Sabtu, 05 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Re: Patung Budha dengan penis & buah zakar

Dari: Daniel <daniel3552@gmail.com>

Menurut saya, patung Buddha dengan penis adalah suatu pengungkapan
seni atas sisi lain yang telah menjadi beku dalam benak orang.
Pencairan itu memang mengagetkan, meresahkan, dan menyinggung.
Buat saya sendiri, saya bisa menikmati rupa itu.
Yang menjadi masalah, adalah kita akan menebak-nebak apa motivasi
orang yang membuat itu : seni? pelecehan? harsh joke? spiritual?
Ketidakpastian inilah yang menjadi masalah. Disamping itu, karena
banyak orang yang membeku dalam simbol rupa tersebut belum siap untuk
menerima itu, tentu saja hal itu sama saja dengan penghinaan.

Meskipun sejujurnya saya sama sekali tidak tersinggung, malah kagum
dan merenunginya secara spiritual, akan tetapi saya merasa terdorong
juga untuk mendukung mayoritas dari ekspektasi massa. Saya sudah
menulis dan mengirimkan petisi tsb. :

"It is a beautiful and artistic statue. Buddha also has a penis and
testicles because he is human. But the statue of Buddha is also a
representation of spirituality and a figure that is respected by
Buddhist community. Therefore, l'art pour l'art freedom imposed on
religious symbol can create a potency of disharmony and friction among
people who is not ready. As a civilized govt then you should also
manage those people's expectation in order to promote harmony and a
mutual respect among citizens.

S
==============================
HUDOYO:

>Menurut saya, patung Buddha dengan penis adalah suatu pengungkapan
>seni atas sisi lain yang telah menjadi beku dalam benak orang.
>Pencairan itu memang mengagetkan, meresahkan, dan menyinggung.
>Buat saya sendiri, saya bisa menikmati rupa itu. ... sejujurnya saya sama sekali tidak tersinggung, malah kagum
>dan merenunginya secara spiritual,
---------------------
Tampaknya selera seni Anda sangat berbeda dengan selera seni saya.

Saya tidak melihat sedikit pun nilai seni dalam patung Buddha dg penis itu.

Tidak ada orisinalitas sama sekali, karerna patung Buddha-nya sendiri dibeli dari Thailand. Lain halnya kalau pematungnya menciptakan sendiri patung Buddha lalu diberinya penis & testicles, mungkin saya masih akan mempertimbangkan nilai seninya. Tapi memberi penis & testicles pada sebuah patung Buddha yang dibuat untuk membangunkan kesadaran spiritual, hanya memberi kesan sensasionalisme kalau tidak pelecehan.

Semua patung Buddha di seluruh dunia dibuat untuk menggugah kesadaran spiritual dalam diri penontonnya, terlepas dari apakah ia beragama Buddha atau tidak. Tetapi pematung ini rupanya tidak bisa melihat hal itu; yang ada dalam kesadarannya hanyalah tubuh Siddhartha di balik jubah tipisnya yang pas, yang diimajinasikannya apa yang ada di balik jubah tipis itu dan kemudian diwujudkannya dalam "karya seni"-nya itu.

Mengambil kontras dari budaya lain, sekalipun juga menampilkan tubuh telanjang lengkap dengan penis segala, saya bisa menikmati nilai spiritual dari lukisan Michelangelo tentang penciptaan Adam di langit-langkit kapel Sistine di Vatikan.
Saya bisa menikmati--bahkan secara spiritual--lekuk-lekuk tubuh David dalam pahatan karya Michelangelo, Donatello, Bernini atau Verrocchio.
Saya bisa menikmati nilai-nilai spiritual dalam karya seni-karya seni orisinal yang berkaitan dengan Yesus Kristus seperti "Yesus Christ Superstar" (1973), "The Last Temptation of Christ" (1988), atau "The Passion of Christ" (2004).

Tapi saya tidak melihat sedikit pun nilai seni dari patung Buddha dg penis tsb. Harap diingat, bahwa dalam seni lukis dan seni pahat dari mana pun juga tidak pernah ditampilkan penis yang sedang ereksi. Penis yang sedang ereksi hanya terdapat dalam produk-produk pornografis.

Tentang "apa motivasi si pematung" ybs, beruntung ada beberapa informasi yang membuat saya tidak perlu menebak-nebak lagi, alih-alih merasa pasti akan motif si pematung. Pertama, pernyataan pemilik art gallery yang secara enteng menyatakan patung Buddha dg penis itu "Buddha with fruit offering". Kedua, judul news dari situs resmi art gallery itu: "Beatles are bigger than Buddha", ketika ia memberitakan bahwa patung itu akan dipindah ke belakang. (Ini mengingatkan saya akan seorang anak kecil yang bersungut-sungut sambil dengan terpaksa memenuhi permintaan ayahnya (polisi).) -- Jelas sekali motivasi si pematung, yang setali tiga uang dengan pemilik art gallery, adalah: sensasionalisme, yang menghasilkan "karya seni" yang bombastic, lurid, sultry, pompous, narcissistic, pretentious, turgid, ostentatious, overblown.

Salam,
Hudoyo

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Real Food Group

Share recipes,

restaurant ratings

and favorite meals.

Connect w/Parents

on Yahoo! Groups

Get support and

share information.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar