Kamis, 31 Januari 2008

[psikologi_transformatif] The Life in Organization

Mr. Magorium adalah seorang pemilik sebuah toko mainan anak-anak yang ajaib / magic.  Mengapa magic?  Karena semua mainan di sana hidup.  Bisa terbang, bisa bergerak, bisa interaktif bermain dengan anak-anak.  Ketika Mr. Magorium ingin mewariskan tokonya kepada penerusnya dia memberikan sebuah Congreve cube, sebuah kubus kayu ukuran 20 x 20 cm.
Penerusnya bingung dan merasa tidak mampu karena tidak memiliki Magic, sehingga semua mainan di dalam toko menjadi mati, dan akhirnya tokonya pun menjadi sepi pembeli.
Dia sungguh bingung, apa yang harus dilakukan dengan sebuah kubus kotak?  Dia sungguh merasa buntu, bagaimana caranya menemukan Magic? 
Hingga akhirnya dia melihat bahwa kubus kayu itu bisa bergerak.  Bergulir ke samping.  Bergulir kembali.  Dan dia tahu bahwa kubus tersebut ternyata bisa bergerak, bisa terbang!  Maka toko mainannya menjadi hidup kembali, dan Magic bisa kembali datang.
Mr. Magorium pernah mengatakan:
"Seseorang yang tidak bisa melihat kehidupan dalam hidup, maka dia sesungguhnya mati".
Ternyata di dalam toko mainan bisa kita lihat kehidupan, bahwa semua isi toko mainan anak-anak tersebut hidup.  Demikian pula dalam organisasi.  Ada kehidupan dalam sebuah organisasi.
Bila kita tidak mampu melihat kehidupan dalam organisasi, maka sebuah bisnis hanyalah sebuah angka.  Angka saja.  Penjualan naik sekian, profit bertambah sekian.  Sebuah angka saja.
Namun dibalik semua itu, sebuah organisasi adalah hidup.  Di dalamnya diisi dengan cita-cita karyawan, masa depan karyawan, harapan karyawan, hasrat pemimpin, perhatian dari pemimpin, setiap hari memikirkan kehidupan dalam organisasi.
Setiap hari ada karyawan yang merasa putus asa, putus harapan.  Maka ketika pemimpin membantu karyawan tersebut, maka dia memberi kehidupan dalam organisasi.  Ketika pempimpin buta, tidak mengacuhkan harapan karyawan yang putus asa, maka sesungguhnya terjadi kematian dalam organisasi tersebut.
Semakin banyak kematian-kematian terjadi, maka akibatnya seluruh organisasi menjadi terpuruk.  Hasilnya menurun.
Sebaliknya bila kehidupannya bertumbuh, maka efeknya akan membawa kehidupan, perkembangan dalam organisasi.
Bagaimana caranya mendeteksi kehidupan dalam organisasi?
Bagaimana caranya memimpin spirit organisasi?
Bagaimana caranya menjadi Spiritual Company, perusahaan yang memiliki spirit, semangat organisasi?
Dalam sebuah organisasi, pondasi utamanya adalah Compassion atau rasa kasihan.  Itulah yang mengikat batin seluruh karyawan.
Yang terpenting bagi seorang Salesman bukanlah bagaimana caranya memiliki sebuah berlian, namun yang terpenting adalah uang bensin dan uang makan, sebab tanpa itu maka dia terpaksa harus hutang.  Dan itu sungguh menyakitkan. 
Oleh karena itu, seorang pemimpin yang berbasis nurani tidak akan memotong hak karyawan.
Misalnya seorang Manajer memiliki hak bensin sebesar Rp 1,500,000 sebulan, ketika dia dipotong uang bensinnya. Maka sesungguhnya batinnya terluka, bukan masalah uang berapa ratus ribu, namun batinnya terluka.  Harga dirinya terluka.
Ketika seorang karyawan dimarahi tanpa alasan, dengan emosi yang berlebihan, maka sesungguhnya batinnya terluka, karyawan tidak hanya mencari uang gaji untuk makan, namun sesungguhnnya ada yang lebih besar, yaitu mereka bekerja untuk menegakkan harga dirinya.  Harkat hidupnya.
Maka ketika seorang pemimpin selalu marah, selalu mencela bawahannya sesungguhnya dia hanya mendapatkan keringat karyawan, bukan hatinya.
Gaji hanya membayar untuk makan saja, namun harapannya, keyakinannya, rasa kasih, cinta kepada perusahaan tidak timbul hanya dari haji, namun dari pedoman dari sosok pemimpin.
Ketika pemimpin mampu memiliki pedoman kebenaran, maka seluruh karyawan seketika memiliki harapan, keyakinan dan rasa cinta kepada perusahaan.
Pedoman kebenaran, itulah yang menerangi kegelapan yang dirasakan seluruh karyawan.  Mereka sudah buntu hidup dari UMR.  Gaji tidak seberapa, biaya hidup yang selalu meningkat.  Pedoman akan kebenaran itulah yang menerangi kegelapan.
Seorang yang memiliki pedoman kebenaran tidak akan menyalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah.  Itu saja.  Maka ketika pedoman kebenaran dimiliki seorang pemimpin, maka seluruh organisasinya menjadi hidup, memiliki:
  • harapan
  • keyakinan dan
  • cinta kepada perusahaan.
Kadang kita hidup tidak dapat merasakan perasaan atau masalah orang lain.  Misalnya, di Jakarta sering hujan, namun kalau kita masih di dalam kantor, kita tidak tahu bagaimana di luar hujan, banjir, dan bagaimana anak-anak sekolah bermain hujan-hujanan, tidak dapat sekolah.  Bagaimana kita tahu keadaan luar?  Dan ketika ada Salesman yang tidak masuk, kita marah besar.  Padahal mungkin di rumah kita air banjir masuk rumah.
Ada teman lain yang menyetel musik keras-keras.  Heran, musik yang seharusnya didengar pelan-pelan dan terdengar indah harus disetel keras-keras.  Telinganya seperti sudah tuli.  Aneh, tanpa terasa, sedikit demi sedikit telinga kita menjadi kurang peka, dan agak seperti tuli.  Menyetel musik harus keras-keras.  Itulah, kita seolah-olah semakin lama menjadi semakin kurang peka dengan keadaan.
Di beberapa peruahaan menerapkan banyak peraturan.  Ada klain uang bensin, uang harian, uang makan, uang pulsa, uang parkir, uang tol, uang ini dan itu.  Ketika karyawan ijin tidak masuk kerja, gaji pokok pun dipotong, karena belum memiliki hak cuti.  Aneh, namanya gaji pokok tapi dipotong.  Seolah olah kita semakin tidak peka dengan penderitaan orang kecil.  Uang bensin yang seharusnya dibayarkan tiap tanggal 15 bisa mundur, alasannya pimpinan lagi sibuk.  Lalu salesman harus pinjam uang untuk bayar bensin, karena memang uangnya pas-pasan.  Beberapa buku menyebutkan jangan memeras penderitaan orang kecil demi keuntungan, namun seolah olah kita sudah tuli.  Rasanya pintu iba sudah tertutup rapat-rapat oleh nafsu ego.
Di mobil kita terbiasa pakai AC, setel musik keras-keras, bagaimana kita tahu bagaimana perasaan pengemis di samping kita?  Bagaimana kita tahu perasaan tukang parkir?  Kita mau mengeluarkan mobil, terhalang sedikit sudah pencet klakson keras-keras.  Kata tukang parkir:
"Kalau mau lega, parkir saja di lantai 6 Ruko, naik helikopter"
Kita marah-marah kepada bawahan hingga bawahan mengatakan:
"Mentang-mentang jadi Boss.  Ngomong seenak sendiri, kebun binatang keluar"
Janganlah kita sampai mengatakan nama-nama binatang.  Kita manusia, bagaimanapun punya perasaan, masak kita disamakan dengan kebo, kambing, dan lain-lain.  Itu sangat menyakitkan.  Upah kerja tidak seberapa, namun tekanan perasaan sampai menusuk hati.  Siapa yang bisa mengontrol emosi?  Kecuali diri sendiri.
Kita sudah menjadi kepala divisi, sudah pakai mobil paling bagus di kantor.  Tidak pernah kehujangan, kepanasan.  Namun seolah-olah ada pikiran:
"I give you the world, but The World is not enough"
Bagaimana caranya mengidentifikasi perasaan orang lain dalam organisasi?
Untuk itu dibutuhkan Conscience, atau Hati Nurani, jiwa kita.  Jiwa itu lawannya Ego.  Kalau Ego mementingkan diri sendiri, maka Jiwa kita mementingkan orang lain.  Ketika kita mendekatkan diri pada hati nurani, maka kita akan diberkati suatu empati yang luar biasa besar.  Dia akan tahu perasaan dan pikiran orang lain secara otomatis.
Oleh karena itu, seseorang yang telah mengenal jati dirinya, jiwanya, maka dia dibukakan, dia akan diberi tahu, dia akan langsung memiliki akses kepada Sang Pencipta, dia akan secara otomatis tahu mengenai perasaan dan pikiran orang lain.  Dirinya menjadi Sangat peka kepada empati.  Inilah Magic terbesar dalam hidup. 
Seseorang yang mengenal jati dirinya, akan mengerti.  Dia akan mengerti kebenaran.  Dia akan menjadi obyektif.  Dia memiliki rasa belas kasih yang luar biasa tinggi.  Perasaannya peka akan penderitaan yang tertindas.
Teman saya bertanya:  bagaimana caranya kita mengenal jati diri?  Bagaimana sifat-sifat jati diri?  Jati diri itu adalah hati nurani, Kalbu.  Jati diri bisa dikenal lewat keikhlasan.  Mengapa ikhlas?  Karena bila kita tidak ikhlas, tidak berserah, maka kita senantiasa memikirkan keinginan kita.  Oleh karena itu, keinginan diri sendiri itulah Ego.  Ketika kita ikhlas, maka kita akan mulai memikirkan orang lain.  Memikirkan orang lain adalah empati, itulah pintu menuju hati nurani.  Kita memikirkan orang lain, menemukan jati diri. 
Kadang orang salah mengartikan jati diri dengan bebas menjadi diri sendiri, lalu ngomong keras-keras, teriak-teriak, seenak sendiri, semau gue.  Itu bukan jati diri, itu tidak tahu malu.
Jati diri memiliki sifat-sifat:
  • belas kasih
  • hati-hati
  • mengerti
  • asli, kita akan menggunakan kosa kata yang belum pernah diucapkan sebelumnya
  • acceptance.  Kita akan diterima secara langsung
  • trust, dipercaya
  • empati
  • damai
  • tenteram
  • sentosa
  • bebas
  • kreatif
Maka kalau ada orang yang mampu mencipta lagu, dia sudah dekat dan mengenal jati dirinya.  Kemampuan berkreasi, mencipta adalah sifat-sifat jati diri.  Orang yang mengenal jati diri akan mengerti.  Dia kan tahu.  Entah diberitahu, atau dia peka dan tahu sendiri akan hal-hal di sekelilingnya.
Orang yang dekat dengan jati dirinya akan sadar.  Sadar?  Sadar dari apa?  Banyak orang mabuk, entah mabuk cinta, mabuk janda, mabuk harta, mabuk kekuasaan.  Ada yang mabuk belanja.  Disebut mabuk karena tidak sadar.  Kalau dia dekat dengan jati dirinya, maka dia tidak akan mabuk.  Heran, sudah menjadi pangeran Republik Indonesia malah mengejar yang belum ada.  Akhirnya istri diceraikan.
Orang yang dekat dengan jati dirinya akan menjadi pemimpin.  Semua orang di dunia memiliki Kalbu.  Ikatan jiwa, ikatan Kalbu itulah yang membuat semua orang mengikuti pemimpin.  Orang bilang kharisma, sesungguhnya itu adalah ikatan Kalbu.  Ikatan jiwa.
Banyak yang tidak mengerti bahwa ikatan Kalbu membuat seseorang menjadi pemimpin.  Maka sesungguhnya, bonus bila kita dekat dengan jati diri, adalah kita mampu menjadi pemimpin, mampu mengendalikan orang lain, dan oleh karena itu, mampu mendapatkan kepercayaan orang lain, mampu mendapatkan rejeki.  Karena rejeki datang bila mereka percaya kepada kita.  Rejeki datang secara ikhlas, oleh karena itu harus didasari oleh keikhlasan kita sendiri.
Banyak yang salah mengartikan hati nurani, jiwa kita, Kalbu kita, sebagai naluri suara hati, seolah-olah kita mampu meramal kejadian.  Itu salah kaprah.  Naluri dilandasi oleh ego, sedangkan hati nurani dilandasi oleh compassion, belas kasih.
 
 
salam,
Goenardjoadi Goenawan 
Talent Box 
Miliki Buku-buku karya Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. & Ir. Stefanus Indrayana, MBA.:
* The Secret of Better Life
* Best Life - Menjalani Hidup Bahagia Penuh Makna [terbit 31 Mei 2007]
* Manajemen Berbasis Nurani [terbit 1 Januari 2007]
Dan juga karya Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. lainnya:
* Memasarkan Dengan Hati [terbit 8 November 2006]
* Menjadi Kaya Dengan Hati Nurani * Mata Air Untuk Dahaga Jiwaku
* Pelangi Kehidupan Entrepreneur


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

Cat Fanatics

on Yahoo! Groups

Find people who are

crazy about cats.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar