Kamis, 24 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Hubungan Pembangunan dan Kebudayaan



Hubungan Pembangunan dan Kebudayaan
( Menanggapi Tulisan Yudi Latif di Harian Kompas
8-1-2008 )

Oleh : Jusuf Sutanto

Note :

Yudi Latif memberikan Sekapur Sirih di buku Jusuf Sutanto : " Kearifan Timur Dalam Etos Kerja dan Seni Memimpin ", Penerbit Buku Kompas
=====================================================================================================

Ia mengungkapkan latar belakang budaya dari sukses
Cina dalam pembangunan dengan kaligrafi terkenal sbb. :

" Istana
itu jauh, Langit pun jauh ;

Yang
dekat dijangkau adalah uang.

Maka,
rebutlah uang hari ini "

Dengan sentilan sederhana saja seperti ini maka
kini cadangan devisa China
bisa mencapai US$ 1,4 trilliun. Kaligrafi Cina unik karena dengan goresan
beberapa kata saja sudah bisa mencerahkan kita dengan sangat mendalam dan menemukan
hakikat suatu masalah karena hanya setelah masalahnya difahami dengan benar,
maka jawabannya otomatis sudah terkandung di dalamnya.

Karena itu bahkan ada
yang membuat pembacanya tersenyum seperti kaligrafi ' kalau setan sampai
membaca, dia akan langsung lari terbirit-birit '. Tujuannya menyadarkan
perlunya kembali menjejakkan kaki kita di bumi dengan seluruh persoalan yang
nyata dengan tujuan yang jelas sehingga bergairah dalam menjalani hidup ini
sampai pada tingkat yang setinggi mungkin.

Dengan demikian setiap orang akan
berusaha untuk mencapainya sendiri dan setiap daerah membuat program-programnya
sendiri dan tidak lagi menyerahkan semuanya dan menunggu perintah dari pusat (fatalisme,
kolektivisme dan etatisme). Ketika dipadukan dengan ajaran Konfusius :

" Jika
diri sendiri ingin tegak, maka berusahalah agar orang lain tegak ;

Jika
diri sendiri ingin maju, maka berusahalah agar orang lain maju "

, maka seluruh rakyat akan bergerak bersama untuk
saling memberdayakan.

Akar
dari sikap ini menurut Prof. TU Weiming, pakar Konfusianism dari Universtas
Harvard yang pernah diundang tahun 2005 ke Indonesia, adalah " belajar dan terus belajar menjadi
manusia seumur hidupnya ".

Learning to be
HumanLeanring for
the sake of the selfSelf is not
as isolated atomSelf is not a
single, separate individualitySelf as a
being in relationshipSelf as
centre of relationshipSelf develops
continuouslyEver-expanding
processEver-growing
network of human relatednessA truly Self
realization

Kalau memang demikian tujuan pembinaan manusia,
maka ajaran untuk maju bersama memang adalah suatu keniscayaan sehingga orang
tidak bisa mau maju sendiri saja seperti katak yang meloncat-loncat, tapi harus
bersama-sama seperti konfigurasi burung walet terbang.

Inilah yang disebut visi
kepemimpinan dengan komitmen kuat pada pemberdayaan rakyat untuk maju bersama
setelah Manusia / Ren bisa bersatu
dengan Langit / Thian / Ayah dan Bumi
/ Tie / Ibu.

' musim
semi tiba dan rumput pun tumbuh dengan sendirinya '

Memang adalah Deng Xiao Ping yang menjadi arsitek dan memulai semua ini dengan
mengurangi politisasi ekonomi rakyat
lewat rasionalisasi dan dekolektivisasi melalui Reformasi Agraria 1978 : tanah
yang semula dikuasai secara kolektif, dibagikan secara merata pada setiap
keluarga. Mereka bebas menentukan jenis tanaman yang dibudidayakan, asalkan
sudah bisa memenuhi kuota bibit yang diberikan. Sistem imbalannya diubah ' from each according to his ability, to each
according to his need ' menjadi ' to his deed ' sesuai produktivitasnya.
Petani membayar pajak bukan menyerahkan hasil produksinya kepada lembaga
kolektif. Ini mendorong gairah kerja , iklim kompetisi dan memacu
produktivitas.

Apakah seni memimpin ini ada
kaitannya dengan kearifan yang sudah ada jauh sebelumnya ?
Adalah seorang bijak bernama Lao Tzu (604 SM) yang mengajarkan bahwa
' perjalanan ribuan kilometer, dimulai dengan langkah pertama ' karena memang untuk memahami sesuatu kita harus terjun
ke masalahnya seperti halnya orang belajar berenang tidak bisa di kelas saja dan
membaca buku petunjuk juara olympiade renang.
Kemudian dilanjutkan oleh Cheng Yen (masih hidup di Taiwan)
dengan ajaran :

" Dimulai
dengan memahami satu langkah,

perlahan-lahan
engkau akan memahami seribu langkah dan

Melihat
JALAN sehingga diliputi rasa percaya diri.

Hal
yang lebih menakutkan adalah bila engkau tidak mengetahui hakikat ' dirimu'

sehingga
terjebak dalam kebingungan dan penderitaan "

Kalau kita mau menyeberangi sungai yang tidak
tahu kedalaman dan berapa deras arusnya, dengan membawa tas punggung berat yang
penuh dengan buku, pikiran yang penuh teori dan kantong sarat dengan catatan
alamat dan nomer tilpon orang-orang yang bisa dimintai petunjuk, maka kita akan
kehilangan kepekaan pada keadaan ' here
and now ' sehingga bisa terperosok tenggelam ke sungai.

Karena itulah maka disempurnakan
lagi oleh Deng menjadi ' meraba batu-menyeberangi sungai '. Meraba batu
memerlukan rasa karena harus hati-hati, bukan dengan otot seperti serdadu yang
berbaris.
Kemudian oleh penerusnya Hu
Jin Tao dikerucutkan lagi menjadi ajaran '
Tiga Dekat ' :

Dekat dengan
manusia ; Dekat dengan
kehidupan ; Dekat dengan
kenyataan

Sekarang menjadi jelas mengapa China
begitu cepat bisa kembali ke sistem ekonomi pasar setelah sistem etatisme kolaps di banyak negara yang menerapkannya dan
sampai sekarang masih dalam kondisi ' bernafas dalam lumur '.

Budayanya yang
tua dan sarat dengan kearifan yang membuat semua ini terjadi.

________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

__._,_.___
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Wellness Spot

on Yahoo! Groups

A resource for living

the Curves lifestyle.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar