Selasa, 22 Januari 2008

[psikologi_transformatif] Re:"Kesadaran & Status Hukum" menurut Osho & Krishnamurti

Eniwei... Cuman sedikit tambahan (yg menurut saya inti) adalah kesadaran dan status hukum, baik Krishnamurti maupun Rosalind (?)... Apakah saat terjadinya njot-njotan, Rosalind berstatus resmi secara sah sebagai istri orang atau tidak...

Mengapa saya katakan inti (dari sudut Donutisme Hole Spirit, haha!) karena:

1. Jika njot-njotan terjadi, Rosalind BUKAN berstatus sah sbg istri orang:

1-A. Itu hak mereka berdua.

1-B Judgment moraly is not my thing.

1-C. Proses njot-njotan itu saya dukung dgn dalil alamiah dan primitif.

1-D. Nggak perlu berkilah dengan dalil: Itulah ajaran Krishnamurti, karena:

1-D.1. Kerbau juga bisa...

1-D.2. Kutu juga bisa...

1-D.3. Apalagi kucing...

2. Kalau njot-njotan terjadi dimana Rosalind berstatus hukum SAH (belum cerai) sebagai istri orang, maka:

2-A. Kesadaran Hukum njot-njotan kedua sejoli itu di -setidaknya oleh saya- pertanyakan, dengan tanda tanya sebesar-besarnya.

2-B. Saya bisa berbaik hati mengajarkan kepada Krishnamurti bagaimana menghindari njot-njotan dengan wanita bersuami... Asalkan siapkan sesajen berupa secangkir kopi dan kue donut...Wakakaka...

Apapun, baik pada point 1 maupun point 2, is nothing to do with pencerahan maupun ajaran... Simply it was NALURI.  

Be fun

TuHanTu

http://hole-spirit.blogspot.com

 


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan" <tuhantu_hantuhan@...> wrote:
>
>
> Haha, welcumbek Mas Adhi... Kalau survival lepas dari bahaya, kan ada
> pengaruh mikro-kimia, antaranya adrenalin... Gimana dengan sex? ya sama
> aja... Intinya, Sex juga nggak lari jauh banget dengan naluri (makanya
> saya kutip term primitif)... Entah orang itu tercerahkan atau tidak,
> binatang sekalipun tahu gimana melakukan hubungan sexual, tanpa ajaran
> dari mana-mana...
>
> Cuman yah, kita manusia memang mengaku punya fikiran oleh karena itu
> kita -konon khabarnya- berbudaya... Sehingga insting-pun bisa dikemas
> dalam gemerlap lampu-lampu diskotik, bukan? ... Lalu kita namakan
> budaya... ;-) Tapi intinya sami mawon: Naluri seksual... Mau orang
> buddha kek, mau orang tercerahkan pake petromak kek... itu alamiah
> binti primitif...
>
> So, diputar balik gimanapun nafsu ya, nafsu... sex yah sex...
> njot-njotan...;-)... Alamiah dan primitif.
>
> Nah, untuk tidak terjebak sbg judgemental, makanya saya ajukan proposal
> (haha!) jangan njot-njotin yg masih berstatus hukum resmi sebagai istri
> orang... Lebih dari itu, mau dikemas
> gimanapun...alamiahhhh...naturalll... ;-)
>
> Eniwei...kalau gitu saya tunggu penjelasan Pak Hudoyo...
>
> Be fun
>
> TuHanTu
>
> http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com>
>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Merkurius Adhi Purwono"
> adhi_p@ wrote:
> >
> > Halo-halo semuanya....,
> >
> > Pa kabar mas Tuhantu....
> >
> > Ikut komen ah...Tanggapan saya di bawah.
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
> > tuhantu_hantuhan@ wrote:
> > >
> > >
> > >
> > > Quote: : (2) K sering mengajarkan bahwa dalam batin yang
> hening/aware,
> > > PERSEPSI itu
> > > LANGSUNG menghasilkan TINDAKAN, tanpa melalui --dengan kata lain,
> > > "mem-bypass"--
> > > pikiran yang menimbang-nimbang. Inilah dasar alasan saya untuk
> menolak
> > > "rekonstruksi" Anda di atas. End of quote.
> > >
> > > TuHanTu: Bypass tindakan, tanpa keterlibatan pikiran, saya kira
> adalah
> > > hal yg tidak terlalu istimewa yg juga bisa dilakukan oleh orang
> biasa
> > > sekalipun. Seorang yg sedang dalam kondisi bahaya (misalkan
> terkurung
> > > api dalam rumah yg sedang terbakar, dll) bisa melakukan hal-hal yg
> dalam
> > > kondisi tertentu menjadi kelihatan luar biasa, dilihat dari orang yg
> > > sedang tidak dalam keadaan bahaya...
> >
> > Adhi : Kalau yang dicontohkan oleh mas Tuhantu itu namanya tindakan
> > yang berasal dari naluri untuk keselamatan dirinya (survival). Menurut
> > saya, mungkin yang ingin disampaikan oleh pak Hudoyo agak berbeda.
> >
> > Pikiran atau akal budi pada dasarnya adalah sifat khas manusia yang
> > membedakan dari binatang yang sangat mengandalkan naluri sehingga
> > perilakunya hampir merupakan determinasi mutlak (mis : burung yang
> > membentuk sarangnya dengan bentuk yang itu-itu saja berabad-abad
> > lamanya). Sedangkan manusia adalah mahkluk yang tidak begitu terikat
> > lagi oleh nalurinya sehingga hidupnya tidak ditentukan oleh
> > determinasi yang hampir mutlak lagi. Itulah mengapa manusia memliki
> > kebudayaan yang beragam sedangkan pada dunia binatang, kebudayaan
> > mereka hampir seragam seluruhnya.
> >
> > Pikiran inilah sekaligus yang membuat manusia merasa terpisah dari
> > alam karena sudah tidak diurusi (dideterminasi hampir mutlak)
> > tingkah-lakunya lagi oleh alam seperti layaknya pada binatang melalui
> > naluri-nalurinya. Pikiran membuat manusia merasa berasal dari alam
> > tapi sekaligus terpisah darinya. Pikiran membuat manusia dapat
> > menguasai alam seturut keinginan tapi tidak bisa lari dari hukum-hukum
> > alam. Pikiran bahkan membuat manusia mulai mempertanyakan
> > eksistensinya, mulai mempertanyakan pemaknaan hidup pada dirinya. Dan
> > konsekuensi memiliki pikiran mengakibatkan timbulnya penderitaan khas
> > manusia yang lain daripada binatang yang tidak pernah stress
> > memikirkan untuk memilih atau mempertanggungjawabkan (memaknai)
> > sendiri tingkah-lakunya. Stress pada binatang hanyalah pada pemenuhan
> > kebutuhannya bukan pada stress memilih alternatif tingkah-laku untuk
> > memenuhi kebutuhan tersebut.
> >
> > Akibat penderitaan yang berasal dari memiliki pikiran, manusia bisa
> > memilih imajinasi-imajinasi untuk lari dari persoalan pelik pemaknaan
> > eksistensinya (termasuk secara sosial). Biasanya tercermin dalam
> > bentuk egoisitas yang berlebihan, narsisme, agresivitas, fatalis dan
> > segala macam pelarian yang intinya lari dari persoalan pelik ini,
> > menghadapi kebebasan yang timbul dari memiliki pikiran sekaligus
> > menghadapi determinasi (nasib, destiny) yang masih bersisa dari
> > nalurinya dan terutama dari hukum-hukum alam yang tak dapat dilanggar
> > karena manusia berasal darinya.
> >
> > Bagaimana manusia bisa menghadapi kebebasannya jikalau kebebasannya
> > itu membuat dirinya merasa sendiri, terpisah dengan alam, lemah
> > dihadapan alam, karena tanggung-jawab pemaknaan perilakunya diserahkan
> > ke manusia itu sendiri, tidak bisa lagi mengandalkan naluri yang
> > diberikan oleh alam. Tidak bisa menyerahkan diri ke determinasi hampir
> > mutlak khas dunia binatang. Pada diri manusia, alam telah mengusir
> > salah satu mahluk ciptaannya (manusia) untuk terlepas dari pelukan
> > determinasi hampir mutlaknya.
> >
> > Dengan demikian untuk mengatasinya, bisa saja manusia mencari otoritas
> > baru, baik itu dalam bentuk konstruksi sosial masyarakat ataupun dalam
> > bentuk otoritas-otoritas keyakinan dan imajinasi. Sehingga manusia
> > tidak merasa terusir (kesendirian) dan dapat merasakan kembali berada
> > dalam pelukan walaupun tidak sama lagi seperti pelukan determinasi
> > hampir mutlaknya alam. Namun menyerahkan diri sepenuhnya kepada
> > otoritas tertentu berarti menyerahkan sebagian/seluruh kemerdekaan
> > dari individuasinya (manusia yang terpisah karena memiliki pikiran).
> > Dan keamanan dan kenyamanan dari otoritas artifisial tidak pernah
> > terasa memadai akibat dari sifat pikirannya yang selalu menumbuhkan
> > kekhawatiran atas sifat fana dari segala sesuatunya. Beda dengan
> > membayangkan kenyamanan yang dimiliki binatang yang cukup menyerahkan
> > dirinya pada naluri/determinasi hampir mutlaknya alam. Jadi akan
> > selalu ada saatnya seorang manusia memberontak dari otoritasnya karena
> > sifat khawatir dari pikirannya sendiri yang selalu mencari suatu
> > kepastian hidup/status quo/determinasi/nasib dan menahannya berharap
> > menjadi abadi dengan sia-sia.
> >
> > Di sinilah penjelasan pak Hudoyo masuk dalam konteks kepercayaan
> > pencerahan konsep Budha-nya. Alternatif lain cara mengatasinya yang
> > dipercaya lebih sehat adalah dengan cinta dan kerja produktif
> > (produktif dalam artian ekspresi diri).
> >
> > Kalau istilahnya pak Hudoyo, tindakan langsung tanpa pikiran.
> > Bertindak tanpa mengkhawatirkan tindakannya, yang membuat tindakannya
> > jadi murni dari dirinya sendiri ; yang terpisah dari alam sekaligus
> > akibat tindakannya membuat dia seharmoni/bersatu dengan alam.
> > Kekhawatiran akan tindakan adalah kekhawatiran akan asal-usul dari
> > tindakan tersebut. Alias mengkhawatirkan integritas dari tindakannya
> > sendiri. Tindakan mencintai adalah tindakan memberi cinta tanpa
> > mengkhawatirkan integritas dari tindakan itu sendiri. Tanpa
> > kekhawatiran, si pelaku dapat fokus dalam tindakan memberinya, dan
> > menyatu/mengharmoni dengan objek yang diberi cintanya. Sehingga bila
> > ditarik kembali dalam tindakan tanpa berpikir artinya adalah tindakan
> > yang tanpa mengkhawatirkan integritas tindakannya karena sudah yakin
> > berasal dari dirinya yang utuh ; terpisah dari alam (integritas diri)
> > ; sehingga melalui tanpa kekhawatiran itu dia bisa fokus untuk menyatu
> > dan mengharmoni dalam wujud tindakannya tersebut dengan alam.
> >
> > Tanpa pikiran bukan berarti kita tidak menggunakan/tidak
> > butuh/membuang pikiran kita. Melainkan menggunakan anugerah memiliki
> > pikiran untuk menyambut ajakan alam untuk melampauinya (karena tidak
> > diberikannya ketergantungan besar pada naluri), sekaligus dengan
> > tindakan melampaui tersebut, manusia telah memenuhi kodratnya sebagai
> > mahluk paradoksal yang pernah diciptakan oleh alam. Yaitu sebagai
> > kesadaran entitas yang terpisah dengan alam KARENA ITU DAPAT menyatu
> > dengan KESADARAN ALAM ITU SENDIRI, dimana bersama dunia binatang
> > beserta nalurinya selalu berada di sana.
> >
> > Mencintai (yang merupakan tindakan tanpa berpikir/meragu) adalah
> > memberi cinta tanpa merasa meragukan/kehilangan integritas diri
> > sekaligus menyatu dengan objek cintanya melalui tindakan memberinya.
> >
> > Kerja produktif (juga bisa merupakan tindakan tanpa berpikir/meragu)
> > adalah tindakan yang mewujudkan integritas dirinya (individuasi ;
> > keterpisahan dengan alam) untuk menyatu dalam tarian/kegiatan alam.
> >
> > Jangan menyerah pada nasib karena kita memiliki pikiran.
> >
> > Jangan menggunakan pikiran sebagai sumber penderitaan/kekhawatiran,
> > tapi sebagai sumber inspirasi yang dianugerahkan oleh alam untuk
> > perayaan bersama alam.
> >
> > Salam,
> > Adhi Purwono
> >
> > >
> > > Lha, kalau -dalam diskusi ini- dikaitkan dengan unsur nafsu seksual
> > > seorang guru, lalu dikatakan bahwa orang tercerahkan tersebut (sang
> > > guru, siapapun dia) punya level spiritual yg diatas rata-rata orang
> > > biasa, sehingga bisa melakukan hubungan seksual dgn bypass
> > > tadi...Wahahahahahaha... Huahahaha...Huahahaha...
> > >
> > > TuHanTu: Agar terhindar dari judgement (karena hal-hal yg natural
> dan
> > > primitif, tsb) Maka, saya melihatnya simple saja... Apakah wanita
> > > tersebut (Rosalind?) sedang dalam status perkawinan yg masih sah
> > > (secara hukum?)... Kalau nggak sih, yah mau maunya merekalah...
> > >
> > > Tapi kalau masih status istri orang secara hukum, kemudian sang guru
> > > maen njot-njotan dgn wanita malang itu... Simple saja, sang guru
> masih
> > > tunduk sama hole-nya sendiri, dalam hal ini lubang kencingnya
> > > sendiri....Huahahaha.... Wakakakakaka.... Uhukuhuk...(duh, sampe
> batok
> > > nih:)
> > >
> > > (3) Kalau K tercerahkan, maka tentu tindakannya sesuai dengan
> ajarannya,
> > > juga
> > > mengenai 'tindakan langsung tanpa melalui pikiran' itu.
> > >
> > > TuHanTu: Masalah per-lubang kecing-an, mau tercerahkan atau tidak,
> > > adalah masalah sangat NATURAL dan PRIMITIF... Cacing, kerbau, babi
> dan
> > > kucingpun tahu gimana caranya njot-njotan, meskipun tak punya ajaran
> > > tertentu... Mereka -babi dan kucing- juga tahu melakukan njot-njotan
> > > secara bypass pass pass tanpa pikiran...
> > >
> > > Intinya aja, kalau masih sah berstatus istri orang (diterlantarkan,
> > > ditinggalkan, dll) maka tidaklah layak jika lubang kencingnya
> > > dimanfaatkan oleh lubang kencing lain, sekalipun itu lubang kencing
> > > orang yg -konon khabarnya- tercerahkan, dan punya ajaran ini-itu,
> bypass
> > > ataupun bytheway... Hole... Hole... Wakakakaka...
> > >
> > > Manusia adalah virus yg tidak bisa lepas dari urusan LUBANG. (Hole
> > > Spirit. 14:22)
> > >
> > > Be Fun
> > >
> > > TuHanTu
> > >
> > > http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com>
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Sunari by way of
> > > <hudoyo@> wrote:
> > > >
> > > > Dari: "sunari" sunari@
> > > >
> > > > Makasih pak Hud atas penjelasannya tentang kesadaran, sedari awal
> saya
> > > memang menduga bahwa akan demikian yang pak Hud akan jelaskan.
> > > >
> > > > Karena belum aware dan masih memiliki penasaran, maka
> perbolehkanlah
> > > saya menyampaikan uneg-uneg lanjutannya.
> > > > Pada awalnya pak JK mengetahui Rosalind mengalami penderitaan
> kesepian
> > > karena diabaikan oleh suaminya, JK yang tinggal serumah lalu...
> bukan
> > > sekedar tahu/aware mengamati secara pasif, JK lalu keluar dari
> > > ketinggian kesadarannya dan menimbang-timbang.. berfikir-fikir akan
> apa
> > > yang selayaknya di lakukan untuk membebaskan Rosalind dari deraan
> > > "penderitaan". Dengan segala kebijaksanaan yang beliau miliki,
> > > beliau lalu memutuskan; set, set, set.. sebagaimana yang telah kita
> > > ketahui bersama, dan karena sifat pengobatannya yang hanya seperti
> obat
> > > analgesik pereda nyeri, ketika obatnya tidak diminum ya sakit kambuh
> > > lagi, sehingga perbuatan perzinaan tersebut dilakukan tidak hanya
> > > sekali, dua kali atau tiga kali.
> > > > Dan karena pak Hud menyebut bahwa orang yang dalam keadaan aware
> tidak
> > > [mungkin] bisa ereksi, maka kita jadi heran bagaimana perbuatan
> tersebut
> > > dapat terjadi sementara pak Hud menduga (?) JK dalam keadaan
> [selalu]
> > > aware.
> > > >
> > > > Sementara yang namanya penderitaan, bahkan yang lebih berat
> daripada
> > > yang diderita Rosalind tentu ada dimana-mana, bukan hanya masalah
> > > penderitaan kesepian karena diabaikan suami. Namun dalam hal ini, JK
> > > sebagai seorang yang aware agaknya justru memilih pain relieve yang
> > > jenis ini. Kita mendapatkan pengajaran bahwa jenis penderitaan yang
> > > disadari [yaitu oleh sebab berlakunya hukum karma], dapat diterima
> > > dengan ikhlas akan merupakan enerji yang dapat menjadi sarana
> pendorong
> > > untuk `menaikkan tingkat', enerji penderitaan, terpaan
> > > kerunyaman dalam kehidupan ditransformasikan menjadi De dan Gong.
> > > Agaknya jenis pertolongan yang terbaik adalah memberikan pengajaran
> > > [Dana Dharma] yang dapat memberikan penyadaran (pencerahan) akan
> > > prinsip-prinsip kebenaran / hukum semesta ; dharma atau fa. Betapa
> > > banyak istri yang karena satu dan lain hal ditinggal mati suami dan
> > > mereka menjanda demi menjaga kesucian diri, menjaga kehormatan
> suami.
> > > Dalam pengajaran keutamaan, istri yang demikian disebut sebagai
> istri
> > > yang mulia.
> > > >
> > > > Sang Sadar, Buddha, Boddhisatva, Tuhan, Malaikat, Dewa Langit,
> dls.
> > > sangat banyak dan berada dimana-mana, mendengar penderitaan para
> makhluk
> > > tetapi kenapa tidak sertamerta menolong, adalah karena mereka
> melihat
> > > pada lingkup yang sangat luas atas sesuatu perkara, memahami yin
> yuan
> > > guan xi (sebab pokok dan sebab samping), bahwa segala kemujuran dan
> > > kerunyaman hidup adalah akibat ulah makhluk itu sendiri. Kita
> diberitahu
> > > dalam pengajaran bahwa mereka para tercerahkan melihat bahwa segala
> yang
> > > terjadi adalah sempurna adanya, mereka sadar, tahu namun tidak
> terusik,
> > > tetap dalam kondisi ru ru wu tong (?) ; ding, tidak ringan tangan
> > > gampang cawe cawe urusan yang terjadi diantara makhluk hidup.
> > > > Dalam agama Islam ada Nabi Khidir a.s. seorang yang bahkan nabi
> besar
> > > Musa a.s. pun tidak lulus untuk diterima sebagai muridnya, yang
> > > melakukan pembunuhan anak kecil, merusak perahu orang susah.. , itu
> > > dapat diterima, namun rasanya tidak akan diterima kalau ada orang
> suci
> > > yang melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh pak JK
> dengan
> > > alasan karena rasa maîtri karuna. Saya belum pernah mendengar
> baik
> > > dari sejarah ataupun dedongengannya.
> > > >
> > > > Dalam posting ke rekan yang lain, pak Hud menyunting ucapan guru
> > > Buddha bahwa memikir-mikir fikiran orang tercerahkan kita akan
> menjadi
> > > gila <<Hudoyo: Sekali lagi saya ingatkan ucapan Sang Buddha, bahwa
> kalau
> > > Anda memikir-mikir keadaan batin seorang tercerahkan, Anda akan
> menjadi
> > > gila. (Acinteyya-sutta)>>,
> > > > -----------------
> > > > Saya tidak percaya kalimat ini. Ataukah sudah ada buktinya? Lha
> wong
> > > mikirnya hanya sekedarnya, kenapa menjadi gila, paling-paling yang
> dapat
> > > dibenarkan adalah ; bagaimanapun kita memikirkan keadaan batin ..
> tidak
> > > akan mendapatkan keberhasilan, tidak akan dapat memahami.. gila
> hanya
> > > terjadi kalau pemikirnya terobsesi, secara intens dan melampaui
> > > kemampuan otaknya. Jangankan memikirkan hal yang tidak nyata, sedang
> > > memikirkan keruwetan hidup sehari-hari dapat juga menjadi gila. Ini
> > > banyak faktanya. Bagaimana menurut Pak Hud?
> > > >
> > > > Salam,
> > > > Sunari
> > > > ======================
> > > > HUDOYO:
> > > >
> > > > Mas Sunari,
> > > >
> > > > Anda membuat rekonstruksi menurut pemahaman Anda sendiri mengenai
> apa
> > > kira-kira yang berlangsung dalam kesadaran K ketika melihat
> penderitaan
> > > Rosalind. Ya, itu hak Anda sepenuhnya, silakan saja, sekalipun
> > > "rekonstruksi" saya sangat berbeda dengan rekonstruksi Anda dan saya
> > > menolak rekonstruksi Anda.
> > > >
> > > > Pertama-tama, saya tidak tahu persis apa yang terjadi dalam
> kesadaran
> > > K pada peristiwa itu. Saya hanya dapat mengumpulkan beberapa
> inferensi
> > > yang relevan, antara lain:
> > > >
> > > > (1) seperti saya mempunyai keyakinan bahwa Buddha adalah orang
> > > tercerahkan karena ajarannya yang luar biasa dapat saya buktikan
> dalam
> > > batin saya sendiri (ehipassiko), begitu pula saya mempunyai
> keyakinan
> > > bahwa K tercerahkan karena ajarannya yang luar biasa--yang persis
> sama
> > > dengan ajaran Buddha--dapat saya buktikan dalam batin saya sendiri.
> > > >
> > > > (2) K sering mengajarkan bahwa dalam batin yang hening/aware,
> PERSEPSI
> > > itu LANGSUNG menghasilkan TINDAKAN, tanpa melalui --dengan kata
> lain,
> > > "mem-bypass"-- pikiran yang menimbang-nimbang. Inilah dasar alasan
> saya
> > > untuk menolak "rekonstruksi" Anda di atas.
> > > >
> > > > (3) Kalau K tercerahkan, maka tentu tindakannya sesuai dengan
> > > ajarannya, juga mengenai 'tindakan langsung tanpa melalui pikiran'
> itu.
> > > >
> > > > (4) Saya menggunakan salah satu sumpah Bodhisattva yang
> kontroversial
> > > dalam Mahayana & Vajrayana, yakni sumpah untuk tidak menghindari
> > > pelanggaran Sila demi Welas Asih, untuk mencoba memahami
> > > 'tindakan-tanpa-pikiran' dari K. Seorang Bodhisattva yang sudah
> sampai
> > > pada tingkat kesepuluh, yang tinggal selangkah lagi menjadi Buddha,
> > > tetap berpegang pada sumpah ini. Yang disebut pelanggaran Sila itu
> > > termasuk membunuh, mencuri, berzina, berdusta, memaki, dsb, minum
> > > minuman keras, dan pelanggaran seluruh aturan Vinaya.
> > > >
> > > > (5) Saya mengatakan "orang yang dalam keadaan aware tidak
> [mungkin]
> > > bisa ereksi" itu kan pengalaman Anda dan saya, orang biasa. Saya
> tidak
> > > tahu bagaimana awareness seorang tercerahkan.
> > > >
> > > > Akhirnya, sekali lagi perlu saya tekankan, bahwa sesungguhnya saya
> > > tidak tahu apa yang terjadi dalam kesadaran K ketika berhubungan
> seksual
> > > dengan Rosalind. Hal-hal yang saya sampaikan di atas hanyalah
> sekadar
> > > spekulasi saya, yang memahami ajaran K.
> > > >
> > > > ***
> > > >
> > > > >Dalam agama Islam ada Nabi Khidir a.s. seorang yang bahkan nabi
> besar
> > > Musa a.s. pun tidak lulus untuk diterima sebagai muridnya, yang
> > > melakukan pembunuhan anak kecil, merusak perahu orang susah.. , itu
> > > dapat diterima, namun rasanya tidak akan diterima kalau ada orang
> suci
> > > yang melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh pak JK
> dengan
> > > alasan karena rasa maîtri karuna. Saya belum pernah mendengar
> baik
> > > dari sejarah ataupun dedongengannya.
> > > > ----------------
> > > > Kalau seorang nabi membunuh bisa diterima, mengapa orang
> tercerahkan
> > > berzina tidak bisa diterima? Apa bedanya membunuh dan berzina
> dilihat
> > > dari segi moralitas manusia biasa? Dalam agama Buddha ada
> > > dedongengannya, nanti akan saya tayangkan secara tersendiri.
> > > >
> > > > ***
> > > >
> > > > ><<Hudoyo: Sekali lagi saya ingatkan ucapan Sang Buddha, bahwa
> kalau
> > > Anda memikir-mikir keadaan batin seorang tercerahkan, Anda akan
> menjadi
> > > gila. (Acinteyya-sutta)>>,
> > > > >-----------------
> > > > >Saya tidak percaya kalimat ini. Ataukah sudah ada buktinya? [...]
> > > > ----------------
> > > > Yang tidak percaya apanya: tidak percaya sutta seperti itu ada?
> atau
> > > tidak percaya sutta itu dikatakan oleh Sang Buddha?
> > > >
> > > > Bagi saya, sederhana saja memahaminya: orang yang terobsesi
> > > memikir-mikir tentang batin orang tercerahkan, bukankah obsesi itu
> suatu
> > > bentuk kegilaan?
> > > >
> > > > Salam,
> > > > Hudoyo
> > > >
> > >
> >
>

__._,_.___
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Self Improvement

on Yahoo! Groups

Connect with people

and get support.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar