Senin, 18 Februari 2008

[psikologi_transformatif] Hari Valentine & Emas

tulisan huebat!

http://www.jatam.org/content/view/247/1/
Hari Valentine & Emas
Monday, 18 February 2008

Oleh Siti Maemunah
Dimuat majalah FORUM, 18 Februari 2008

Perhiasan Emas ternyata menyimpan sisi gelap, yang tak
diketahui pemakainya. Sisi yang jauh dari makna kasih
sayang, yang diungkap pasangan kekasih di hari
Valentine.

"Buat kisah cintamu bersinar di hari Valentine dan
jadikan kenangan manis yang abadi". Itu bunyi salah
satu iklan perhiasan emas dan berlian di satu koran
nasional, menyambut peringatan hari Valentine, setiap
14 Februari.

Hari Valentine dikenal sebagai hari kasih sayang.
Meski di Indonesia, beberapa kelompok memprotes
perayaannya. Tapi hari itu tetap diperingati sebagai
hari khusus, untuk saling mencurahkan rasa sayang pada
pasangannya atau orang lain, yang mereka sayangi.

Biasanya, itu mereka wujudkan dengan memberi kejutan
spesial. Mulai dengan berkirim kartu, makan malam
hingga memberi hadiah perhiasan emas dan berlian.

Sejak lama, perhiasan emas dan berlian dipilih sebagai
simbol cinta kasih. Sebab, dalam kondisi apapun, ia
tak mudah berubah, baik warna, kilau maupun bentuknya.
Itu simbol keabadian. Dan tiap pasangan, tentu
mendambakan kasih sayang abadi, tak rusak oleh badai,
tak lekang oleh jaman.

Tak heran, jika di hari Valentine, penjualan perhiasan
naik pesat. Jewelry Consumer Opinion Council, yang
melakukan jejak pendapat di Amerika Serikat, menyebut
perhiasan sebagai hadiah paling diminati di hari
Valentine.

Sayang, tak banyak pasangan yang tahu darimana
perhiasan emas dan berlian itu digali. Mereka tak
tahu, penggalian emas meninggalkan warisan buruk yang
abadi bagi warga sekitar pertambangan.

Harga Emas Sebenarnya

Jika berkunjung ke www.nodirtygold.org, kita akan
tahu bagaimana sebuah cincin emas dihasilkan. Ternyata
untuk membuatnya, dibuang sedikitnya 20 ton limbah. Di
tambang Newmont di Sulawesi Utara misalnya, untuk
mendapatkan satu gram emas dibuang 2,1 ton limbah
batuan dan lumpur tailing. Belum lagi 5,8 kilogram
emisi beracun, berupa 260 gram Timbal, juga 6,1 gram
Merkuri dan 3 gram Sianida. Limbah ini kelak,
diwariskan kepada penduduk lokal dan lingkungan
sekitar.

Pertambangan adalah industri yang beresiko. Perusahaan
tambang menggunakan bahan kimia Merkuri dan Sianida
untuk memisahkan emas dari bijih batuan. Pencemaran
oleh dua bahan kimia tersebut sangatlah berbahaya.
Sianida seukuran biji beras saja, bisa berakibat fatal
bagi manusia, sepersejuta gramnya dalam seliter air
bisa fatal bagi ikan.

Dua tahun lalu, pertambangan logam dinyatakan sebagai
pencemar nomer satu di Amerika Serikat. Mereka
bertanggung jawab terhadap 84 hingga 89 persen Arsen,
Merkuri dan Timbal yang mencemari. Tambang emas juga
dikenal sebagai salah satu industri yang paling
merusak di dunia.

Satariah, perempuan dayak Siang Bakumpai sudah
merasakan daya rusak itu.Ia tinggal di desa Oreng
Puruk Cahu Kalimantan Tengah. Ia punya ladang di tanah
adat, luasnya sekitar 15 hektar. Hasil panen ladang
ini cukup untuk menutup kebutuhan pangan setahun,
malah kadang berlebih. Sejak perusahaan tambang emas
skala besar – PT Indo Muro Kencana (IMK) dari
Australia datang pada1986, semuanya berubah.

Awalnya, perusahaan dibantu aparat pemerintah setempat
merampas tanah Satariah dan warga lainnya. luas ladang
keluarganya tersisa tak kurang dari satu hektar.
Akibatnya buruk. Panen padi tak cukup lagi untuk
dimakan harian. Tiap bulan, untuk makan keluarganya
yang lebih selusin itu, ia harus membeli beras
tambahan, sedikitnya 3 karung.
Tak hanya itu, sungai besar yang mengalir disana
tercemar limbah perusahaan. Sejak air sungai berubah
keruh, ikan susah ditangkap. Sebelum itu, Satariah
dapat memasak ikan segar tiap hari, untuk keluarganya.
Sekarang jika mereka ingin makan ikan, ia harus
membeli ikan asin.

Urusan mandi dan minum tak kalah sulit. Untuk mendapat
air bersih, Satariah harus berjalan jauh. Ia tak mau
keluarganya celaka, seperti ternak peliharaannya. Pada
suatu hari, dua ekor kerbaunya ditemukan mati di
pinggir sungai, pada saat air sungai berubah warnanya
menjadi putih. Kerbau itu biasa merumput di tepi
sungai dan meminum air sungai.

Tak hanya Satariah, Di teluk Buyat Sulawesi Utara,
Surtini, perempuan Buyat pante ini juga jatuh bangun
setelah PT Newmont, membuka tambangnya. "Kami terpaksa
menggunakan satu-satunya sumber air, yaitu sungai
Buyat, yang berlumpur dan tercemar untuk mandi dan
mencuci. Dulunya, air itu bening dan bisa dikonsumsi.
Sekarang, kebutuhan air minum dipasok PT Newmont",
tutur Surtini sebelum memutuskan pindah dari
kampungnya. Celakanya, ia tak tahu air tersebut
terkontaminasi logam berat Arsen. Ia dan warga disana
baru tahu setelah pemerintah pusat melakukan
penelitian.

Newmont mengakhiri tambangnya lima tahun lalu,
meninggalkan lubang-lubang raksasa bekas galian di
kawasan perbukitan dan lebih 5 juta ton limbah tailing
di teluk Buyat.

Saat ini, harga sebuah perhiasan cincin emas seberat
10 gram sekitar Rp. 2 juta. Itukah harga emas
aslinya? Ternyata itu bukanlah harga sebenarnya. Harga
aslinya, dibayar oleh pemiskinan penduduk lokal dan
kerusakan lingkungan di sekitar logam itu digali. Dan
kejadian ini tak cuma ada di Indonesia.

Di Charopampa Peru, ada 400 orang keracunan tumpahan
Merkuri tambang emas milik Newmont. Di Philipina, ada
200 juta ton tailing dibuang ke teluk Calancan pulau
Marinduke oleh Placerdome dari Kanada, selama 16
tahun. Di Papua Nugini, sepanjang 200 kilometer sungai
Ok Tedi dan sungai Fly tercemar limbah tambang emas
BHPBiliton dari Australia. Di Rumania, delapan tahun
lalu, ada sekitar 120 ribu limbah beracun tambang emas
Baia Mare tumpah dan berakibat buruk. Ia mencemari air
minum sekitar 2,5 juta penduduk dan membunuh 1.200 ton
ikan.

Tak hanya urusan limbah, intimidasi, kekerasan dan
pembunuhan, kental terjadi di sekitar pertambangan
emas. Di Papua, lebih dari 160 warga dibunuh sejak
tahun 1975 hingga 1997 di sekitar tambang Freeport/
Rio Tinto. Banyak lainnya mengalami penyiksaan dan
dinyatakan hilang. Sejak tahun 2002 hingga 2004,
perusahaan membayar tentara sedikitnya 165,5 milyar
untuk mengamankan tambangnya. Di Kongo - Afrika, Anvil
Mining Ltd dari Kanada, menyediakan dukungan logistik
bagi militer Congo FARDC. Sebuah misi Perserikatan
Bangsa Bangsa melaporkan mereka menggunakan dukungan
tersebut untuk serangkaian tindakan pelanggaran Hak
Asasi Manusia di sana.

Ternyata, sebagian besar emas yang dikeruk di dunia
dengan segala carut marut diatas, digunakan untuk
membuat perhiasan. Di Amerika Serikat misalnya,
sekitar 80 persen emas berakhir di etalase toko
perhiasan.

Bicara perhiasan, tentu tak lepas dengan perempuan.
Merekalah yang banyak menggunakan perhiasan. Ironinya,
perempuan juga kelompok yang paling rentan menerima
dampak daya rusak pertambangan. Salah satunya dalam
bentuk pelecehan dan kekerasan seksual.

Seperti yang terjadi pada pertambangan emas milik Rio
Tinto dari Australia, PT Kelian Equatorial Mining di
Kalimantan Timur. Ada 21 kasus pelecehan seksual yang
dilaporkan terjadi disana. Sejumlah 17 kasus
diantaranya adalah kasus perkosaan. Dari angka itu, 16
kasus - pelakunya adalah karyawan perusahan, dimana 7
kasus diantaranya dilakukan oleh salah seorang
petinggi perusahaan - warga negara Australia. Umumnya,
perempuan yang menjadi korban adalah mereka yang
datang untuk melamar pekerjaan. Itu terjadi sepanjang
tahun 1987 hingga 1997.

Sayang, kasus yang ditangani Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia sejak tahun 2000 itu, tak pernah sampai ke
meja hijau. Pada 2002, perusahaan bersedia melakukan
negosiasi dan setuju memberi ganti rugi kepada korban
perkosaan. Angka ganti kerugian paling tinggi yang
diterima para korban sebesar Rp. 18 juta. Di Media
lokal, perusahaan memberitakannya sebagai santunan.

Sungguh, ternyata harga emas sangat mahal bagi
penduduk dan lingkungan sekitarnya. Padahal, jika
direnungkan mendalam, tambang emas bukanlah industri
yang penting. Ia tak sepenting industri makanan bahkan
industri kertas, yang menghasilkan barang kebutuhan
sehari-hari.

Jika sebagian besar emas yang digali berakhir menjadi
perhiasan, mestinya dunia tak membutuhkan banyak emas.
Tapi anehnya, ijin pertambangan baru banyak
dikeluarkan oleh pemerintah, tambang-tambang emas
skala raksasa terus lahir, macam PT Meares Soputan
Mining di Sulawesi Utara dan PT Sorikmas Mining di
Sumatera Utara. Yang pilu, praktek yang mereka lakukan
tak beda dengan para pendahulunya.

Diramalkan, sepanjang 1995 hingga 2015, separuh dari
produk emas yang diproduksi digali dari wilayah kelola
masyarakat adat. Bisa dibayangkan, banyak lagi cerita
pilu macam Satariah akan muncul.

Kemilau perhiasan emas ternyata menyimpan sisi kotor
dan gelap, yang tak diketahui pemakainya. Sisi yang
jauh dari makna kasih sayang, yang diungkap pasangan
kekasih di hari Valentine

__________________________________________________________
Looking for last minute shopping deals?
Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Curves on Yahoo!

A group for women

to share & discuss

food & weight loss.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar