aduh biyung... kok ngisin-isini temen to
kowe ki, Ar! Mbok ngilo!

Dengan perubahan ini, pola hubungan jelas berubah. Sebagai friend,
kita membangun hubungan egaliter, setara satu sama lain. Dalam
hubungan fan, kita membangun hirarki: gue yang dikagumi – lu yang
mengagumi. Dan Fs menunjukkan perubahan itu dengan sungguh canggih.

'Fan profile' memang amat agresif dalam mempromosikan profilku.
Gambar profilku muncul di halaman profil setiap orang yang
(terpaksa) ngefan padaku. Wajib nampang! Kayak 'featured friend'
saja, namun dengan posisi tersendiri. Kecuali kalau orang itu mutung
dan memutuskan menghapus kaitannya denganku seperti Clementine
menghapuskan kenangan akan Joel di Lacuna! (Kukira, ada – entah
berapa orang – yang melakukannya. Buktinya? Di profilnya tidak
muncul bahwa he or se is a fan of me! Tuh, narsis berat, `kan?!)

Keuntungannya, ketertampakan profilku di Fs meningkat pesat. Jumlah
pemirsa profilku meroket. Dan sebagian, sungguh bikin ge-er, rela
ngefan pada daku...

Selanjutnya, ini yang kurasa berat. Dalam hubungan sebagai teman,
karena setara tadi, kita bisa saling menengok profil satu sama lain,
dan leluasa untuk saling mengirim kabar. Tidak demikian dengan per-
fan-an, khususnya pada mereka yang ngefan padaku (cie!) setelah
profilku berubah. Kalau mereka membatasi profil dan atau pengiriman
pesan pada mereka hanya bisa diakses teman-teman mereka, daku (yang
konon digemari oleh mereka itu) termasuk yang tidak dapat mengakses
profil mereka – karena fan memang beda dari friend! Berabe, kan?
Padahal, di antara fan baruku itu, ada penyanyi kondang-makondang
yang pengin kukenal lebih dekat, tapi dia menutup profil-nya bagi
non-friend. Mau-maunya dia memenuhi permintaanku untuk jadi fanku
(ya, aku yang menjawilnya)! Lagi-lagi, inilah duniaku yang lagi
jungkir balik itu…

Dulu, enak banget kalau mau menambah teman, tinggal dengan sopan
bilang, "Mau nggak jadi temanku?" Bisa menjemput bola, dan menunggu
tanggapan. Sekarang, kok ya nggak lucu kalau meminta orang, "Mau
nggak ngefan padaku?" Ah, apa bedanya dengan kontestan idol-idolan
yang minta dukungan sms itu?

Hm, apa aku mesti bikin dua profil? Satu untuk pertemanan satu untuk
per-fan-an? Kalau memang mau cari fan, mestinya ya bikin dong 'fan
profile' dari nol, bukan memaksa friends menjadi fans!

Oh, repotnya... ***

Yang mau ngefan pada Arie Saptaji, monggo join di
http://profiles.friendster.com/ariesaptaji

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Special K Group

on Yahoo! Groups

Learn how others

are losing pounds.

Best of Y! Groups

Check it out

and nominate your

group to be featured.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar