Rabu, 13 Februari 2008

[psikologi_transformatif] Mengasah Nurani

Mengasah Nurani

Ketika bangsa Indonesia sedang carut marut sekarang,banyak diantara
kita yang mengatakan bahwa nurani bangsa sedang mati. Perilaku
masyarakat kita, baik pejabat,anggauta dewan bahkan rakyat di jalanan
lebih didorong oleh syahwat dan hawa nafsu dibanding oleh akal sehat,
apa lagi oleh nurani.. Bayangkan, apa motif perkelahian antara TNI dan
polisi di Maluku hingga beberapa polisi tewas sia-sia ? politik bukan,
ekonomi bukan, apalagi kalau bukan hawa nafsu ?

bayangkan antar supporter sepakbola berkelahi dan merusak rumah
penduduk. Begitu gemasnya melihat perilaku bangsa yang tidak lagi
mengikuti murani sampai ada tokoh yang mencari solusi dengan
mendirikan Partai Hati Nurani . Tetapi betulkah Partai Hati Nurani
juga di latar belakangi oleh dorongan nurani ? Jika bukan maka
jangan-jangan nurani hanya dijadikan komoditas politik untuk mencari
kepuasan syahwat politik. Atau kita memang belum tahu nurani itu apa ?

Pengertian Nurani
Nurani berasal dari bahasa Arab Nur, yang artinya cahaya, nuraniyyun,
sesuatu yang bersifat cahaya. cahaya apa ? Menurut perspektip
Psikologi Islam, perangkat kejiwaan manusia itu terdiri dari akal,
hati,nurani, syahwat dan hawa nafsu. Akal merupakan problem solving
capacity yang kerjanya berfikir, hati merupakan alat untuk memahami
realita, nurani merupakan pandangan mata batin sebagai lawan dari
pandangan mata kepala. Syahwat merupakan penggerak tingkah laku atau
motif, dan hawa nafsu merupakan kekuatan destruktip yang menguji
kemampuan jiwa. Sebagai system, kelima subsistem tersebut dipimpin
oleh hati, oleh karena itu jika orang hatinya baik maka perilakunya
juga baik,jika hatinya busuk maka perilakunya juga busuk. Nurani lebih
dekat ke hati,oleh karena itu dinamakan hati nurani.

Teori Pancaran
Konsep nurani berasal dari teori isyraqy atau teori pancaran yang
menyatakan bahwa Tuhan adalah cahaya (Allohu nur assamawati wa
alardh). Seperti matahari yang selalu memancarkan cahayanya, ia
meninggalkan jejak cahayanya di bumi berupa kehidupan, kehangatan atau
panas dan terang. Di malam hari, panas dan cahaya matahari itu
berusaha kembali ke cahaya asal meninggalkan bumi dalam keadaan gelap
dan dingin. Nah Tuhan memancarkan cahaya Nya, dan diantara jejak
cahaya Tuhan adalah manusia, oleh karena itu didalam diri manusia ada
cahaya ketuhanan, disebut bashirah (pandangan batin) atau nurani
(sesuatu yang bersifat cahaya). Dan nurani memiliki kerinduan untuk
selalu kembali kepada Tuhan sebagai cahaya asalnya.

Berbeda dengan hati yang wataknya tidak konsisten; terkadang benci
dilain waktu cinta, terkadang sadar dilain waktu lupa, terkadang
tenang dilain waktu bergejolak, nurani yang merupakan cahaya ketuhanan
bersifat konsisten, tidak mau kompromi dengan kebohongan dan
kejahatan. Betapapun orang menang di pengadilan dengan cara menyuap
hakim,nuraninya tetap jujur mengatakan bahwa ia lah yang bersalah.
Nurani tetap konsisten dengan kejujuran.

Mengapa? Karena seperti yang dikatakan dalam ilmu tasauf nurani adalah
cahaya yang ditempatkan Tuhan di dalam hati manusia, nurun
yaqdzifuhulloh fi al qalbi. Hanya saja sebagaimana cahaya terkadang
buram dan gelap, nurani manusia juga terkadang buram,gelap atau bahkan
mati, yakni ketika cahaya itu tertutupi oleh tabir. Jika nurani mati
maka orangnya seperti berada di tempat gelap (dzulm) sehingga
perilakunya juga seperti perilaku orang dalam kegelapan, salah
tempat,salah ambil, salah persepsi, salah naroh dan salah langkah.

Dari kata dzulm itu maka orang yang nuraninya tertutup atau mati
disebut orang dzalim, yakni orang yang menempatkan sesuatu tidak pada
tempatnya. Cahaya nurani bisa tertutup oleh dua hal ;
keserakahan/ambisi dan perbuatan dosa. Orang yang serakah pasti
nuraninya tak berfungsi, sudah jabatannya tertinggi,gajinya paling
banyak,jatah orang miskin pun masih disikat juga.. Demikian juga orang
yang ambisius, segala macam cara ditempuh untuk menggapai ambisinya,
tak peduli benar atau salah, tak peduli merugikan Negara dan bangsa.
Orang yang biasa melakukan dosa juga seperti orang berada dalam
kegelapan sehingga di rumah sendiripun ia tidak bisa membedakan mana
kamar isteri dan mana kamar pembantu.

Nurani Politik
Jika politik difahami sebagai kekuasaan,maka watak politik adalah
korup. Korupsi adalah memanipulasi angka dan fakta untuk kepentingan
sendiri. Jika dihubungkan dengan typologi kejiwaan, maka politisi
yang lebih dipengaruhi oleh akalnya cenderung rasionil meski terkadang
kering, politisi yang lebih dipengaruhi oleh hati maka cenderung
hati-hati, politisi yang lebih dipengaruhi oleh syahwat cenderung
mudah terdorong ke ambisi, politisi yang lebih dipengaruhi oleh hawa
nafsu cenderung destruktip dan jahat,nah orang berpolitik karena
panggilan nurani cenderung kepada keinginan memberi dibanding
keinginan menerima.

Nurani vs Syahwat Politik
Syahwat adalah kecenderungan kepada apa-apa yang diingini. Tuhan
menghiasi manusia dengan syahwat seksual, kebanggaan kepada
anak-anaknya, menyenangi perhiasan dan barang berharga, menyukai
kendaraan bagus, ladang dan ternak, pokoknya segala yang dipersepsi
sebagai kelebihan,kenyamanan dan kebanggaan. Syahwat politik adalah
kecenderungan orang untuk menguasai orang lain, fikirannya , seleranya
bahkan kemauannya,sehingga syahwat politik mendorong orang untuk bisa
menjadi orang nomor satu; ketua, direktur, lurah bahkan presiden,agar
ia dapat menguasai dan mengatur orang lain.

Sesungguhnya syahwat itu manusiawi, netral dan tidak mesti jelek. Jika
orang menggapai syahwat dengan mengikuti prosedur dan mematuhi hokum
(hokum Tuhan,hokum Negara dan hokum etika) serta jujur maka
aktualisasi syahwat itu sah dan bahkan bisa bernilai ibadah. Akan
tetapi karena politik itu cenderung korup maka syahwat politik pada
umumnya mendorong kepada ambisi, sementara ambisi menutup nurani .
Oleh karena itu mengusung nurani dalam gerakan atau manuver politik
riskan tergelincir kepada manipulasi , tidak jujur dalam menilai,
tidak jujur dalam mengkritik, dan lupa introspeksi.

Adakah Pemimpin Yang Bernurani ?
Sudah barang tentu ada. Ciri pemimpin yang digerakkan oleh nurani
politik adalah tampil karena panggilan,bukan karena berhitung. Dalam
suasana yang tak berpengharapan, maju kena mundur kena, bangsa berada
ditubir kehancuran, pemimpin konvensional sibuk berhitung posisi
berebut kamar padahal "kapal" nyaris tenggelam, nah… dalam keadaan
seperti itu biasanya muncul seorang pemimpin yang terpanggil nuraninya
untuk menyelamatkan keadaan. Ia siap memberikan apapun yang dimiliki
tanpa berhitung untung rugi. Fikiran dan hatinya bersih suci dari
kepentingan-kepentingan subyektip. Ia tampil bukan karena ingin
berkuasa tetapi ingin menyumbangkan potensi dirinya bagi keselamatan
bangsa, dan ia bahkan dengan senang hati siap menyerahkan
kepemimpinannya itu kepada orang lain yang dinilai lebih tepat.

Nurani yang diiklankan pasti bukan nurani. Menurut teori Psikologi
Komunikasi, jika benda-benda konsumtip diiklankan berulang-ulang maka
ia akan menarik perhatian konsumen, berpengaruh dari aspek kognitip,
afektip bahkan psikomotorik meski benda itu sesungguhnya tidak terlalu
bermutu. Mengiklankan nurani yang bermutu secara berulang-ulang dalam
waktu lama bukan saja hanya berpengaruh secara kognitip, tidak afektip
dan tidak psikomotorik, justeru membuat nurani itu terasa hambar di
telinga konsumen.

Bagaimana Mengasah Nurani Kita ?
Nurani adalah kapasitas spiritual yang sangat lembut dan tajam. Barang
siapa dalam hidupnya selalu mengikuti bisikan nuraninya, dijamin
pilihannya tepat dan langkahnya benar. Problemnya, cahaya nurani tidak
selamanya optimal terang, terkadang buram, terkadang bahkan mati.
Untuk menjaga agar nurani tetap menyala maka harus dilakukan penjagaan
dan perawatan. Penjagaan nurani melalui dua cara;

Pertama, jauhi segala perbuatan dosa . Dosa kecil akan menjadi debu
yang membuat cahaya nurani kurang terang. Dosa besar mebuat nurani
tertutup seperti cermin yang tersiram cat hitam, gelap. Mencamnpur
aduk perbuatan baik dengan perbuatan dosa membuat nurani seperti
cermin retak, tidak mampu menangkap realitas secara tepat sehingga
keliru persepsi.

Kedua; Hidup sederhana.. Sederhana adalah mengkonsumsi sesuai dengan
standard kebutuhan secara universal. Orang boleh punya banyak tetapi
yang dikonsumsi sekedar yang dibutuhkan. Banyakorang kaya hidupnya
sederhana, tak jarang orang miskin hidupnya bermewah-mewah. Problemnya
ialah bagaimana merumuskan kebutuhan. Ada orang yang sudah merasa
tercukupi jika kebutuhan hari ini sudah ada, yang lain baru merasa
cukupjika kebutuhan esok hari sudah ada, yang lain baru merasa cukup
jika kebutuhan untuk satu tahun mendatang sudah tersedia,nah yang lain
lagi batru merasa cukupjika kebutuhan untuk tujuh turunan sudah berada
dalam gengaman tangannya.

Sedangkan perawatan nurani agar tetap menyala terang dapat dilakukan
dengan

1. charge baterai nurani; dalam hal ini dilakukan dengan mendengarkan
kata-kata hikmah, membaca kitab suci dan menjalankan ritual ibadah.

2. Berakrab-akrab dengan penderitaan hidup manusia. Orang yang sering
mengunjungi dan membantu orang lain yang berada dalam penderitaan
(orang sakit, orang miskin papa, korban bencana alam dan orang lain
yang tidak beruntung) nuraninya tersentuh seperti bateri yang di
charge aliran listerik. Jika sering melakukan maka ketersentuhan itu
akan menjadi potensi berupa panggilan nurani untuk melakukan sesuatu
yang bermakna.

Wassalam,
agussyafii

==============================================
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
achmad.mubarok@yahoo.com atau http://mubarok-institute.blogspot.com
==============================================

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Groups

Wellness Spot

A resource for living

the Curves lifestyle.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar